Smartphone Ciptaan LIPI berbasis Sistem Operasi buatan sendiri
Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengembangkan beberapa hasil penelitian unggulan. Salah satunya smartphone BandrOS alias atau Bandung Raya Operating System yang memiliki kemampuan anti sadap dan mulai diproduksi pada 2014.
"Pengembangan anti sadapnya hingga saat ini masih dalam laboratorium, diuji coba," ujar Ana Heriana, peneliti Pusat Penelitian LIPI Bandung di Puspiptek Serpong, Tangerang, Senin (26/8/2013).
Ana menjelaskan bahwa fitur yang ada di dalam smartphone ini nantinya tidak dipasarkan secara bebas. "Ini kan secure komunikasi, jadi penggunaannya hanya untuk keperluan-keperluan tertentu saja," ulasnya.
Hal ini diamini oleh peneliti LIPI lainnya, LT Handoko. Handoko menjelaskan penggunaan ponsel pintar ini nantinya untuk internal office.
"Kalau produksi luas harus banyak izin regulasi, frekuensi. Kita mau bisa mulai diproduksi tahun depan," kata Handoko.
BandrOS merupakan ponsel cerdas dengan menggunakan sistem operasi (OS) open-source berbasis Linix. Sistem operasi ini merupakan pengembangan dari sistem operasi yang sudah diciptakan sebelumnya. Prototipe dari ponsel pintar ini menggunakan processor MTK 6575-cortex A9 1Ghz, memanfaatkan jaringan GSM, layar touchscreen, Dual SIM dan kamera 2MP.
Ponsel ini rencananya akan dibanderol Rp 600 ribu. Sedangkan pengembangan sistem operasi BandrOS dibiayai APBN melalui DIPA Pusat Penelitian Informatika LIPI senilai Rp 50 juta dari rencana awal Rp 250 juta.
Hingga kini smartphone BandrOS masih terus melakukan inventarisasi potensi HaKI. Beberapa hal yang berpotensi untuk didaftarkan Hadki adalah merek BandrOS dan software aplikasi yang akan disertakan pada sistem operasi BandrOS. (Detik.com)
Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengembangkan beberapa hasil penelitian unggulan. Salah satunya smartphone BandrOS alias atau Bandung Raya Operating System yang memiliki kemampuan anti sadap dan mulai diproduksi pada 2014.
"Pengembangan anti sadapnya hingga saat ini masih dalam laboratorium, diuji coba," ujar Ana Heriana, peneliti Pusat Penelitian LIPI Bandung di Puspiptek Serpong, Tangerang, Senin (26/8/2013).
Ana menjelaskan bahwa fitur yang ada di dalam smartphone ini nantinya tidak dipasarkan secara bebas. "Ini kan secure komunikasi, jadi penggunaannya hanya untuk keperluan-keperluan tertentu saja," ulasnya.
Hal ini diamini oleh peneliti LIPI lainnya, LT Handoko. Handoko menjelaskan penggunaan ponsel pintar ini nantinya untuk internal office.
"Kalau produksi luas harus banyak izin regulasi, frekuensi. Kita mau bisa mulai diproduksi tahun depan," kata Handoko.
BandrOS merupakan ponsel cerdas dengan menggunakan sistem operasi (OS) open-source berbasis Linix. Sistem operasi ini merupakan pengembangan dari sistem operasi yang sudah diciptakan sebelumnya. Prototipe dari ponsel pintar ini menggunakan processor MTK 6575-cortex A9 1Ghz, memanfaatkan jaringan GSM, layar touchscreen, Dual SIM dan kamera 2MP.
Ponsel ini rencananya akan dibanderol Rp 600 ribu. Sedangkan pengembangan sistem operasi BandrOS dibiayai APBN melalui DIPA Pusat Penelitian Informatika LIPI senilai Rp 50 juta dari rencana awal Rp 250 juta.
Hingga kini smartphone BandrOS masih terus melakukan inventarisasi potensi HaKI. Beberapa hal yang berpotensi untuk didaftarkan Hadki adalah merek BandrOS dan software aplikasi yang akan disertakan pada sistem operasi BandrOS. (Detik.com)
No comments:
Post a Comment