Sunday, June 30, 2013

Pesawat Latih TNI Bertambah Lagi

Sistem Avionik pesawat Super Tucano


JAKARTA---Kualitas penerbang tempur TNI AU akan semakin baik.  Sebab, pesawat latih yang digunakan juga semakin canggih.  Mabes TNI AU memborong 16 pesawat latih Super Tucano dari Brasil yang akan datang bertahap ke Indonesia. 

"Sekarang sudah ada empat di Skadron 21 Lanud Abdul Rachman Saleh Malang. Bulan Agustus nanti akan datang empat lagi," ujar Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan Marsekal Muda Henry B Sulistyo, Sabtu (29/6).

Jumat (28/06) lalu rombongan tim Kemhan yang dipimpin Wamenhan Sjafrie Sjamsoedin datang ke Malang melihat pemeliharaan Super Tucano sekaligus melakukan cek persiapan kedatangan armada baru. 

Menurut Sulistyo, TNI AU menargetkan 16 unit sudah bisa beroperasi secara full pada tahun depan. "Jadi delapan " delapan, tahun ini delapan, tahun depan paling lambat September sudah pas jumlahnya," katanya. 

Total nilai kontrak pembelian  16 buah Super Tucano itu mencapai Rp 2, 7 triliun rupiah. "Kita yakin para penerbang di Malang termasuk crew daratnya bisa menjaga asset negara yang cukup mahal ini," kata mantan Kadispen AU itu. 

TNI Angkatan Udara dan Embraer Brasil  menandatangani kontrak pembelian delapan Super Tucano di Pameran Dirgantara Farnborough, Inggris, pada 10 Juli 2011. Termasuk di dalam kontrak satu unit simulator untuk pelatihan para pilot Angkatan Udara.  Empat pesawat dengan cocor merah bergerigi yang sekarang sudah stand by di Malang  sudah memakai nomor regristrasi TT-3101, 3102, 3103 dan 3104. 

Sebelum dikirim ke Indonesia, tim gabungan Kementerian Pertahanan dan TNI AU yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Alit Erbawa tiba di fasilitas produksi Embraer untuk memeriksa pesawat pesanan. Pemeriksaan meliputi dokumen, pencocokan komponen pesawat, interior pesawat, pengecatan dan uji terbang. Khusus uji terbang dilaksanakan oleh pilot Embraer dan Komandan Skadron Udara 21 Mayor Penerbang James Yanes Singal. 

Pemeriksaan di darat mencakup kondisi fisik pesawat, pemeriksaan instrumen pesawat sebelum dan sesudah mesin dinyalakan, serta pemeriksaan kendali pesawat selama proses lepas landas dan mendarat. 

Uji terbang dilakukan di ketinggian 25.000 kaki untuk pemeriksaan beberapa sistem pesawat yang meliputi sistem bahan bakar, tekanan udara, auto pilot, mesin, navigasi, komunikasi, landing gear, serta pendaratan pesawat yang didahului dengan beberapa manuver.

Nama Super Tucano melejit sejak Operasi Phoenix Angkatan Udara Kolombia pada 2008. Pesawat Super Tucano milik Kolombia berhasil menewaskan pimpinan pemberontak FARC, Raul Reyes, dalam suatu serangan lintas perbatasan ke Venezuela.

Pesawat ini memang digunakan di sejumlah negara Amerika Latin. Misalnya, Republik Dominika, Kolombia, Ekuador, dan Chile. Selain Indonesia, Brasil pun mengekspor pesawat ini ke Angola, Burkina Faso, dan Mauritania.

Dilengkapi mesin tunggal turboprop, Super Tucano memiliki kemampuan mengenai target dengan sempurna.  Dua senapan mesin dipasangkan pabrikan Embraer  Brasil, pada sayap serta 5 hardpoint di sayap dan fuselage untuk mengangkut rudal, roket atau bom seberat 1,5 ton. Pesawat ini pun didesain untuk melakukan serangan anti-gerilya, pengintaian, dan patroli.

Pesawat tempur turboprop memiliki fungsi yang berbeda dengan pesawat jet seperti F 16 atau Sukhoi SU 30. Pesawat turboprop mampu terbang rendah dalam waktu yang lama, sehingga cocok untuk anti-gerilya. Biaya operasi tidak tinggi, perawatan murah, dan bisa mendarat di landasan pacu sederhana.(JPPN.com)

Thursday, June 27, 2013

Pesawat Tanpa Awak Dominasi Harteknas 2013


Pesawat tanpa Awak Hexarotor karya anak-anak ITB
Jakarta - Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas), Kemenristek menggelar pameran teknologi industri. Harteknas jatuh pada tanggal 10

Melaju dengan Bus Listrik Nasional

Mobil listrik buatan nasional mengadakan fun drive pada peluncuran peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke 17 di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Selasa (26/6/2012). Mobil dengan kapasitas 17 orang ini mampu berjalan sejauh 150 kilometer dengan pengisian listrik 500 ampere. | KOMPAS.com/Vitalis Yogi Trisna

Jakarta - Setelah sekian lama menjadi wacana, akhirnya Kementerian Riset dan Teknologi meluncurkan bus listrik nasional buatan Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika LIPI 

Indonesia Kembangkan Teknologi Laser dan Optoelektronik Berdaya Tinggi


SEKELOMPOK dosen, mahasiswa, teknisi dan sejumlah pengusaha dari beberapa negara Asia tengah asyik berdiskusi di Serpong. Mereka tengah membahas teknologi tinggi yang

Tuesday, June 25, 2013

Kalahkan Siemens, BUMN elektronik raup pendapatan Rp 2,3 triliun



Lembaga Elektronika Nasional (LEN) (Persero) berhasil meraup pendapatan kotor Rp 2,3 triliun sepanjang tahun lalu. Pendapatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang strategis ini memperoleh pemasukan terbesar berasal dari proyek sinyal rel kereta api double track Cirebon-Surabaya.

Direktur Keuangan LEN Andra Agussalam mengatakan kinerja 2012 itu menggembirakan karena perusahaan ini akhirnya dipercaya oleh operator kereta Indonesia.
Meski sudah mengembangkan sistem sinyal perkeretapian sejak BUMN ini berdiri namun dulu Kementerian Perhubungan tidak langsung memanfaatkan alat buatan dalam negeri tersebut. Operator juga lebih mempercayai sinyal buatan Jerman, seperti Siemens.
"Dulu kita gunakan signaling system kereta dari Siemens, sejak 1993 LEN mengembangkan sendiri. Awalnya alat sinyal kita tidak mendapat kepercayaan sepenuhnya, ditaruh di stasiun kecil yang tidak terlalu padat lalu lintas keretanya. Setelah uji coba, akhirnya kita digunakan untuk proyek double track," ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (21/6).
Andra sumringah karena kini Kementerian Perhubungan mempercayai mereka. Bahkan proyek persinyalan kereta yang menelan dana Rp 1,7 triliun dalam persiapannya itu kini bisa diklaim sepenuhnya buatan anak bangsa.
"Sekarang bisa dibilang persinyalan Cirebon-Surabaya itu teknologi LEN. Akhirnya inilah salah satu kekuatan kita. Mudah-mudahan bisa mengurangi ketergantungan elektronik industri dari luar negeri," kata Andra.
Double Track itu membentang 400 kilometer, melintasi pantai utara Jawa. Saat ini, masih ada pesanan proyek dari Kemenhub untuk menggarap persinyalan kereta di jalur Jogja-Solo, Duri-Tangerang, dan Parung-Maja.
Total pendapatan LEN Rp 2,3 triliun, meningkat 44,5 persen dibanding Rp 1,3 triliun pada 2011. Bisnis pembuatan sistem sinyal kereta tumbuh 144 persen, dengan menyumbang porsi pemasukan hingga Rp 482 miliar tahun lalu. Sementara pendapatan bersih Rp 67 miliar.
Selain perkeretaapian, LEN juga bergerak di bidang pembuatan sel surya pembangkit listrik, telekomunikasi, sistem navigasi untuk militer, serta alat-alat pertahanan negara, seperti sistem peluru kendali.
Untuk tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan kotor mencapai Rp 2,6 triliun. Andra gembira karena sekarang performa LEN menanjak. Padahal lima tahun lalu, pemasukan BUMN ini hanya Rp 500 miliar dalam setahun.
"Mudah-mudahan tahun ini bisa mendapat pemasukan bersih Rp 75 miliar, sampai Mei 2013 kontrak sudah mencapai Rp 2,25 triliun, sudah tercapai, 35 persen dari rencana kerja kita," ungkapnya. (Merdeka.com)

Monday, June 24, 2013

Bulgaria to transfer fuse bomb technology to RI



Indonesia will soon be ready to produce live bombs for fighter aircraft, particularly the Sukhoi 27 SK and 30 MK, as weapons manufacturer PT Sari Bahari Malang will receive technology from Bulgarian fuse-bomb producer Armaco.

Indonesia has only been able to produce casing, warheads and ammunition powder, while importing fuse bombs.

“This is a major step forward for Indonesia. From now on we will no longer depend on other countries because we are able to fulfill the Indonesian Military [TNI] needs of bombs,” company director Ricky Hendrik Egam told The Jakarta Post on Wednesday in Surabaya, East Java.

Ricky, however, refused to reveal the financial value of the cooperation between his company and Armaco.

He said that with the cooperation, Indonesia could also have the chance to provide fuse bombs for Asian countries that use Russian-made Sukhoi fighter jets.

The company has previously faced difficulties in finding countries producing fuse bombs that were willing to transfer the technology. China has rejected the company’s request for cooperation.

PT Sari Bahari has produced bombs for Sukhoi fighter jets, both smoke and live versions, with weights ranging from 100 kilograms to 250 kilograms. The company has also exported 70 millimeter smoke warhead rockets to the Chilean Air Force. (swd) (The Jakarta Post)

Saturday, June 22, 2013

EADS ingin Jadikan PT DI Pemasok Komponen Pesawat Dalam Skala Besar

Proses Pabrikasi Helikopter di PT DI, Bandung.

BANDUNG - PT Dirgantara Indonesia (Persero) dan konsorsium industri dirgantara Eropa, EADS, sedang menjajaki peningkatan kerja sama untuk menjadikan industri dirgantara kebanggaan bangsa ini sebagai pemasok komponen skala besar.

Dahlan Iskan Bareng Jokowi Buka Pameran Monorel


JAKARTA - Dalam rangka HUT DKI Jakarta ke-486, Sabtu (22/6) akan digelar pameran monorel di Lapangan Monas. Acara ini akan dibuka Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Mobil Listrik APEC sesuai Jadwal



JAKARTA - Sebanyak 20 mobil listrik sedang dikebut pengerjaannya agar dapat digunakan para delegasi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) di Bali, Oktober mendatang. Yang membanggakan, mobil-mobil ramah lingkungan tersebut diproduksi oleh putra bangsa sendiri.

Friday, June 21, 2013

Papua Nugini Tertarik Beli Senjata dari Indonesia


Jakarta - Pemerintah Papua Nugini mengaku tertarik membeli alat utama sistem persenjataan buatan Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pertahanan Papua

Thursday, June 20, 2013

Australia Minta Saran BNPB Atasi Banjir dengan Modifikasi Cuaca


Jakarta - Australia rupanya terkesan dengan cara Indonesia dalam mengendalikan hujan dengan teknologi modifikasi cuaca. Jika begitu, mestinya kita patut bangga menjadi referensi

Tuesday, June 18, 2013

Dr. Danet & Dr. Deden Beri Kuliah Online Mobil Listrik dan Banjir


Den Haag - Mobil listrik dan banjir saat ini sedang menyita perhatian. Dr. Danet Suryatama (Electrik Car LLC, Amerika Serikat) dan Dr. Deden Rukmana (Savannah State University, Amerika Serikat) akan memberikan kuliah tamu secara online tentang dua isu tersebut.

Sunday, June 16, 2013

Otomotif : Esemka Tak Takut Lawan Mobil Murah Jepang

Mobil SMK Digdaya, model dengan double cabin. 

Pemerintah baru saja mengeluarkan regulasi mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC). Banyak opini yang beranggapan jika kebijakan itu akan semakin menyudutkan keberadaan mobil Esemka sebagai produk mobil dalam negeri atau nasional.

Friday, June 14, 2013

BMW me-release Mobil Listrik BMW i3

Kalau Jerman saja semangat membuat mobil listrik, kenapa Indonesia tidak ? Indonesia sudah
puluhan tahun 'dijajah' mobil-mobil impor Jepang, sudah saatnya bikin mobil nasional sendiri.
Kalau mobil bensin sudah tidak mungkin mengejar Jepang bahkan di negeri sendiri, maka
tepat jika Dahlan Iskan bilang, start mobil listrik semua sama, jadi kita harus memulainya sekarang. 


Banyak orang pesimis akan masa depan mobil listrik ini tidak hanya di Indonesia, tapi juga di hampir seluruh dunia. Di AS, banyak produsen mobil listrik yang bangkrut dan tidak produksi

Thursday, June 13, 2013

The Javelin Medium Anti-armor Weapon System


Indonesia, especially TNI AD planned to buy at least 18 unit this Javelin Armor Weapon System in this year. Research and Development Board under the Defense Ministry willing to learn and examine this

Wednesday, June 12, 2013

Membandingkan Pesawat CN 295 Buatan PT DI dan MA 60 Buatan China

"Soal Bikin Pesawat, Indonesia Masih di Atas China"- Ilham Habibie


Pesawat CN 295 Milik TNI AU buatan PT DI. Kuat, irit bahan bakar,
cepat, dan belum pernah mengalami kecelakaan

PM Malaysia, PM Pakistan, Pemimpin Turki, dan Presiden Korea Selatan merasa sangat puas menggunakan pesawat Buatan Bandung untuk kelas VVIP Mereka. Kepala Angkatan Udara Tentara Diraja Malaysia bahkan menyetir sendiri CN 235-220 miliknya.

Sebagai orang awam, saya agak bingung kenapa Merpati Airlines justru impor pesawat dari China berupa pesawat MA 60 turbo-prop yang saat ini digunakan, padahal soal kualitas pesawat Indonesia masih jauh di atas China.

Orang sekelas Ilham A. Habibie saja mengatakan demikian. 
Ilham A. Habibie, putra sulung mantan Presiden RI BJ Habibie, bukan orang sembarangan jadi beliau mengerti betul apa yang dikatakannya. Jika beliau berpendapat demikian, hampir pasti memang demikianlah adanya. Bahwa jika kita bicara soal membuat pesawat dan kualitas pesawat itu sendiri, Indonesia memang benar masih di atas China.

"Soal buat pesawat kita masih lebih bagus dan jauh di atas China, dari segi kualitas kita masih oke," kata Ilham ketika ditemui detikFinance pekan lalu di kantornya di Kawasan Mega Kuningan, seperti dikutip, Senin (18/3/2013).

Kata Ilham, saat ini China boleh bangga punya MA 60 yang saat ini digunakan Merpati.

"Tapi pada dasarnya desain MA 60 itu mesinnya memang digunakan untuk militer, namun karena digunakan untuk sipil mereka menurunkan sedikit kualitasnya, karena dasarnya untuk militer sehingga boros, militerkan ngak mikirin boros apa tidak yang penting tahan banting dan menang perang," ucapnya.

MA 60 sendiri kata Ilham diakui sendiri oleh Dirut Merpati Rudy Setyopurnomo kalau pesawat tersebut sangat boros.

"Ya saya pernah diskusi dengan Dirut Merpati Pak Rudy, pesawat itu boros, kalau sudah boros bahan bakar bagaimana mau bisa dapat money (uang). Lagi pula MA 60 dipakai bukan karena kualitas, tetapi karena Merpati saat itu kesulitan pendanaan dan tidak bisa pinjam ke bank, tapi China mau meminjamkan dana untuk membeli MA 60 buatan mereka," ungkapnya.

Lantas dari segi mana kita masih teratas dibandingkan China dari segi kualitas pesawat?

"Ya R80 (Regio Prop 80) yang saat ini sedang kita selesaikan proses pembangunannya, kita akan memiliki pesawat dengan menggunakan baling-baling, yang didesain untuk jarak dekat, hemat bahan bakar, teknologi terbaru, kapasitas lebih banyak yakni mencapai 80 kursi, mesin lebih cepat dan yang terpenting jauh lebih murah dari pesawat ATR karena produksi dan suku cadang dibuat semua di Indonesia, dan yang lebih penting lagi kita punya Sumber Daya Manusia yang berpengalaman bahkan seperti di Boeing, Airbus, ATR, di PT DI dan banyak lagi," tandasnya.

Seperti diketahui Ilham bersama Mantan Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry Firmansyah bersama-sama membentuk PT Ragio Aviasi Industri (RAI) untuk membangun pesawat new N-250 yang dulu pernah dibuat BJ Habibie.

Pesawat berkapasitas 80 kursi tersebut diberi nama R80 atau Regio Prop 80 diamana pesawat tersebut menggunakan baling-baling.

Pesawat CN 295 buatan dalam negeri

Pesawat ini adalah pesawat pengembangan dari pesawat CN-235 yang menangguk sukses di pasaran sejak diluncurkan tahun 1983, terbanyak digunakan di Turki, 61 pesawat. CN-235 merupakan proyek Casa, pabrikan pesawat Spanyol dan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) Indonesia. Pesawat CN-295M merupakan pesawat angkut sedang taktis (medium airlifter) generasi terbaru yang sudah menggunakan full glass cockpit, digital avionic dan sepenuhnya kompatibel menggunakan night vision goggles (NVG), sehingga CN-295M merupakan pesawat angkut sedang versi militer yang dapat diandalkan di kelasnya. CN-295M mampu membawa sampai dengan total sembilan ton kargo atau kurang lebih 71 personel.

Pesawat ini juga mampu terbang sampai ketinggian 25 ribu kaki dengan kecepatan jelajah maksium 260 Knot (480 Km/Jam) serta dapat diterbangkan dan dikendalikan dengan aman dan sangat baik pada kecepatan rendah sampai dengan 110 Knots (203 Km/Jam). Dengan menggunakan 2 Mesin Turboprop Pratt & Whitney Canada (PW 127G), pesawat ini mampu melaksanakan lepas landas dan melaksanakan pendaratan pada landasan yang pendek (STOL/ Short Take Off & Landing) yaitu 670 m/2.200 kaki dengan berat tertentu. “Kemampuan Pesawat C-295 M dinilai sangat cocok dan ideal dikaitkan dengan tugas dan misi yang diemban oleh skadron Udara 2,” ujar Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Silaen di sela-sela penyerahan pesawat tersebut dalam dalam siaran pers TNI AU, Kamis (4/4/2013).

CN 295 semenjak digunakan oleh TNI AU maupun negara-negara lain seperti Malaysia, Turki, Korea Selatan, belum pernah jatuh atau mengalami kecelakaan tragis maupun insiden ringan. Di luar sebab human error, pesawat CN 295 ini sangat tangguh dan tidak diragukan lagi, lebih baik ketimbang pesawat sejenis buatan Cina, yakni Ma 60. Pesawat ini sudah mendapat sertifikasi dari FAA sementara MA 60 belum. 

Pesawat buatan Indonesia ini sangat diperhitungkan kualitasnya oleh negara lain. Buktinya pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia yaitu CN235-220 digunakan oleh para pemimpin negara sebagai pesawat VIP.

"Kita punya pesawat CN235-220 itu pesawat multi missions platfrom, bisa untuk pribadi, maritime patrol, kargo dan lainnya," ucap Vice President Logistics & Costumer Support Division PT Dirgantara Indonesia, Mula W. Wangsaputra di The 12th Langkawi International Maritime & Aerospace (LIMA '13) Langkawi, Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Salah satu bukti bahwa produk PT DI berkualitas yakni pesawat CN 235-220 digunakan oleh Perdana Menteri (PM) Malaysia, Presiden Korea Selatan dan Pakistan. "PM-nya Malaysia pakai, Korea Selatan pakai, Pakistan pakai punya kita juga," ucap Mula.


Pesawat CN 235 milik TUDM hasil produksi PT DI digunakan sebagai pesawat VVIP, tampak lebih kuat dan dinamis.
Pesawat CN235-220 dipesan oleh mereka untuk dijadikan pesawat VIP. "Jadi pesawat ini digunakan para pemimpin negara tersebut untuk pergi dinas di dalam negaranya sendiri," katanya. (Baca ulasan mantan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) TNI AU Indonesia yang sekaligus Chairman CSE Aviation terkenal, Marsekal TNI (Purn) Cheppy Hakim di postingan di blok ini berjudul : "Para Pemimpin Dunia Pakai Pesawat Made in Bandung, Bagaimana Indonesia ?

Jadi, pesawat yang dipesan oleh negara-negara asing dari PT DI itu ternyata dijadikan sebagai pesawat VVIP, bukan untuk penumpang biasa. Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Merpati dan riwayat kecelakaan pesawat MA 60


MA 60 dalam kondisi mengenaskan, setelah mengalami hard landing.

Sejak 2009 hingga 2013 ini sudah terjadi tujuh kali kecelakaan pesawat MA 60 yang semuanya terjadi saat akan mendarat, masing- masing di Filipina, Bolivia, Myanmar, dan Indonesia. Tidak ada korban jiwa kecuali yang terjadi di Kaimana 7 Mei 2011, seluruh 22 penumpang dan 4 awak pesawat meninggal dunia. 

Sebagai catatan, pesawat MA 60 adalah sebuah pesawat yang telah menerima sertifikat dari Civil Aviation Administration of China pada 2000 dan hingga kini tidak atau belum memiliki sertifikat dari Federal Aviation Administration (FAA) otoritas penerbangan Amerika Serikat yang paling berpengaruh dan kredibel di dunia. 

Sejak diterbangkan Merpati Nusantara Airlines (MNA) tahun 2011,--MNA mengadakan sekitar 13 pesawat secara bertahap pada 2007 dengan harga per unitnya US$ 11 juta atau Rp 94,08 miliar,-- pesawat MA 60 buatan China mengalami beberapa insiden hingga kecelakaan. Pesawat yang tergelincir di Bandara El Tari Kupang, NTT, pada Senin (10/6/2013) lalu ternyata bukan insiden yang pertama. Dalam kecelakaan pesawat udara terdapat 3 kriteria tingkatan kecelakaan, yaitu incident (insiden), serious incident (insiden serius), dan accident (kecelakaan). Bila pesawat tergelincir, biasanya digolongkan ke insiden, bila pesawat itu mengalami deformasi atau perubahan bentuk, biasanya digolongkan ke dalam insiden serius. Namun bila insiden itu sudah menelan korban jiwa, maka kategorinya adalah accident. Berikut daftar insiden dan kecelakaan pesawat MA 60.

19 Februari 2011, Tergelincir di El Tari Kupang, NTT

Pesawat Merpati MA 60 tergelincir dan keluar dari landasan (runaway) Bandara El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejauh 15 meter. Namun, kondisi pesawat tersebut dilaporkan tidak mengalami kerusakan berarti.

Pesawat baling-baling dengan register PK-MZJ itu tergelincir ketika hendak take off pukul 06.00 WITA.

Seorang saksi mata, Robin, yang tengah berada di bandara tersebut mengatakan, kecelakan pesawat baling-baling itu terjadi pada pukul 06.20 WITA, Sabtu (19/2/2011).

"Pas mau ngangkat (take off) ke udara, nggak jadi. Pesawat tergelincir ke luar dari landasan," kata Robin, kepada detikcom.

9 Mei 2011, Jatuh di Teluk Kaimana Papua

Ini adalah kecelakaan pesawat MA 60 paling tragis dengan jumlah korban terbanyak, di mana seluruh penumpang dan kru pesawat tidak ada yang selamat. Menurut pakar, pesawat tampak terlalu mudah nyungsep begitu saja ke laut dan tampak terlalu mudah. Meskipun KNKT menyimpulkan karena kesalahan Pilot, namun banyak pihak meragukan kseimpulan itu. 
Pesawat MA 60 yang dioperasikan Merpati Nusantara Airways jatuh di Teluk Kaimana, Papua Barat. Menurut GM Corporate Secretary & Legal Merpati Imam Turidy, pesawat mengangkut 19 penumpang dan 6 kru. Pesawat nahas itu menghujam ke dalam laut sekitar 500 meter sebelum mendarat ke landasan pacu Bandara Utarom, Kaimana. Semua penumpang dan kru pesawat tewas.

KNKT akhirnya menyelesaikan investigasi terhadap kecelakaan pesawat Merpati bernomor registrasi PK-MZK tersebut yang terjadi 7 Mei 2011 silam. Hasilnya, kecelakaan itu disebabkan kelalaian pilot.

2 Desember 2011, Keluarkan Percikan Api


MA mengeluarkan percikan Api

Apakah insiden ini karena kesalahan pilot juga ? Mudah sekali menyalahkan bawahan atau seseorang yang dinilai tak punya pengaruh atau kekuasaan. Mengkambinghitamkan kopral lebih gampang ketimbang menunjuk Jenderal yang harus bertanggung jawab. Fenomena seperti ini terjadi di mana-mana. Kalau jari telunjuk mengarah pada kualitas pesawat yang jelek, maka sudah pasti itu kesalahan akan mengarah pada direktur atau CEO Merpati, atau Menperindak yang berkolaborasi dengan petinggi terkait.

Pesawat MA 60 mengalami insiden mengeluarkan percikan api di udara, saat terbang dari Bima ke Denpasar.  

Pesawat itu memiliki nomor registrasi PK MZG/MA 60 dan nomor penerbangan NZ 623. Saat pesawat berada di ketinggian 6.500 kaki, penumpang melihat api keluar dari mesin kiri pesawat.

"Engineer memberi tahu ke kapten bahwa engine kiri ada fire. Langsung engine di-shut dan fire extinguisher diaktifkan. Lalu fire mati dan pesawat return to base (RTB) ke Bima dan landing safe," tutur Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhub Bambang S Ervan.

Pilot pesawat tersebut adalah Kapten Dwi Wahyu. Sedangkan kopilotnya adalah Ari Dwi. Sedangkan teknisi yang ada dalam pesawat adalah Tri Nandang.

Dirut Merpati Sardjono Jhony bersyukur pilot pesawat itu telah melakukan prosedur yang tepat.

"Pilot melakukan prosedur yang tepat dan alhamdulillah mendarat dengan selamat di Bima," sambung Jhony.

8 Januari 2012, Terperosok di Lahan Gambut Sampit


Pesawat Merpati MA 60 bernomor registrasi PK-MZM dengan nomor penerbangan MZ 536 Surabaya-Sampit  terperosok di runway Bandara H Asan Sampit, Kalimantan Tengah. 

Pesawat yang terbang dari Bandara Juanda, Surabaya, sebenarnya mendarat dengan sangat sempurna pada pukul 15.30 WIB, Sabtu (7/1/2012), di Bandara H Hasan, Sampit. Sesuai prosedur pesawat taxi ke Apron 1500 dari Treshold 31.

"Namun Kapten Pilot Saptono, memutar terlalu ke tepi runway bandara, sehingga roda sebelah kiri pesawat masuk ke shoulder dan terjeblos. Karena tekstur tanahnya gambut, maka pesawat tidak bisa bergerak dan miring ke kiri," kata SVP Corporate Secretary & Legal Merpati, Imam T. Jakfar, dalam press release yang diterima detikcom, Senin (9/1/2012).

Pada pukul 16.30 WIB, seluruh penumpang berhasil dikeluarkan dengan baik, tanpa mengalami hambatan berarti. Sementara pesawat yang sempat mengganggu penerbangan di Bandara Haji Hasan, Sampit, juga sudah berhasil ditarik pada Minggu (8/1), dengan cara mengangkat roda pesawat tersebut.


1 Desember 2012, Tergelincir di Bandara Lombok

Pesawat Merpati Airlines Nomor penerbangan MZ 6063 tergelincir di Bandara Internasional Lombok (BIL), sesaat setelah mendarat. Sistem hidrolik ban kiri belakang pesawat tidak berfungsi, membuat pesawat terperosok. Namun seluruh penumpang selamat.

Pesawat jenis MA 60 buatan China itu mendarat di Bandara Lombok pukul 11.55 Wita. 

Desmi Indrayana, Humas Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok dihubungi detikcom, Senin (31/12/2012) mengatakan, pesawat itu tergelincir di taxiway bandara saat hendak menuju apron, sesaat setelah mendarat.

"Ban kiri keluar lintasan saat hendak berbelok menuju taxiway. Hasil pemeriksaan, karena sistem hidrolik pada roda kiri di belakang tidak berfungsi," kata Desmi.

Pesawat itu mengangkut 24 penumpang dari Bima. Seluruh penumpang selamat, dan dievakuasi dari tempat pesawat tergelincir.

10 Juni 2013, Tergelincir di Bandara El Tari Kupang, NTT

Pesawat MA 60 Milik Merpati tergelincir hingga patah menjadi dua bagian.

Pesawat Merpati jenis MA 60 buatan China bernomor registrasi PK MZO mengalami crash landing (pendaratan sangat keras) dan undershoot alias pesawat yang mendaratkan rodanya sebelum titik pendaratan yang diharapkan di landasan (runway) pada pukul 09.40 Wita. Pesawat ini membuat Bandara El Tari Kupang ditutup karena evakuasi pesawat yang nose wheel atau roda depannya tak tampak keluar ini membutuhkan waktu berjam-jam.

Dari 45 penumpang dewasa dan 1 bayi semuanya selamat. Dari jumlah itu, ada 9 orang sempat dirawat di RS di Kupang, terdiri dari seorang penumpang dirawat di RS AU Kupang, sedangkan 6 orang penumpang masih dirawat di RSUD Prof dr WZ Johannes dan 2 orang penumpang di rawat di RS Bhayangkara, Kupang.

37 Orang Penumpang sudah kembali ke keluarganya masing masing di kawasan Kupang. Semua biaya hotel dan biaya rumah sakit ditanggung sepenuhnya oleh Merpati.

4 Kru yang terdiri dari Capt Adithya Prio Joewono, Co Pilot Au Yong Vun Pin serta 2 flight attendant Lanny Wulandari dan Anesa Purwanti dalam keadaan baik.

Evakuasi berlangsung sehari semalam hingga Bandara El Tari bisa dibuka hari ini pada pukul 07.00 Wita.

Kecelakaan di NTT merupakan yang ketujuh kalinya menimpa pesawat itu sejak pertama kali dipakai oleh Merpati Airlines dan keenam kalinya sejak dipakai oleh Sichuan Airlines. Pesawat yang sama juga pernah mengalami kecelakaan di Myanmar, Insiden di Kaimana merupakan yang paling buruk karena menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 27 orang.

Ironisnya lagi, 'musibah' itu sudah terjadi sejak pembelian pesawat tersebut. Awalnya pesawat ini akan dibeli sebanyak 15 unit dari Xian Industry. Namun, pada akhirnya hanya delapan unit yang dibeli. Xian tidak terima dengan perubahan ini lalu kemudian menggugat Merpati.

Skema pembayarannya pun bermasalah. Merpati Nusantara bersedia menandatangani kontrak dengan klausul di antaranya, bahwa Merpati sepekat dengan harga yang ditetapkan dalam kontrak tersebut. Termasuk Spesifikasi pesawat, cara pembayaran, bahkan skema pembelian pesawat.

Namun, pemerintah kemudian meminta bahwa sistem pengadaan pesawat MA-60 diubah menjadi leasing. Ketika itu, masalah ini membuat heboh karena ternyata Kementerian Keuangan belum menyetujui SLA untuk pembelian pesawat tersebut, namun pihak Merpati sudah menandatangani kontrak dengan Xian.

Pembelian nekat kalau boleh kita bilang. Ini bisa saja dipengaruhi oknum yang ingin mengeruk keuntungan dari pengadaan pesawat tersebut. Mereka merasa paling paham tentang pembelian itu sehingga melangkahi Kementerian Keuangan sekalipun.

Dalam pembelian itu sempat disebut-sebut adanya keterlibatan Jusuf Gunawan Wangkar, bekas Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi. Ia bahkan dituding terlibat dalam proyek pengadaan pesawat MA-60 yang juga dituding terjadi penggelembungan dana hingga US$40 juta.

Jusuf Wangkar tentu saja membantahnya dengan keras. Ia berani bersumpah tidak tahu menahu mengenai pengadaan itu. Keterlibatan Jusuf Wangkar disebut-sebut dalam sebuah siaran pers yang dikeluarkan sebuah serikat buruh sebagai staf khusus Presiden yang masih aktif di lingkungan Istana Presiden dan ikut terlibat pengadaan pesawat MA-60 untuk PT Merpati Nusantara Airlines.

Ketua Indonesia Development Monitoring Munatsir, ketika itu, menyebutkan yang menjadi broker pengadaan pesawat ini adalah bukan perusahaan yang profesional di bidangnya, yakni PT Pelangi Golf yang dipimpin Mulyadi. Perusahaan ini berkantor di kompleks Pergudangan Pluit Blok A.

"Untuk memuluskan proyek pengadaan pesawat Merpati itu, PT Pelangi Golf dibantu oleh staf khusus Presiden SBY yaitu, Jusuf Wangkar. Karena pengaruh itu, mereka bisa memenangkan pengadaan ini walaupun bisnis intinya sama sekali tidak berada di bidang penerbangan,” ungkap Munatsir.

Minus Sertifikat FAA

Persoalan MA-60 ternyata tidak berhenti sampai di sana. Belakangan diketahui bahwa pesawat ini tidak memiliki sertikat Federal Aviation Administration (FAA) atau semacam badan keselamatan penerbangan Amerika Serikat.

Sertifikat itu tentu penting karena menunjukkan kelayakan terbang sebuah pesawat. Tentu saja, kelayakan dalam versi FAA dan itu tidak menjadi syarat mutlak bagi pesawat untuk terbang. Sebab, FAA memang bukan dewa penerbangan.

Sehingga Merpati pun menganggap sertifikat itu tidak penting. Alasannya, pesawat MA-60 tidak digunakan di AS sehingga tidak perlu sertifikat itu.

Memang FAA bukan penentu. Namun, bagaimanapun badan itu berpengalaman dalam menentukan kelaikan terbang, sehingga akan lebih bagus jika MA-60 juga dinyatakan layak oleh mereka.

Persoalannya ketika itu adalah, sertifikat dari mana yang memberi kelayakan untuk terbang? Tentu saja, dari China dan Indonesia. "Sertifikasi sudah dilaksanakan oleh pemerintah China dan juga kita (Indonesia)," ujar Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti di Kementerian Perhubungan, Senin (10/6/2013) malam.

Cukup kredibel kah pemberi sertifikat itu? Inilah yang menjadi masalah. Sebab, jika Indonesia yang memberi sertifikat, maka itu perlu dipertanyakan. Sebab, negeri ini termasuk paling banyak mengalami kecelakaan pesawat sehingga tidak heran bila pesawat Indonesia sempat dilarang terbang ke Eropa.

Persoalan demi persoalan seharusnya menjadi pelajaran berharga, betapa sebuah kertas sertifikat bisa begitu berarti. Untuk urusan pesawat, menganggap sepele hal seperti itu sama saja dengan mempertaruhkan nyawa. Demi kepentingan segelintir pihak, jangan sampai membeli pesawat malah akhirnya membeli kendaraan maut. 


5 Negara Minati CN-295 Buatan PT DI

5 negara itu telah mengirimkan tim observasi ke PT DI.



Lima negara ASEAN menyatakan tertarik dan minat terhadap pesawat CN-295 buatan PT Dirgantara Indonesia. Hal itu dikatakan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Kementerian Pertahanan, Rabu 12 Juni 2013.

Kelima negara itu yakni Philipina, Vietnam, Myanmar, Malaysia, dan Thailand. Menurut Sjafrie, itu merupakan hasil dari kegiatan roadshow-nya yang telah mendapatkan respon konkrit. 

"Khusus introduksi pesawat CN-295 telah diperoleh minat dari lima negara untuk Angkatan Udara dan Kepolisian," kata Sjafrie.

Menurut Sjafrie, CN-295 dapat digunakan untuk operasi kemanusiaan dan kepentingan militer. Pesawat buatan tanah air ini dibandrol seharga US$ 30 juta.

Kelebihan CN-295 antara lain bisa mendarat di landasan rumput sepanjang runway 650 meter, memiliki daya muat 9 ton, dan mampu terbang 9 jam non stop.


"Pesawat ini bisa memuat 71 pelompat atau 50 penerjun, dan bisa mengangkut dua mobil jenis sedan," ungkap dia.

Pada akhir tahun 2014, Kementerian Pertahanan juga akan melakukan demo flight CN-295 di Brunei Darussalam.

"Untuk lima negara yang menyatakan minat dengan CN-295 akan mengirimkan tim observasi untuk untuk pembahasan teknis dan administrasi dengan PT DI," ujarnya.

Kokpit Pesawat CN 295

2 Proyek Nasional

Kementerian Pertahanan saat ini juga sedang membahas perkembangan alih teknologi kapal selam dan pesawat tempur KF-X/IF-X.

Saat ini Indonesia telah memiliki dua kapal selam. Ke depan, Indonesia akan bekerjasama dengan Korea Selaran untuk membuat tiga kapal selam.

"Dari tiga yang kita buat bekerja sama dengan Korsel, satu kapal selam akan dibuat di Indonesia yakni di PT PAL Surabaya," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Purnomo berharap 1-2 tahun mendatang kapal selam itu dapat dibuat di Indonesia. Untuk itu, pemerintah sedang mempersiapkan infrastrukturnya.

Sementara untuk pesawat tempur KF-X/IF-X, pemerintah akan bekerjasama dengan Korea. KF-X/IF-X merupakan pesawat tempur generasi 4,5.

"Ini lebih canggih dari F16 dan Sukhoi," kata Purnomo dengan bangga. (VivaNews.co.id)

Tuesday, June 11, 2013

Indonesia akan bangun infrastruktur pembuatan kapal selam



Jakarta - Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan Indonesia segera membangun infrastruktur pembuatan kapal selam di Surabaya melalui PT PAL.

"Rencananya pembuatan kapal selam akan dibuat di Surabaya melalui PT PAL. Karena itu, dibutuhkan infrastruktur untuk pembangunan kapal selam," kata Menhan sekaligus Ketua KKIP usai Sidang ke sembilan KKIP "Membangun Sinergitas Menuju Kemandirian Industri Pertahanan", di Kantor Kemhan, Jakarta, Selasa.

Paling lambat, dalam dua hingga tahun ke depan, diharapkan Indonesia sudah memiliki infrastruktur industri pembuatan kapal selam, katanya. 

Dijelaskannya, dalam sidang ke sembilan KKIP juga dibahas mengenai dijadikannya pembangunan infrastruktur kapal selam dan jet tempur sebagai proyek nasional. Oleh karena itu, agar tidak menemui hambatan, payung hukum sangat diperlukan agar rencana pembangunan infrastruktur kapal selam dan pesawat jet tempur tetap berjalan pada lintas parlemen.

"Butuh dukungan parlemen karena program ini pasti akan melalui lintas parlemen. Dibutuhkan payung hukum agar menjadi proyek nasional," ucap Purnomo.

Dijelaskannya, sebagai negara kepulauan keberadaan kapal selam dan pesawat jet tempur sangat diperlukan untuk menjaga kepulauan indonesia hingga batas luar. Jika infrastruktur ada, pembuatan kapal selam bisa dilakukan di Indonesia.

Untuk membangun infrastruktur pembuatan kapal selam, Indonesia akan bekerjasama secara khusus dengan Korea Selatan. Kerjasama kedua negara akan dilakukan mulai dari kesepakatan lisensi, enginering manufacturing development, hingga prototipe. 

Dalam pembuatan KFX/IFX bersama Korsel, kata dia, tahap yang sudah selesai dilaksanakan mencakup tahap teknologi desain. Dua tahun ke depan, ditargetkan akan mencapai tahap `enginering manufacturing development` dan prototipe.

"Dari sisi teknis, kita juga sudah kirim 52 ahli untuk belajar teknologi design," ucap Purnomo.

Menhan menambahkan, pada tahun 2012 KKIP juga telah menghasilkan sejumlah produk kebijakan. Dalam hal penyusunan regulasi, diantaranya disahkannya UU No 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan.

Sidang KKIP ke sembilan dipimpin langsung Menhan Purnomo Yusgiantoro selaku Ketua Harian KKIP, didampingi Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin sebagai Sekretaris. 

Dalam pembahasan tersebut juga dihadiri Ses Menristek, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin, Deputi II Kementerian BUMN, Kasum TNI dan Asrena Kapolri.

Sebelumnya, Pembangunan pabrik modern untuk pembuatan kapal selam TNI Angkatan Laut di Indonesia ditargetkan dapat direalisasikan pada tahun 2016 atau 2017 mendatang karena kapal selam pertama yang dibuat oleh Korea Selatan baru selesai pada tahun 2014.

"Pembangunan pabrik semua tergantung komitmen pemerintah. Pemerintah mutlak menyokong pendanaanya. Tanpa itu saya kira sangat sulit pembangunan kapal selam bisa direalisasikan di Indonesia," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati, Rabu (10/4).

Ia berharap sudah ada perencanaan dari sekarang agar pada waktunya nanti pengerjaan kapal selam ketiga itu lancar tanpa kendala.

"Keberadaan pabrik modern untuk membuat kapal selam menjadi kendala serius kita saat ini," kata Untung.

Pembangunan pabrik modern ini, katanya, bukan persoalan sederhana karena selain membutuhkan banyak sumber daya manusia yang handal, pemerintah pun harus menyiapkan dana yang tidak sedikit. 

Oleh karena itu, ia berharap sumber daya manusia yang sudah dikirim ke Korea benar-benar menyerap ilmu secara komprehensif. "Ketika secara keilmuan sudah memenuhi syarat, baru kemudian pemerintah mempersiapkan pabriknya," katanya.

Indonesia sudah sepakat melakukan transfer teknologi kapal selam dengan Korea Selatan, dimana akan dibuat tiga unit kapal selam. Untuk kapal selam pertama, pihak Indonesia hanya memantau pengerjaannya di Korea Selatan.

Selanjutnya, kata dia, pada pembuatan kapal kedua, teknisi di Indonesia dilibatkan dalam membuat kapal selam. Namun, pembuatannya tetap dilakukan di Korea Selatan.

Sementara untuk kapal selam ketiga, Indonesia akan membuat sendiri kapal itu di galangan kapal PT PAL. "Pada tahap inilah Indonesia harus mempersiapkan peralatannya. Termasuk membuat pabrik baru untuk mendukung pembangunannya," jelas Untung.

Ia juga memastikan Pangkalan Kapal Selam yang disiapkan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, bisa diresmikan pada akhir tahun ini. Pangkalan seluas 13 hektar inilah yang nantinya digunakan untuk menyimpan semua kapal selam yang dimiliki Indonesia, termasuk untuk menyimpan kapal selam baru yang saat ini dibuat di Korea Selatan. (Antara News).

TNI Berencana Borong Peluncur Rudal Amerika, Seberapa Canggih?

Alutsista TNI memang perlu dimodernisasi.


Sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia memang harus terus diremajakan, jika tidak ingin ketinggalan dengan sejumlah negara tetangga. Setelah membeli sejumlah peralatan tempur, kali ini TNI membeli sejumlah peluncur rudal anti-tank (ATGM) canggih asal Amerika Serikat. Namanya Javelin. Ini bagian dari upaya untuk memodernisasi alutsista.

Pembelian peluncur rudal itu disampaikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, usai rapat tertutup rencana kerja pemerintah bersama Panglima TNI dan Komisi I DPR RI, Senin 10 Juni 2013 di Jakarta. Pembelian itu, kata Purnomo, demi melengkapi alutsita Angkatan Darat Indonesia. "Ini masih rencana dan pembahasan," kata Purnomo.

Meski masih rencana, anti-tank baru itu  sudah dipamerkan dan diperagakan penggunaannya usai pembukaan latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC), yang digelar Senin 10 Juni 2013.

Sejumlah anggota DPR yang membidangi masalah pertahanan dan dimintai komentarnya soal pembelian ini, belum mau bicara banyak. "Belum kami bahas detail. Kami baru bicara Apache. Lagipula belum ada di Renstra (Rencana dan Strategis DPR), " kata anggota Komisi I DPR, yang juga politisi PDI Perjuangan, TB Hasanuddin.

Belakangan ini pemerintah memang sedang getol meremajakan alutsista yang dianggap sudah tua dan ketinggalan. Terutama ketinggalan dari sisi teknologi. Salah satu alasan mengapa Indonesia memilih alutsista hasil pabrik Amerika Serikat adalalh teknologi. "Saat ini, industri senjata kita masih belum mampu memproduksi senjata anti-tank seperti ini," katanya.
Dia menilai bahwa pembelian ini akan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertahanan nomor 34 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Alutsista TNI di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI. Di Pasal 38 Permen Pertahanan ini tercantum syarat pengadaan alutsista adalah alih teknologi.

Menurut Purnomo, dengan pembelian Javelin itu justru akan ada transfer teknologi senjata anti-tank.  Dia menambahkan, transfer teknologi ini nantinya akan berdampak pada industri persenjataan Indonesia. "Ini akan memacu percepatan di sektor industri pertahanan."

Javelin

Letnan Satu TNI Bonny Octavian sempat memperagakan penggunaan Javelin pada latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC). Dia mengatakan, jarak tembak rudal ini mencapai 2,5 kilometer. Javelin ini dilengkapi dengan pelacak canggih yang mampu mengunci dan menembak sasaran yang bergerak dengan daya ledak luar biasa. "Waktu reload rudal ini cukup cepat, yaitu 40 detik saja," kata Bonny.

Bonny mengungkapkan, TNI telah memesan 25 alat pembidik dan 189 rudal anti-tank Javelin buatan perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin ini. Namun senjata ini masih dalam tahap produksi dan belum dikirim.
Selain canggih, alat ini sangat ringan dan dapat ditempatkan di bahu penyerang. Menurut laman Inetres.com, rudal Javelin berbobot 11,8 kilogram sementara alat pembidik dan peluncur hanya 6,4 kilogram. "Selain canggih, senjata ini juga simpel dan ringan," kata Bonny.

Senjata ini telah dikembangkan sejak tahun 1989 oleh perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin dengan nama proyek Javelin Joint Venture. Produksinya sendiri dimulai tahun 1994 dan dikirimkan ke barak militer di Fort Benning, Georgia pada tahun 1996.

Laman army-technology.com menuliskan, Javelin digunakan tentara AS dan Australia pada perang di Irak antara Maret dan April 2003. Saat ini, senjata ini digunakan di Afganistan. Lebih dari 2.000 rudal Javelin telah ditembakkan AS dan tentara koalisi di negara ini.

Negara asing pertama pembeli Javelin adalah Inggris pada Januari 2003 dengan pemesanan awal sebanyak 18 peluncur dan 144 rudal. Negara lainnya yang telah menggunakan ini adalah Taiwan, Lithuania, Yordania, Australia, Selandia Baru, Norwegia, dan Irlandia. Beberapa negara lain tengah mengantre untuk mendapatkannya. Inetres.com memaparkan bahwa satu buah peluncur dan pelacak Javelin dibanderol US$126.000 atau sekitar Rp1,2 miliar, sementara rudal Javelin satuannya seharga US$78.000, setara Rp756 juta.

Modernisasi alutsista

Pada awal 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan pentingnya modernisasi alutsista TNI. Sebab, dalam 20 tahun terakhir Indonesia belum memodernisasi alutsista TNI-nya. Peningkatan modernisasi dan kekuatan TNI ini, kata Presiden SBY, diarahkan agar TNI dapat mendekati postur minimum essential force yang ditetapkan dalam kebijakan dan strategi pertahanan negara. Baik Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Darat. "Tentu ini butuh anggaran besar. But it is necessary," katanya.

Demi membangun kekuatan, pemerintah akan mempercepat modernisasi untuk mengejar ketertinggalan dari negara sahabat. SBY tak lupa berpesan pada pimpinan TNI agar dapat melaksanakan modernisasi dan pembangunan kekuatan dengan perencanaan yang baik dan sungguh-sungguh. "Gunakan anggaran yang dialokasikan negara yang jumlahnya cukup besar, cegah terjadinya penyimpangan," tegasnya.
Namun, pengadaan alutsista kerap diwarnai kontroversi. Salah satunya adalah tank Leopard 2A6 bekas asal Belanda. Pada bulan yang sama dengan pernyataan SBY,  Januari 2012, TNI tengah berencana membeli 100 tank bekas itu. Kepala Staf Angkatan Darat saat itu, Jenderal Pramono Edhie Wibowo, menyatakan Leopard cocok untuk kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Leopard 2 ini merupakan tank andalan Jerman pada masa lalu. Tank tempur utama Jerman ini merupakan pengembangan dari Leopard 1, dikembangkan oleh Krauss-Maffei pada awal 1970. Tank ini pertama kali digunakan pada 1979. Dan kini sudah lebih dari 3.480 Leopard 2 telah diproduksi.

Namun, rencana itu justru menimbulkan pro dan kontra. Sebagian kalangan, terutama sejumlah anggota Komisi I DPR, menolak keras rencana itu. Selain harga yang terlalu mahal, tank Leopard yang berbobot lebih dari 60 ton itu dinilai tak cocok dengan medan Indonesia yang bertanah gembur.

Penolakan tak hanya datang dari sejumlah anggota parlemen Indonesia, tapi juga parlemen Belanda. Dengan alasan tidak mau tank-tank itu digunakan untuk pelanggaran HAM oleh Indonesia. Lalu bagaimana dengan nasib Javelin? (VIVANews).