Sunday, October 12, 2014

Sekarang RI Bisa Ekspor Senjata dan Kapal Perang


Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Subang - Pemerintah memandang industri pertahanan Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi barang berkualitas ekspor. Apalagi ada program transfer teknologi yang digagas oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). 

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menyebut, industri pertahanan Indonesia bisa mengekspor produk pertahanan canggih, seperti kapal perang tipe Landing Platform Dock (LPD-125) ke Filipina.

"Contoh kapal LPD, dibangun yang dibangun di PAL. Sekarang ekspor ke Filipina. Timor Leste juga ingin beli," kata Purnomo di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Ekspor yang dilakukan oleh PT PAL Indonesia (Persero), tidak lepas dari program transfer teknologi yang diberikan oleh Korea Selatan. Awalnya Kemenhan memberi order kepada Korsel, namun dengan melibatkan PAL.

"Partner mau transfer seperti Korsel untuk bikin kapal LPD 7 tingkat. Itu kapal markas bisa angkut tank," sebutnya.

Selain kapal perang, industri pertahanan Indonesia juga mengeskpor peralatan tempur, seperti senjata SS1 dan Panser ANOA buatan PT Pindad. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjual baju militer hingga helm tahan peluru. 

Bahkan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga telah menjual pesawat ke berbagai negara.

Saat ini, Indonesia juga sudah memasuki pengembangan pesawat tanpa awak, produksi propelan, jet tempur, kapal selam, hingga tank. 

Purnomo memandang produk pertahanan Indonesia berpotensi besar merangsek pasar Asia Tenggara. Apalagi anggaran militer negara ASEAN sangat tinggi, sehingga itu menjadi peluang.

"Negara-negara ASEAN rata-rata pengeluaran militer US$ 8-9 miliar. Kalau dikali 10 bisa US$ 80 miliar. Itu besar," terang.

(Detik.com)

Saturday, October 11, 2014

BUMN Ini Pamerkan 3 Kapal Perang Canggih Rp 375 Miliar Buatan Surabaya di HUT TNI

Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Foto: Kapal Tempur PT PAL

Jakarta - BUMN nasional bidang strategis, PT PAL Indonesia (Persero) ikut berpartisipasi mamamerkan produk Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) buatan dalam negeri, dalam gelaran HUT Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-69 di Surabaya. 

PAL memamerkan 3 produk kapal perang varian terbaru pesanan TNI AL. Kapal ini berjenis Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter.

"Tiga unit KCR kita akan di-defile-kan (ikut parade)," kata Direktur Utama PAL Firmansyah kepada detikFinance, Selasa (6/10/2014).

KCR pesanan TNI AL tersebut telah diserahkan kepada oleh PAL secara bertahap mulai tahun ini. Terakhir diserahkan pada September kemarin.

KCR merupakan kapal perang hasil pengembangan para insinyur PAL. Teknologi yang diadopsi berasal dari kapal perang yang dibuat di Jerman dan Belanda. 

Kapal ini mampu melaju dengan kecepatan maksimal 28 knot, serta dilengkapi sistem persenjataan canggih seperti peluru kendali. Kapal ini mampu membawa 55 orang awak. Harga KCR dipatok Rp 375 miliar per unit.

Punya Pabrik Bahan Baku Roket Pertama, RI Bisa Hindari Embargo Asing


Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Subang - Kebutuhan produk bahan baku peledak (propelan) untuk amunisi kaliber kecil dan amunisi kaliber besar masih 100% diimpor. Akibatnya pertahanan Indonesia masih sangat bergantung dengan produk luar.

Kini, BUMN strategis PT Dahana (Persero) mulai membangun pabrik propelan pertama di Indonesia yang lokasinya di Subang Jawa Barat. Propelan merupakan bahan baku untuk pembuatan peluru, roket, peluru kendali hingga untuk amunisi.

Melalui pembangunan komponen pemenuhan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dari industri dalam negeri maka Indonesia setidaknya ke depan bisa tetap punya pertahanan baik, bila ada risiko terkena embargo dari pihak asing.

"Kita Bisa hindari embargo asing, serta bisa memenuhi kebutuhan pendorong roket higga amunisi. Itu sangat dibutuhkan oleh TNI dan Polri," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat saat acara groundbreaking pabrik propelan di area Energic Material Center di PT Dahana (Persero), Subang Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Untuk pengembangan pabrik ini, PT Dahana menggandeng perusahaan propelan dunia asal Prancis yakni Roxel dan Eurenco.

Alasan menggandeng produsen asal Prancis, karena Indonesia belum memiliki kemampuan dan teknologi untuk memproduksi propelan, maka diperlukan mitra untuk program transfer teknologi.

"Gagasan pabrik propelan sudah cukup lama namun R&D sulit dilakukan karena bahan baku utama sulit didapatkan," sebutnya.

Sedangkan Direktur Utama PT Dahana Harry Sampurno mengatakan pada tahap awal akan memprioritaskan produksi propelan untuk amunisi kaliber kecil. Pembangunan pabrik propelan fase I akan tuntas dalam 3 tahun ke depan. 

Kebutuhan propelan dalam negeri sebanyak 400 ton per tahun nantinya akan terpenuhi dari pabrik di Subang. Selama ini 100% propelan harus diimpor.

"Mulai produksi tahap pertama. Ini selesai selama 36 bulan. Kapasitas produksi total mencapai 800-1.000 ton per tahun," sebutnya.

Bom untuk Jet Tempur Sukhoi akan Dibuat di Subang

Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Subang - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen bahan peledak, PT Dahana (Persero) mulai tahun depan memproduksi bom khusus untuk pesawat jet tempur Sukhoi 27/30 milik TNI AU. Produk bom tersebut merupakan hasil sinergi antara perusahaan swasta dengan PT Dahana. 

Perusahaan swasta akan membuat badan bom sedangkan, konten dari bom akan dibuat di Pabrik Dahana di Subang Jawa Barat. Bom untuk jet tempur Sukhoi yang diproduksi antara lain P-100 Live dan Ovab.

"Kita siap produksi. Kita rencana dapatkan pesanan Kemenhan (kementerian pertahanan) 600 unit bom P-100 kemudian 400 bom Ovab. Produksi mulai tahun depan," kata Direktur Utama Dahana Harry Sampurno di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Bom P-100 live bisa dipakai membidik satu sasaran sedangkan bom Ovab dipakai atau bisa dijatuhnya beberapa bom dalam sekaligus.

"Jenis P-100 drob bom, untuk bom titik tertentu. Selama ini impor," katanya.

Rencananya kontrak tahap awal sebesar US$ 6 juta untuk bom P100 Live dan sekitar US$3 juta untuk Ovab. Bahan baku isi dari bom Sukhoi saat ini sedang dipersiapkan oleh PT Dahana. 

PT Dahana memulai membangun pabrik bahan baku bom atau peledak (NAC/SAC). Sedangkan untuk komponen fuse, saat ini masih diimpor dari Bulgaria.

"Fuse kita tetap impor. Tapi dengan skema transfer teknologi. Kita impor dari Bulgaria," jelasnya.

BUMN Ini Gandeng Turki Produksi Tank Sekelas Marder dan Kobra

Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Tank Marder 1A3 TNI AD (Foto: Wikipedia)

Subang - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen senjata dan kendaraan tempur RI, PT Pindad (Persero) menggandeng FNSS Turki untuk mengebangkan medium tank sekelas Marder hingga Kobra.

Program ini merupakan salah rencana strategis pemerintah di dalam memproduksi alat utama sistem senjata (alutsista) di dalam negeri. Tahap awal, Pindad dan FNSS akan melakukan penandatanganan project agreement.

"Minggu depan ada perjanjian dengan FNSS. Ini project agreement," kata Direktur Produk Manufaktur Pindad Tri Hardjono di Subang Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Kerjasama ini nantinya akan melahirkan purwarupa atau prototype medium tank. Nantinya kedua negara akan membuat purwarupa yakni 1 unit di Indonesia dan 1 unit di Turki. Setelah lahir purwarupa, proses selanjutnya adalah melakukan tahap pengujian dan sertifikasi. 

Proses untuk menghasilkan purwarupa, pengujian hingga sertifikasi memakan waktu selama 3 tahun. Artinya produksi massal medium tank lokal baru dilakukan pada tahun 2017.

"Uangnya dari Kemenhan RI dan Turki," jelasnya.

Medium tank sendiri nantinya memiliki bobot antara 25 ton hingga 40 ton. Medium tank ini dilengkapi persenjataan model canon. Varian tank dengan persenjataan canon merupakan model tersulit di dalam produk tank.

"Medium tank tipe canon merupakan varian paling sulit. Secara SDM kaitan dengan ini maka kita kerjasama dengan pihak asing. Kita develop SDM dan kompetensi kita," sebutnya.

Selain menggandeng Turki, sebetulnya Pindad telah melahirkan prototype medium tank asli karya para insinyur dalam negeri. Ke depan hasil prototype tersebut akan disinergikan dengan program pengembangan medium tank bersama FNSS Turki.

"Nanti kita gabungkan," ujarnya




Sekarang RI Bisa Ekspor Senjata dan Kapal Perang

Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Subang - Pemerintah memandang industri pertahanan Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi barang berkualitas ekspor. Apalagi ada program transfer teknologi yang digagas oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). 

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menyebut, industri pertahanan Indonesia bisa mengekspor produk pertahanan canggih, seperti kapal perang tipe Landing Platform Dock (LPD-125) ke Filipina.

"Contoh kapal LPD, yang dibangun di PAL. Sekarang ekspor ke Filipina. Timor Leste juga ingin beli," kata Purnomo di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Ekspor yang dilakukan oleh PT PAL Indonesia (Persero), tidak lepas dari program transfer teknologi yang diberikan oleh Korea Selatan. Awalnya Kemenhan memberi order kepada Korsel, namun dengan melibatkan PAL.

"Partner mau transfer seperti Korsel untuk bikin kapal LPD 7 tingkat. Itu kapal markas bisa angkut tank," sebutnya.

Selain kapal perang, industri pertahanan Indonesia juga mengeskpor peralatan tempur, seperti senjata SS1 dan Panser ANOA buatan PT Pindad. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjual baju militer hingga helm tahan peluru. 

Bahkan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga telah menjual pesawat ke berbagai negara.

Saat ini, Indonesia juga sudah memasuki pengembangan pesawat tanpa awak, produksi propelan, jet tempur, kapal selam, hingga tank. 

Purnomo memandang produk pertahanan Indonesia berpotensi besar merangsek pasar Asia Tenggara. Apalagi anggaran militer negara ASEAN sangat tinggi, sehingga itu menjadi peluang.

"Negara-negara ASEAN rata-rata pengeluaran militer US$ 8-9 miliar. Kalau dikali 10 bisa US$ 80 miliar. Itu besar," terang. 


Orang AS dan Australia Tak Percaya RI Bisa Buat Senjata Canggih Ini

Foto: Senjata SSR2 (Wiji-detikFinance)

Jakarta - Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2014 masih digelar di JIExpo Kemayoran hingga esok hari. Pameran terbuka dan gratis ini memamerkan seluruh produk buatan Indonesia berkualitas ekspor.

Salah satu yang dilirik banyak calon pembeli (buyers) dari dalam dan luar negeri adalah, sebuah senjata canggih laras panjang. Bahkan banyak calon pembeli dari Amerika Serikat (AS) dan Australia belum percaya, senjata canggih ini diproduksi oleh perusahaan Indonesia.

"Buyers dari Amerika dan Australia itu datang kemari dan mengatakan, mereka kaget kok bisa Indonesia buat alat senjata canggih semacam ini," ujar Desain Produk PT Pindad (Persero) Yudi, kepadadetikFinance, Sabtu (11/10/2014).

Senjata jenis SPR (Senapan Penembak Runduk) 2 ini ditegaskan Yudi, memang buatan asli PT Pindad. Senjata ini memang canggih, dan pesaing senjata-senjata yang diproduksi dari AS maupun Rusia.

SPR 2 mempunyai spesifikasi panjang larasnya 1050 mm dan beratnya 19 kg. Peluru yang digunakan berkaliber 12,7 mm, dengan jarak tembaknya 1,8 hingga 2 km.

"Mereka (buyers Australia dan Amerika) mengira ini mainan. Saya jelaskan ini senjata asli, mereka bilang Indonesia sudah hebat," imbuhnya.

SPR 2 didesain bukan untuk menembak personel/orang melainkan material termasuk kendaraan lapis baja. Yudi mengklaim senjata ini bisa meledakan satu kendaraan hanya dengan sekali tembakan dengan peluru MU3 Blam. Hanya saja masih ada satu komponen dari senjata ini yang masih harus diimpor.

"Teleskop kita masih menggunakan buatan luar negeri yaitu Jerman. Masalah lensa kita belum bisa buat," imbuhnya.

Saat ini SPR 2 masih menjadi salah satu komponen senjata penting Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat bertugas. Selain digunakan di dalam negeri, senjata ini juga sudah diekspor ke negara luar.

"Berapa harganya? Saya belum sebut karena ini G to G (perjanjian antar pemerintah) kalau mau beli. Selain TNI, kita juga sudah mulai ekspor ke Fiji," sebutnya.Wiji Nurhayat (Detik.com)

Friday, October 25, 2013

Bodi Helikopter Cougar Asli Buatan Indonesia


BANDUNG — Industri pesawat terbang Indonesia terus berkembang. PT Dirgantara Indonesia, badan usaha milik negara (BUMN) strategis, bekerja sama dengan Eurocopter dalam mengembangkan helikopter EC 725 Cougar.

Setelah tiga tahun pengembangan, fuselage (badan helikopter) Cougar akhirnya rampung. Helikopter tersebut didesain oleh Eurocopter, industri helikopter yang bermarkas di Perancis dan merupakan pemegang hak cipta dari helikopter Cougar.

Awalnya PT Dirgantara Indonesia (PT DI) merakit helikopter ini atas pemesanan dari TNI Angkatan Udara sebanyak empat unit. Eurocopter kemudian mengirim desain Cougar. Namun, desain yang dikirimkan ternyata belum sempurna.

"Mulanya kami seperti subkontrak, mereka memberikan desain, kami yang mengerjakan. Tapi ini berbeda. Gambar-gambar yang diberikan kepada kami itu belum matang. Belum bisa menjadi komponen dan masih banyak kesalahan. Kami membantu desain tersebut menjadi desain utuh," ujar Sonny Saleh Ibrahim, Kepala Komunikasi PT DI, Rabu (23/10/2013).

Karena turut serta dalam mendesain Cougar, PT DI tentu mendapat keuntungan. "Akhirnya kami investasi juga di dalam, tapi investasi produksi. Tools-nya jadi tools kami. Jadi, nanti suatu hari misalnya negara lain membeli Cougar di Eurocopter, komponennya dibuat di sini, lalu kirim ke Perancis," kata Sonny.

PT DI menjadi mitra strategis Eurocopter. Hal ini sudah berlangsung selama tiga tahun sejak TNI AU melakukan pemesanan pada tahun 2010. PT DI bertugas mengerjakan fuselage dan tail boom (buntut helikopter) sambil mengembangkan desain. Baling-baling dan sisanya dikerjakan oleh Eurocopter.

Setelah menerima desain untuk pembuatan fuselage dan tail boom, karya PTDI ini diserahkan kepada Eurocopter untuk dipasangi mesin dan komponen lainnya. Helikopter belum rampung karena masih harus diserahkan kembali ke PT DI untuk pemasangan komponen elektronik dan lain-lain. Jika rampung, maka helikopter berkapasitas 22 orang ini bisa diserahkan ke TNI AU sebagai pemesan.

Bagaimana dengan pemasangan persenjataan di Cougar ini? "Selama persenjataan yang digunakan adalah produksi PT Pindad, kami yang akan memasangnya. Kalau impor, TNI AU sendiri yang akan pasang karena mereka yang tahu," ujar Sonny.

Tak hanya dengan Eurocopter, kerja sama serupa juga dilakukan oleh PT DI dengan perusahaan Airbus. PT DI menjadi penyuplai global. "Global supplier itu, kami membuat komponen untuk Airbus atau Eurocopter, lalu pesawatnya dipakai di seluruh dunia," kata Sonny.

Karya dari jerih payah anak bangsa Indonesia akhirnya bisa berkibar juga di dunia internasional meski sebagian bahan baku masih harus diimpor. Sejak 1976, pembuatan helikopter di PT DI selalu atas lisensi penuh dari luar negeri. Pembuatan Cougar ini menjadi yang pertama bagi PT DI dalam berposisi sebagai mitra strategis industri luar negeri.

Pembuatan helikopter di PT DI dimulai dengan jenis NBO 105 pada 1976, dilanjutkan dengan Puma NSA 330 dan Super Puma NAS 332 di tahun 1982. Dua tahun kemudian, pada 1984, PT DI memproduksi lagi Nbell 412.

EC 725 Cougar sendiri dikerjakan sejak 2010, diikuti pengerjaan Bell 412-EP pada 2011. Helikopter Cougar sendiri merupakan evolusi dari Super Puma NAS 332. Hingga saat ini, Super Puma NAS 332 sudah diproduksi sebanyak 20 unit. Sebagian besar produksi digunakan oleh TNI AU. (Rhea Febriani Tritami)
(Kompas)




Tuesday, October 22, 2013

Desain Pengembangan Pesawat N-250 Libatkan 6 Maskapai

Enam maskapai itu digandeng Regio Aviasi sebagai penggagas.



Salah satu perusahaan di industri penerbangan, PT Regio Aviasi Industri, menggandeng enam maskapai untuk mendesain pesawat R-80. Produk itu merupakan pengembangan pesawat N-250 yang digagas B.J. Habibie.

Pesawat N-250 adalah pesawat yang dikendalikan secara elektronik atau dikenal dengan istilah fire by wire kedua setelah pesawat Airbus A-300.

Komisaris Utama Revio Aviasi Industri, Iham A. Habibie, pada Selasa, 22 Oktober 2013, mengatakan, saat ini proses desain pesawat R-80 masih berjalan. Selama proses perancangan itu, beberapa maskapai yang terlibat adalah perusahaan penerbangan yang ada di Indonesia.

"Semuanya maskapai Indonesia. Selain NAM Air, ada Citilink, Wings Air, Kalstar Asia, Sky Aviation, dan Merpati Nusantara Airlines," kata Ilham di Jakarta.

Ilham mengatakan, rancangan tersebut juga memperhitungkan masukan-masukan dari keenam maskapai tersebut. NAM Air sendiri sudah menandatangani kontrak pengadaan 100 unit pesawat "narrow body" itu.

"Memang luar biasa NAM Air. Saat ini, mereka sudah mengambil keputusan. Mereka juga sudah meminta harganya, padahal kami masih mendesain," kata dia.

Manajemen Regio menyatakan, desain awal R-80 akan rampung pada April 2014. Selanjutnya, perusahaan akan membuat prototipe pesawat itu, yang diperkirakan selesai pada 2016. Setelah itu, akan dilakukan sertifikasi kelayakan udaranya.

"Kami akan melihat penerbangan perdananya pada 2016. Setelah itu, kami akan melakukan sertifikasi kelayakan udara. Dua tahun sertifikasinya," kata dia.

Menurut dia, apabila tidak ada halangan, penyerahan perdana R-80 kepada pemesan akan dilakukan pada 2018. "Tapi, ini masih bisa berubah dari rencana awal. Sejauh ini, masih belum ada perubahan," kata dia.

(Viva.co.id)




Teknologi 'Kapal Perang Siluman' dari Surabaya











Surabaya- Teknologi siluman, yang memungkinkan kapal perang tak terdeteksi radar musuh, menjadi salah satu keunggulan penting bagi sistem pertahanan di negara maju. Hanya saja, untuk menciptakan teknologi canggih seperti ini membutuhkan anggaran besar. Tak mengherankan jika teknologi semacam ini seperti menjadi monopoli negara maju.



Benarkah teknologi seperti itu tak bisa dimiliki oleh Indonesia? Jawaban atas pertanyaan inilah yang ingin dipecahkan oleh Mochammad Zainuri, dosen Fisika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, melalui risetnya sejak 2009 lalu.  


Menurut dia, teknologi siluman sebenarnya bisa dikembangkan dengan dua cara. Pertama, membuat kapal dengan struktur dan desain yang tidak bisa dilacak dengan radar. Artinya, saat terkena radar, bagian dari kapal tersebut akan memantulkannya ke arah lain sehingga membuatnya tak terdeteksi. "Untuk membuat kapal sendiri dengan desain dan struktur canggih, butuh biaya sangat besar. Ini tidak mungkin saya lakukan," kata dia saat ditemui Tempo di rumahnya di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu 29 Juli 2012. Ia menyadari anggaran untuk alat utama sistem persenjataan Indonesia sangat terbatas. 


Kedua, mengembangkan teknologi "kapal siluman" dengan menyulap kapal-kapal bekas yang dilapisi material nano komposit sehingga bisa menyerap gelombang radar. Konsep inilah yang sedang ditelitinya sejak tiga tahun lalu hingga kini. Pria 48 tahun ini terus mengembangkan teknologi siluman dengan mengembangkan material nano komposit, pelapis yang mampu menyerap gelombang radar. 


Material untuk nano komposit itu diambil dari bahan-bahan alam pasir besi di Pantai Bambang Lumajang, Jawa Timur.  Pertimbangannya, pasir di wilayah ternyata mempunyai sifat veromagnetik (pasir besi). Untuk bisa menjadi bahan nano komposit, pasir besi ini terlebih dahulu dipisahkan, diekstraksi, dan direkayasa. Hasilnya lantas digabung dengan partikel listrik yang berbahan dasar PANi (ponianeline) dalam orde nano dan diikat sehingga bisa dilapiskan dalam bahan logam. 


Kenapa dalam ukuran orde nano? Kata Zainuri, semakin kecil ukuran partikel maka akan memperluas permukaan spesifik, sehingga kemampuan menyerap radar semakin besar. 


Setelah diuji coba, kata Zainuri, logam yang telah dilapisi dengan material ini tidak bisa dilacak radar jarak jauh microwafe dengan gelombang 8-12 GHz. Radar jarak jauh jenis ini biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal. Hasilnya, gelombang radar yang dikirim oleh alat deteksi tidak bisa terpantul kembali alias terserap atau (terabsorsi) oleh material tersebut hingga 99 persen.


Zainuri menambahkan, prinsip kerja radar adalah mengirim gelombang ke kapal tersebut. Biasanya kapal selalu memantulkan kembali gelombang yang dikirim tersebut, sehingga membuat keberadaannya terbaca di alat pemantau radar. "Jika diberi pelapis logam ini, maka kapal-kapal perang kita tidak akan terdeteksi oleh gelombang radar meski sebelumnya adalah kapal-kapal bekas yang selalu bisa terdeteksi oleh gelombang radar," ujarnya.


Ia mengungkapkan, ketertarikannya untuk menggunakan pasir besi pesisir pantai Lumajang menjadi bahan dasar pelapis logam anti radar berawal dari karena keterlibatannya dalam survey yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Jawa Timur. Ia diminta untuk meneliti bahan-bahan alternatif yang terkandung pada pasir pantai tersebut. 


Saat itu kata dia, banyak kontraktor perumahan yang langsung datang dan membeli pasir di wilayah setempat. Harga pasirnya juga lebih lebih mahal dari yang lain. "Saya diminta meneliti apa kelebihannya.Dan setelah saya teliti ternyata pasir setempat mempunyai sifat veromagnetik (pasir yang mengandung besi)," kata pria kelahiran Surabaya, 30 Januari 1964 ini.


Usai melakukan survey itulah muncul ide untuk berkontribusi terhadap ketahanan alutsista Indonesia. Ide semacam ini juga terpicu oleh tantangan Profesor Sirait, promotor Strata III-nya di Universitas Indonesia. "Lue bisa apa untuk bantu pertahanan keamanan Indonesia ?" kata Zainuri, menirukan ucapan promotornya. Zainuri adalah lulusan Strata 3 Metalurgi dan Material Universitas Indonesia tahun 2008. Strata 2-nya juga dari kampus yang sama. Sedangkan Strata 1-nya dari ITS.


Setelah itu, ia terus berfikir untuk meneliti sesuatu dan memanfaatkan ilmunya. "Awalnya ingin melakukan riset menciptakan peluru ramah lingkungan sehingga selongsongnya tidak terbuang sia-sia. Namun akhirnya menawarkan untuk mengembangkan teknologi anti radar," ujar dia. Dengan bantuan dana dari Departemen Riset dan Teknologi, ia kemudian mengembangkan riset teknologi siluman ini. 
(Tempo.co)




Wednesday, October 16, 2013

Smartphone Made in Indonesia, Kenapa Tidak?

Harga Rp 500 Ribu, Sudah Antisadap, Anti - Situs Porno Pula



Diawali dari alat utama sistem persenjataan (alutsista) hingga mobil, Indonesia terus mengejar ambisi memproduksi produk favorit konsumen di dalam negeri. Salah satu yang kini dalam persiapan serius adalah smartphone made in Indonesia.
= = = = = = =  =
HARAPAN terhadap munculnya produk smartphone karya anak bangsa terbit pada pengujung Agustus lalu. Tepatnya ketika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian (Puslit) Informatika meluncurkan smartphone bernama BandrOS.
Smartphone BandrOS ini tidak seperti barang sejenis yang mengklaim buatan Indonesia, tetapi operating system (OS)-nya bikinan luar negeri.  Entah itu menggunakan OS Android, iOS, BlackBerry, Windows Phone, atau sejenisnya.
Pada teknologi smartphone, posisi OS ibarat nyawa pada manusia. Sementara chasing atau perangkat keras handphone ibarat badan. Meskipun perangkatnya dibuat di Indonesia, tetapi jika menggunakan OS impor, tidak sah disebut karya anak bangsa.
Namun, khusus BandrOS ini benar-benar produk lokal. Semuanya dibuat orang Indonesia. Khusus perangkat teleponnya mendapatkan suntikan ide dari PT INTI, selaku produsen pesawat telepon dan telepon genggam lokal. Sedangkan "nyawa" smartphone ini dikembangkan dua peneliti LIPI Ana Heryana dan Sahrul Arif, yang akhirnya diberi nama BandrOS.
Smartphone ini saat diluncurkan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong sudah berbentuk prototipe (produk contoh). Sejumlah pihak seperti Kepala LIPI Lukman Hakim mendapatkan satu unit prototipe BandrOS.
Dari tampilan fisiknya, BandrOS ini hampir mirip dengan smartphone yang sekarang beredar di pasaran. Peranti ini menggunakan teknologi full touch screen dengan layar 3,5 inci. Aplikasi dan fungsi di dalamnya juga tidak jauh berbeda dengan smartphone lainnya. Di antaranya bisa dipakai untuk menelepon, SMS, internetan, multimedia, game, GPS, dan fitur-fitur ter-update yang lain.
Penelitian BandrOS dimulai pada 2010. Proyek tersebut merupakan tindak lanjut prestasi LIPI menciptakan open source IGOS Nusantara pada 2006. Sayangnya, meskipun bebas di-donwload dan dipasang di komputer desktop maupun laptop, IGOS Nusantara tidak bisa mengalahkan dominasi peranti lunak Windows.
Kepala Bidang Komputer Puslit Informatika LIPI Agus Subekti menuturkan, BandrOS ini diciptakan awal mulanya bukan murni untuk dibenamkan di smartphone. "Tujuan kami dari pengembangan BandrOS adalah untuk kebutuhan komputasi khusus," ungkap dia di Jakarta beberapa waktu lalu.
Agus menceritakan, sistem operasi BandrOS ini awalnya diterapkan pada komputer khusus (special purpose computer) yang berwujud single board computer (SBC). Perangkat komputer khusus ini di antaranya sudah sukses dipakai untuk proyek stasiun cuaca nirkabel. Pada prinsipnya, sistem operasi BandrOS ini dikembangkan dengan menggunakan open source software Linux. "Setelah sukses membuat BandrOS yang ditanam di komputer khusus untuk cuaca tadi, baru tebersit gagasan untuk dipakai di peranti smartphone," paparnya.
Diskusi awal menggodok ide ini melibatkan berbagai pihak. Antara lain dari PT INTI selaku produsen pesawat telepon dan telepon genggam lokal. Selain itu, ada perwakilan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).
Hasil diskusi tadi menargetkan bisa membuat prototipe smartphone yang sudah dibenamkan BandrOS di dalamnya tahun ini. Target tadi akhirnya bisa dipenuhi Agustus lalu. Prototipe smartphone BandrOS diperkenalkan ke publik bersama dengan pengenalan minibus bermotor listrik dengan nama Hevina.
Penamaan BandrOS diberikan bukan asal-asalan. Di tempat kelahirannya, Bandung, istilah bandros itu adalah nama salah satu makanan khas setempat. Kue bandros berasa gurih dan bentuknya seperti kue pukis. Kue ini memiliki nama lain kue pancong. Dengan dasar tadi, BandrOS diharapkan lebih bernuansa lokal. Penamaan BandrOS juga memiliki kepanjangan, yaitu Bandung Raya Operating System.
Peluncuran smartphone BandrOS tersebut sempat menghebohkan. Salah satunya adalah kemampuannya menjadi handphone antisadap pertama di Indonesia. Sejumlah pihak bahkan mengatakan, beberapa kalangan sangat intensif melobi LIPI supaya menciptakan smartphone itu dalam jumlah besar. Seperti mafhum diketahui, baru-baru ini banyak kasus korupsi kakap yang melibatkan politikus, PNS, dan swasta yang dibongkar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari hasil penyadapan.
Kepala LIPI Lukman Hakim tidak menampik kemampuan khusus BandrOS sebagai handphone antisadap. Melalui sistem operasi yang dikembangkan sendiri, kustomisasi smartphone BandrOS bisa diolah sesuka hati. Seperti diciptakan supaya tidak bisa disadap dan diproteksi atau diblok untuk mengakses situs-situs porno.
"Tapi, saya tegaskan, arah BandrOS ini bukan seperti itu (menjadi handphone antisadap, Red). Nanti bakal banyak yang memesan ke saya," kata Lukman.
Dia menjelaskan, hingga kini LIPI dan pemerintah belum berencana memproduksi BandrOS sebagai smartphone umum. Dia mengatakan, jika BandrOS dilepas secara umum, teknologinya sudah terlalu jauh untuk menggeser smartphone yang sudah ada.
Tetapi, Lukman menyatakan bahwa teknologi BandrOS ini akan dikembangkan untuk telekomunikasi khusus. Misalnya untuk polisi hutan dan polisi perairan yang tugasnya blusukan di penjuru Indonesia. Fungsi jagoan dari BandrOS yang bakal dikembangkan lagi antara lain untuk keperluan pendidikan, administrasi perkantoran, komunikasi aman/rahasia, pengendalian jarak jauh, dan sistem pengamatan.
"Jadi, untuk diproduksi masal dan dijual ke pasaran umum, itu masih jauh," tutur Lukman. Selain itu, wewenang LIPI adalah penelitian dan pengembangannya. Urusan produksi masal umumnya diambil alih vendor-vendor swasta.
Jika pihak LIPI masih gamang terhadap rencana produksi masal BrandOS, pemerintah justru berencana mulai memproduksi massal pada tahun depan.
Langkah itu untuk membendung arus impor handphone yang semakin deras mengalir ke Tanah Air. Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan, untuk bersaing di industri global, Indonesia mesti berani melakukan inovasi teknologi. "Insya Allah, tahun depan diproduksi massal," katanya.
Dia mengatakan, handphone yang akan diproduksi itu masih dikaji lebih matang agar saat dilepas ke pasaran bisa kompetitif dengan produk impor. "Kalau soal harga lebih murah, handphone impor sampai Rp3 juta, kalau yang ini bisa di bawah Rp1 juta," katanya bangga. Kisaran harganya berkisar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu saja. (wan/c9/kim)




Sunday, October 13, 2013

Ini Kata Dirut Merpati Soal Pesawat R80 Buatan BJ Habibie


Jakarta - Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) Capt Asep Ekanugraha angkat bicara soal rencana Mantan Presiden Indonesia BJ Habibie membuat pesawat baru. Asep mengaku mengikuti perkembangan pesawat R80yang digarap Regio Aviasi ini.

"Saat ini masih desain, tapi kita terus ikuti," ungkap Asep saat berkunjung ke kantor detikFinance, Kamis (10/10/2013).

Menurut Asep, Merpati mencermati setiap jenis pesawat yang ada untuk kedepannya digunakan oleh perseroan. Pesawat yang sesuai dengan performance dan rencana bisnis Merpati akan didatangkan.

"Untuk R80 itu ada airline working group-nya. Di sini posisi kita mencermati dahulu jika memang sesuai maka akan kita gunakan. Maksudnya sesuai adalah pesawat yang tepat dengan rencana bisnis Merpati," tuturnya.

Sejauh ini pesawat yang bakal digunakan perseroan adalah milik PT Dirgantara Indonesia (PT DI) yaitu N-219.

Dijelaskan Asep, penggunaan N-219 mendukung rencana bisnis Merpati untuk terus mengembangkan penerbangan perintis. Ia mempunyai mimpi untuk terus membuat Merpati terbang keliling Indonesia.

"Untuk kelas 20 seater itu penerbangan perintis kita siap gunakan N-219. Kita tetap menjelajah langit Indonesia dengan berupaya menghubungkan tempat-tempat yang belum digarap maskapai lain. Ini ciri khas kita," jelas Asep.

Saat ini untuk kelas sampai 20 tempat duduk, Asep menjelaskan Merpati memiliki 8 pesawat. Antara lain, Twin Otter dan Cessna.

"Ke depan kita siap menambah sampai 40 pesawat untuk penerbangan perintis. Doakan agar Merpati bisa terus terbang di tanah air Indonesia," tutup Asep.

http://m.detik.com/finance/read/2013/10/10/183636/2383941/1036/




BJ Habibie: Harga 1 Kg Pesawat Terbang Setara 450 Ton Beras


Jakarta - Mantan Presiden BJ Habibie punya pemikiran bahwa masalah mendasar yang dihadapi Indonesia saat ini dan ke depan adalah persoalan ketidakadilan dan kemiskinan. Untuk mengatasi satu dari dua masalah itu yaitu kemiskinan maka perlu upaya penciptaan lapangan kerja diantaranya dari sektor industri kedirgantaraan.

Bahkan Habibie menyebutkan, nilai tambah industri kedirgantaraan sangat luar biasa. Ia mengilustrasikan harga satu pesawat terbang bisa setara dengan jutaan ton beras.

"Saya mikir, saya mau menang lawan kemiskinan. Caranya kasih dong pekerjaan, kasih jam kerja. Satu kilogram pesawat terbang penumpang harganya sama dengan 450 ton beras," kata BJ Habibie kepada detikFinance pekan lalu.

Untuk mewujudkan keinginannya memerangi kemiskinan, pada masa lalu ia mengirim banyak putra-putra terbaik Indonesia ke luar negeri untuk mengembangkan industri kedirgantraan di Tanah A‏ir. Menurutnya Indonesia tak boleh terus bergantung dengan pesawat impor dan harus mandiri membuat pesawat penumpang di dalam negeri. 

"Saya bilang orang-orang yang saya bimbing dengan kasih sayang dikirim ke luar. Belajar N250 sudah terbang, N2130 baru mau terbang. N250 sudah ETA certified, 80 persen. Tahun 2000 masuk market, assembly line di Alabama sudah ada dan di Stuttgart untuk Eropa," katanya.

Namun krisis 1998 lalu membuat segala rencananya kandas, waktu itu IPTN yang kini PTDI tak lagi mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah. Akhirnya para sumber daya manusia yang ia didik tidak bisa kerja di dalam negeri. 

"Dibubarkan. Ke mana mereka? Boeing, Airbus, Brasil, Turki, semua," katanya.

Saat ini Habibie kembali mengembangkan pesawat penumpang baling-baling penerus dari N250, yaitu R80 dengan kapasitas 80 penumpang. Pesawat ini kini masih dalam studi, harapannya 2016 nanti sudah bisa diproduksi massal, bahkan maskapai Sriwijaya A‏ir sudah memesan untuk anak usahanya NAM Air.

http://m.detik.com/finance/read/2013/10/11/124617/2384508/1036/