Saturday, March 30, 2013

PT DI Buat Helikopter Berteknologi Tinggi : EC-725-Cougar

Helikopter Cougar EC 725 : produk PT DI berikutnya.

Tinggalkan Super Puma, PT DI Buat Helikopter Berteknologi Tinggi

Rista Rama Dhany - detikfinance
Rabu, 27/03/2013 13:02 WIB


Helikopter kelas Heavy seperti ini
yang akan dibuat PT DI pada 2014
Langkawi - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) tidak lagi memproduksi helikopter mewah dan canggih Super Puma NAS332C1. BUMN ini sedang memproduksi helikopter berteknologi tinggi dan lebih canggih yakni EC-725-Cougar.

"Kita tidak lagi produksi Super Puma, kita tinggalkan itu. Memang Super Puma ini saja helikopternya canggih, sekelas Mercy kalau di merek mobil," ucap Direktur Utama PT DI Budi Santoso ditemui di 12th Langkawi International Maritime & Exhibition 2013 (LIMA '13), Malaysia, Selasa (26/3/2013).

Dikatakan Budi, saat ini sudah ada helikopter bertekonolgi yang lebih baru lagi yakni Helikopter Cougar yang jauh lebih canggih.

"Kita sekarang memproduksi Cougar EC-725, tekonologi dan peralatannya jauh lebih bagus dibandingkan Super Puma. Ya seperti mobil kijang, kan dari kapsul makin tahun ada pembaruan. Nah Cougar ini generasi terbaru helikopter di kelas heavy," ungkap Budi.

Diakui Budi, helikopter Cougar ini memang tidak 100% buatan PT DI sendiri. "Justru Cougar ini lisensinya dan desainnya punya EuroCopter, sama seperti Super Puma yang punya Eurocopter, tapi dari desain menuju produksi kami yang melakukan, seperti pembuatan hampir seluruh bagian badan helikopter seperti fuselage and tail boom," terangnya.

Saat ini PT DI sedang mengerjakan 6 helikopter Cougar pesanan TNI yang rencananya akan selesai dikerjakan pada 2014.

Pesawat CN295 Mengundang Kagum di Malaysia

Pesawat CN 295

Pesawat CN295 Mengundang Kagum di Malaysia  

Pesawat CN295 Mengundang Kagum di Malaysia  
Pesawat CN 295 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, 4-10, 2012. Pesawat CN 295 merupakan pesawat angkut taktis menengah hasil kerjsasama Airbus Military dan PT dirgantara Indonesia. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo.
TEMPO.COLangkawi – Indonesia memamerkan pesawat CN 295 di Langkawi Internasional Maritime and Aerospace (LIMA) 2013. Tampil di dekat helikopter Apache, penampilan adik CN 235 itu tak kalah mengundang penasaran pengunjung pada hari pertama perhelatan. Apalagi, kabin CN 295 bisa dikunjungi.

Pengunjung juga diperbolehkan berfoto di kokpit. "Ini buatan Indonesia," ujar Najib, seorang pengunjung, saat akan berfoto di dalam kabin. (Lihat FOTO, Aksi Aerobatik Pesawat Jet dari Breitling Jet Team)

CN 295 adalah pesawat terbaru rancangan PT Dirgantara dan Cassa, Spanyol. Di Spanyol, pesawat ini sudah diproduksi lebih dulu dan digunakan sebagai pesawat militer angkut kelas medium. Dua negara tetangga sudah menyatakan tertarik untuk membeli, yakni Thailand, Filipina, dan Malaysia. TNI Angkatan Udara sendiri akan membeli sembilan pesawat ini. Total jenderal, 100 CN 295 sudah diproduksi dan digunakan 17 angkatan perang. Tujuh angkatan peran di antaranya bahkan memesan kembali pesawat tersebut.

CN 295 lebih besar dari kakaknya dan yang terpanjang di kelasnya, sehingga bisa digunakan untuk aneka tujuan. Dari pemburu kapal selam, kargo, hingga pesawat angkut personal. Keunggulan CN 295 dibandingkan pesawat angkut di kelas yang sama adalah pesawat ini hanya butuh landasan pacu yang pendek, selain bisa take off dan landing di medan darurat.

Adapun biaya operasional per jamnya lebih hemat dibandingkan pesawat yang sekelas. Hal ini berkat konsumsi bahan bakar yang irit dan suku cadang yang murah. “CN 295 yang tercanggih di kelasnya,” ujar Sony.

Tak mengherankan, pesawat ini diandalkan untuk misi-misi kemanusiaan di wilayah terpencil di Irak, Afganistan, hingga Chad dan Haiti.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, PT Dirgantara menjadi wakil Indonesia dari kalangan industri, bersama Tim Aerobartik Jupiter dari militer. "Kami harap pameran di Langkawi akan menarik banyak perhatian internasional," ujar Purnomo saat melepas CN 295 ke Langkawi di Halim Perdana Kusuma, Jumat lalu.

Selain memamerkan CN 295, PT DI yang juga membuka stan pamer menawarkan CN 212 dan CN 235. Kedua pesawat yang lebih dulu diproduksi PT Dirgantara ini juga diminati Korea Selatan dan Filipina. “Semua hadir dalam berbagai versi, tergantung kebutuhan,” kata Sonny Saleh Ibrahim, Asisten Presiden Direktur PT Dirgantara di Langkawi.

LIMA 2013 dihadiri 38 negara dari seluruh benua. Perhelatan berlangsung mulai hari ini hingga 30 Maret.

Begini spesifikasi CN 295

KARAKTERISTIK
Panjang: 24,50 meter
Tinggi: 8,66 meter
Rentang sayap: 25,81 meter

Berat maksimum: 23.200 kg
Daya angkut: 9,250 kg
- Personel: 71 orang
- Pasukan penerjun: 49 orang
- Evakuasi: 24 ranjang + 6 tenaga medis

Kecepatan: 480 km/jam
Mesin: 2 x PW-127G turboprop
Jarak jelajah: 5.400 km tanpa muatan

YOSEP S. (LANGKAWI)

Konflik Sabah, Malaysia Tertarik Beli Pesawat CN 295 Buatan Indonesia


Jumat, 22/03/2013 10:53 WIB

Konflik Sabah, Malaysia Tertarik Beli Pesawat CN 295 Buatan Indonesia

Syarifah Nur Aida - detikNews
Pesawat CN 295 buatan PT DI

Jakarta - Dalam acara Langkawi International Maritime and Aerospace (LIMA), Indonesia akan memamerkan sejumlah pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia. Kabarnya, Malaysia tertarik pada CN 295 seiring dengan merebaknya konflik di Sabah.

Budiman Saleh, Direktur PT Dirgantara Indonesia, mengatakan ada beberapa pesawat yang akan dipamerkan. Di antaranya CN 295 dan produk-produk buatan PT DI lainnya.

"Target kita dari Filipina, 212, 235, dan 295. Saat ini itu target kita Malaysia, yang juga tertarik 295 karena konflik Sabah. Korea tetap tertarik pada 212. PT DI punya stand, ada pesawat TNI AU aktif demo," kata Budiman saat jumpa pers di Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Jumat (22/3/2013).

Apa kelebihan CN 295? Menurut Budiman, pesawat itu generasi terbaru dari semua jenis 'medium lifter'. Pesawat jenis bisa sebagai pengganti pesawat Fokker 27.

"Sebenarnya CN 235, nah yang bentuknya lebih itu CN 295, juga lebih besar mesinnya, hasil kerja sama dengan Airbus Military, Spanyol. Optimistis bakal banyak order," jelasnya.

Menhan Purnomo Yusgiantoro menambahkan, CN 2935 sudah dikirim ke Langkawi. Selain pesawat di atas, ada juga Thailand yang tertarik dengan light transporter buatan PT DI.

"Semoga nanti di sana kita bisa menarik perhatian," ucap Purnomo.

Acara LIMA digelar mulai tanggal 26-30 Maret 2013 di Langkawi, Malaysia. Peserta LIMA terdiri dari negara-negara di Asia Pasifik.

(mad/nrl)

PT DI Serahkan 6 Helikopter Serbu Canggih


PT DI Serahkan 6 Helikopter Serbu Canggih

Helikopter serbu bikinan RI ini bisa digunakan untuk penyelamatan.

ddd
Jum'at, 15 Maret 2013, 13:44Hadi Suprapto, Riefki Farandika Pratama (Bandung)


Sejumlah anak-anak melihat dari dekat persenjataan yang ada di pesawat helikopter Bell 412 pada pameran Alutsista di Jayapura, Papua, Senin(4/3/2013).
Sejumlah anak-anak melihat dari dekat persenjataan yang ada di pesawat helikopter Bell 412 pada pameran Alutsista di Jayapura, Papua, Senin(4/3/2013).(ANTARA/Anang Budiono)
VIVAnews - PT Dirgantara Indonesia menyerahkan enam unit helikopter angkut tipe Bell-412 EP kepada Kementerian Pertahanan yang kemudian diserahkan ke TNI AD. Penyerahan ini berdasarkan kontrak jual beli pada 6 Maret 2012  dengan sumber dana dari Fasilitas Kredit Ekspor tahun anggaran 2009.

Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, mengatakan bahwa dengan pemberian helikopter ini diharapkan dapat membawa pengaruh besar yang positif kepada kemampuan TNI khususnya TNI AD dalam menghadapi tugas-tugasnya.

"Dengan helikopter jenis Bell generasi baru diharapkan dapat memberikan pengaruh besar bagi kemampuan TNI," kata Budi di Bandung, Jumat 15 Maret 2013.

Dia mengatakan, Bell 412 EP merupakan helikopter generasi baru yang serbaguna ditenagai sepasang mesin Pratt & Whitney Canada PT6T, dengan empat bilah rotor utama dan dua bilah rotor ekor.

Selain itu helikopter tipe Bell-412 EP ini termasuk helikopter kelas menengah dengan diawaki dua pilot dan co-pilot serta dapat mengangkut 13 orang penumpang.

"Helikopter tipe Bell-412EP ini dapat diandalkan, karena sebelumnya sudah membuktikan kehandalannya dalam berbagai operasi baik di Indonesia maupun negara-negara lain," katanya.
"Selain mampu melaksanakan misi-misi militer, helikoper ini mampu melaksanakanpenerbangan sipil, operasi SAR, dan pemadam kebakaran."

Budi menuturkan bahwa PTDI sebagai salah satu penyedia produk alat utama sistem persenjataan akan berupaya memenuhi tuntutan TNI.

Sementara itu, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksana Muda TNI Rachmad Lubis, mengatakan helikopter ini akan digunakan untuk misi serbu. 
Rachmad berharap helikop

Pesawat CN-295 Kantongi 121 Kontrak Pemesanan


VIDEO: Pesawat CN-295 Kantongi 121 Kontrak Pemesanan

Pelanggan terbesar PT Dirgantara Indonesia adalah Malaysia.

ddd
Sabtu, 30 Maret 2013, 09:09Anggi Kusumadewi


Pesawan CN-295 produksi PT Dirgantara Indonesia.
Pesawan CN-295 produksi PT Dirgantara Indonesia.

VIVAnews – Pesawat CN-295 produksi PT Dirgantara Indonesia termasuk salah satu komoditi yang menarik perhatian pengunjung di Pameran Dirgantara dan Maritim 2013 di Langkawi, Malaysia. Sedikitnya 4 negara ASEAN berminat membeli CN-295, yaitu Filipina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

Untuk diketahui, Malaysia merupakan terbesar PT Dirgantara Indonesia. Pejabat tinggi Malaysia dan Brunei Darussalam datang langsung ke stand pameran PT DI.
Simak keunggulan dan spesifikasi pesawat CN-295 yang diperagakan di Pameran Dirgantara Langkawi itu di tautan ini.

Sampai saat ini, CN-295 telah mengantongi 121 kontrak pemesanan, di mana 85 di antaranya telah rampung dan dikirimkan kepada pihak pemesan. Dari 121 kontrak itu, Indonesia sendiri mendapatkan 9 unit CN-295. Satu unit pesawat itu dihargai US$32 juta atau Rp307 miliar.

CN-295 cukup diminati karena daya angkutnya 1,5 lebih besar dari pendahulunya, CN-235. Selain itu, jarak tempuhnya juga 1,5 kali lebih jauh, namun dengan harga yang tidak lebih mahal. Saat ini PT DI sedang bertarung keras dengan produsen pesawat asal Amerika Serikat dan Italia untuk memenangkan beberapa kontrak pemesanan.

Selain CN-295, primadona lain PT DI adalah CN-235 yang kini fungsinya dikembangkan sebagai antikapal selam. Modifikasi CN-235 ini sangat berguna untuk patroli pengamanan pantai.

Saturday, March 23, 2013

BUMN Ini Siap Bikin Monorel Jabodetabek Khas Betawi


BUMN Ini Siap Bikin Monorel Jabodetabek Khas Betawi

Feby Dwi Sutianto - detikfinance
Kamis, 21/02/2013 13:22 WIB



Jakarta - PT Industri Kereta Api (INKA) siap memproduksi kereta dengan ciri khas Betawi untuk proyek monorel Jabodetabek yang akan dibangun konsorsium BUMN pimpinan PT Adhi Karya Tbk. 

Monorel buatan INKA ini 80% dibuat dengan konten komponen lokal, dan sisanya yaitu 20% berupa komponen mesin penggerak, masih harus diimpor

"Tampilannya bisa khas Jakarta," tutur Direktur Utama INKA Agus H. Purnomo kepada detikFinance, Kamis (21/2/2013).

INKA merupakan anggota konsorsium monorel Jabodetabek dan bermarkas di Madiun ini. Dalam waktu dekat siap melahirkan prototipe kereta untuk proyek monorel Jabodetabek tahap I yakni rute Bekasi Timur-Cawang, Cibubur-Cawang, dan Cawang-Kuningan sepanjang sepanjang 39,036 km. 

Agus menuturkan, secara desain dan teknik, INKA tak kesulitan memproduksi monorel karena konsep pembuatan monorel lebih mudah dari kereta api atau KRL. Ia pun menjamin keandalan monorel buatannya.

"Monorel keunggulannya basic-nya kereta api jadi kita desainnya monorel dengan basik kereta. Konsepnya kereta api sehingga kualitasnya terjamin," tambahnya.



(feb/dnl) 

PT INKA Gandeng Bombardier Swedia Bangun KRL Canggih Bandara Soetta


Kereta Bombardier
Jakarta - PT Industri Kereta Api (INKA) Persero, saat ini sedang mengikuti proses tender pengembangan KRL Commuter khusus rute Bandara Soekarno Hatta-Sudirman Baru. Untuk rencana pengembangan KRL khusus tersebut, BUMN kereta yang bermarkas di Madiun Jawa Timur ini, menggadeng produsen kereta kelas dunia adal Kanada, Bombardier. 

"Bandara Soekarno-Hatta, kita ikut tender. Itu akan dibuat sekelas eksekutif. Keunggulan yang ditawarkan disyaratkan disitu harus dijamin perusahaan kelas dunia. INKA sudah kerjasama dengan Bombardier di Swedia," tutur Direktur Utama INKA Agus H Purnomo kepada detikFinance, Jumat (22/2/2013).

Nantinya, INKA akan menawarkan 10 rangkaian kereta penumpang dari atau menuju Bandara Soetta ini. Adapun nilai proyek kereta ini disiapkan sekitar Rp 800 miliar. 

"10 rangkaian yang ditawarkan dengan harga sekitar Rp 800 miliar," tambahnya.

Bombardier merupakan perusahaan pembuat pesawat terbang yang bermarkas di Kanada. Namun, Bombardier mengembangkan transportasi terutama kereta api yang bermarkas di Swedia sejak tahun 1981. Garuda Indonesia sendiri baru saja membeli pesawat Bombardier CRJ 1000 Next Gen.



(feb/dru) 

Dahlan Iskan: KRL Jabodetabek Wajib Pakai Buatan Madiun Mulai 2016


Dahlan Iskan: KRL Jabodetabek Wajib Pakai Buatan Madiun Mulai 2016

Feby Dwi Sutianto - detikfinance
Jumat, 22/02/2013 15:52 WIB



Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (KAI) wajib membeli kereta listrik (KRL) buatan dalam negeri tiga tahun kedepan. Armada kereta buatan PT Industri Kereta Api (INKA) Persero yang diproduksi di Madiun Jawa Timur ini, siap menggantikan pengadaan KRL bekas dari Jepang. 

Hal ini diungkapkan oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan di Kementerian BUMN Jakarta, Jumat (22/2/2013).

"Dalam 3 tahun ke depan KAI tidak pakai kereta bekas. Sekarang kalau dipaksa beli kereta baru itu bisa dapet sedikit. Tapi nggak boleh seterusnya. Kalau beli baru itu beli di INKA," tutur Dahlan.

Selama KAI masih membeli KRL bekas, INKA diminta Dahlan untuk serius memperbaiki dan meningkatkan kualitas KRL-nya dengan menggandeng perusahaan produsen kereta kelas dunia seperti Bombardier dan General Electric (GE). Hal ini bisa sejalan juga dengan membaiknya keuangan KAI sehingga 3 tahun ke depan, KAI bisa melakukan pengadaan armada baru dengan membeli KRL asal Madiun.

"Selama masih beli di Jepang, INKA bisa belajar untuk memenuhi keinginan kualitas KAI," tambahnya.

Selain itu, Dahlan juga meminta INKA fokus menjadi produsen pembuat kereta asal Indonesia yang berkualitas internasional. Hal ini dilakukan karena kebutuhan terhadap produk kereta seperti KRL terus tumbuh dan masih sangat tinggi khususnya yang datang dari dalam negeri.

"Karena kan kereta atau KRL kan pasarnya besar. Kalau kualitas bagus kan bisa ekspor jadi jangan diganggu dengan industri lain yang nggak ada pesannya (mobil dan kos)," cetusnya.




(feb/dru) 

Hebat, BUMN Bisa Ciptakan Kereta Tambang Super canggih Tanpa Masinis


Hebat, BUMN Bisa Ciptakan Kereta Tambang Super canggih Tanpa Masinis

Feby Dwi Sutianto - detikfinance
Kamis, 21/02/2013 16:17 WIB



Jakarta - PT Industri Kereta Api (INKA) siap meluncurkan produk kereta terbaru super canggih untuk keperluan angkutan tambang di seluruh Indonesia. BUMN produsen kereta ini menawarkan solusi angkutan tambang yang selama ini hanya bisa diangkut oleh truk-truk besar.

Nantinya, kereta api tanpa lokomotif ini bisa dikendalikan dari ruang pengendali jarak jauh. Selain itu kereta ini bisa mengangkut produk-produk tambang dalam jumlah besar dari pedalaman tanpa harus ada seorang masinis.

"Dikendalikan dari jarak jauh seperti roller coster di control room," tutur Direktur Utama INKA Agus H Purnomo kepada detikFinance, Kamis (21/2/2013).

Angkutan tambang moderen yang pertama ada di Indonesia tersebut, saat ini sedang dikembangkan oleh INKA. Nantinya, pengembangan kereta dengan penggerak listrik ini jauh lebih mudah dan murah, ketimbang investasi pengembangan infrastruktur kereta saat ini.

"Jalan kereta api ringan ini nggak seperti jalur kereta saat ini. Jauh sekali lebih mudah. Nantinya di bangun disebelahnya jalan pertambangan," tambahnya.

Salah satu keunggulan kereta yang dirancang di Madiun Jawa Timur ini yakni, 90% komponennya dibuat dan dirancang di Indonesia. Selain itu, kereta pertambangan penggerak listrik ini biasa dan umum dipergunakan pada pertambangan besar di luar negeri.

"Kontennya 80%-90% lokal. Penggeraknya nggak pakai lokomotif tapi pakai listrik," cetusnya.



(feb/dnl) 

BUMN Ikut Tender Pengadaan Kereta di Filipina


BUMN Ikut Tender Pengadaan Kereta di Filipina

Feby Dwi Sutianto - detikfinance
Sabtu, 02/03/2013 13:51 WIB




Jakarta - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pembuat kereta asal Indonesia, PT Industri Kereta Api (INKA) ikut tender internasional pengadaan KRL di Filipina. INKA menggadeng produsen kereta kelas dunia asal Jerman, Bombardier untuk pengadaan 96 unit gerbong KRL.

"Kita ikut tender KRL di Manila (Filipina). Inka di Manila gandeng dengan konsorsium Bombardier," tutur Direktur Komersial INKA, Hendy Indratno Adji kepada detikFinance, Sabtu (2/3/2013)

Desain KRL yang ditawarkan untuk KRL di Filipina sedikit berbeda dengan KRL yang ada dan dibuat untuk kebutuhan di Indonesia, yakni ukuran gerbong lebih kecil. KRL yang akan dirakit dan diproduksi di Indonesia ini, menurutnya diharapkan bisa menjadi pemenang di Filipina. 

Namun sayang, Hendy tidak menyebut nilai tender pengadaan KRL di negara tetangga Indonesia itu. "Berapa yang secara pasti, tunggu tanggal 7 Maret," tambahnya.



(feb/ang) 

Gaet Bombardier, INKA Siap Pasok Kereta KRL Jabodetabek


Gaet Bombardier, INKA Siap Pasok Kereta KRL Jabodetabek

Feby Dwi Sutianto - detikfinance
Sabtu, 02/03/2013 15:54 WIB




Jakarta - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen kereta, PT Industri Kereta Api (INKA) siap pasok kebutuhan gerbong KRL Commuter Line Jabodetabek. Hal ini menanggapi permintaan Menteri BUMN, Dahlan Iskan yang menyarankan KAI mulai tahun 2016 wajib menggunakan KRL asli produk Indonesia.

Untuk memenuhi kualifikasi yang ditetapkan oleh KAI, INKA menggandeng produsen kereta kelas dunia, Bombardier. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Komersial INKA, Hendy Indratno Adji kepada detikFinance, Sabtu (2/3/2013).

"Memang produksi enggak pernah dilatih, membuat kemampuannya stagnan, kalau diberi kesempatan, kami siap di 2016," tutur Hendy.

Meskipun menggadeng Bombardier, KRL buatan INKA secara konten menggunakan 70% sampai 75% komponen yang dibuat di dalam negeri. Selain itu, dengan KRL yang diproduksi di dalam negeri bisa juga memberdayakan sumber daya di lokal dan menambah penciptaan lapangan kerja.

"Lokal kontennya tinggi 70%-75%, buatan putra-putri Indonesia sendiri," tambahnya.

KRL yang dibanderol seharga Rp 48 miliar per trainset (1 trainset terdiri dari 4 gerbong) ini, bisa tahan ketika menghadapi tegangan listrik naik turun. Hal ini biasa terjadi saat, jarak antar kereta sangat jam padat di pagi dan sore hari. 

Namun daya tahan seperti ini tidak ditemui oleh KRL bekas asal Jepang karena saat tegangan naik turun. Ujung-ujungnya, berdampak pada padamnya pendingin udara yang sering dikeluhkan oleh pengguna KRL.

"Kami rencana desain statistik inventor 1000-2000 volt DC. Kalau kereta Jepang enggak segitu (daya ketahanan terhadap naik turun tegangan)," cetusnya.



(feb/ang) 

Friday, March 22, 2013

PT DI Siap Penuhi Pesanan Airbus

Pesawat Airbus A 350

PT DI Siap Penuhi Pesanan Airbus

Pesawat Airbus A 320






REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Dirgantara Indonesia (Persero) bakal membuat pesawat untuk Airbus. BUMN yang berpusat di Bandung ini akan memenuhi pesanan pembuat pesawat asal Eropa itu untuk tiga tipe pesawat, A320, A350 dan A380.
Direktur Operasi PTDI Supra Dekanto mengatakan, khusus untuk A320 dan A350, perusahaan bakal membuat komponen sayap. "Sementara itu A380, pangkal sayap," tegasnya saat dihubungi Republika, Kamis (21/3).
Sebenarnya kontrak sudah terjadi sejak 2008 lalu. Kontrak memiliki jangka waktu 10 tahun hingga 2018. "Kita mendapatkan Rp 7 miliar setiap bulan dari kontrak ini," ujarnya. Seluruh material diberikan dari Airbus.
Awal pekan Lion Air menandatangani perjanjian pemesanan Airbus A320 di Prancis. Terkait hal ini, Supra mengaku tak tahu apakah komponen ini akan diberikan kepada Lion Air atau tidak. "Saya kurang tahu apakah direct ke Lion atau bukan," katanya. "Yang pasti kita memang selalu penuhi supply yang Airbus mau."
Airbus A 380
Reporter : Sefti Oktarianisa
Redaktur : Mansyur Faqih

PROSPEK PESAWAT N-250 DINILAI CERAH


PROSPEK PESAWAT N-250 DINILAI CERAH



BANDUNG-(IDB) :Pemerintah diminta mengimbau maskapai penerbangan nasional untuk membeli pesawat N-250.

Pengembangan kembali proyek pesawat komersial tipe N-250 dinilai memiliki prospek cerah. Di samping harga yang tidak mahal, pesawat kecil itu sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

Pengamat penerbangan Universitas Gadjah Mada Arista Atmadjati menilai pesawat yang pernah menjadi produk primadona Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN)--kini bernama PT Dirgantara Indonesia (PT DI)--tersebut ideal bagi pasar Indonesia.

"Harganya terjangkau oleh maskapai-maskapai nasional mulai dari kelas besar, menengah, hingga kecil. Ukurannya pun cocok untuk menerbangi pulau-pulau kecil di Tanah Air," kata Arista, kemarin.

Arista menuturkan, N-250 yang bermain di kapasitas 50-70 tempat duduk sangat cocok untuk mendukung transportasi komuter pulau-pulau kecil atau antarkabupaten. Sebab kebanyakan bandara di sana berlandasan pacu pendek, sekitar 900 meter hingga 1.400 meter. Apalagi, saat ini rute-rute penerbangan antarkabupaten tengah berkembang. Misalnya, rute Bandung-Pangandaran, Halim Perdanakusuma-Tasikmalaya, Yogyakarta-Bandung, atau di luar Pulau Jawa seperti Kendari-Wakatobi dan Raja Ampat-Nabire.

Pesawat N-250, diyakini Arista, akan mampu bersaing dengan pesawat-pesawat sekelas produk perusahaan ternama dunia seperti Fokker, Bombardier, atau Avions de Transport Regional (ATR).

Persaingan


Namun, agar mampu bersaing, pemerintah dinilai perlu mendukung dengan mengimbau maskapai penerbangan nasional untuk membeli N-250. Selama ini, minimnya produksi pesawat terbang domestik membuat maskapai penerbangan nasional terus menggunakan pesawat buatan asing, khususnya Boeing dan Airbus.

Bahkan, Merpati Airlines lebih memilih pesawat tipe MA-60 buatan Xian Aircraft Industry Ltd, China, menggantikan CN-235 buatan PT DI yang telah memiliki lisensi dari otoritas penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA). "Tanpa campur tangan pemerintah dan dukungan industri penerbangan domestik, pesawat sebagus N-250 pun tidak akan bisa bertahan," kata Arista.

Senada dengan Arista, pengamat penerbangan Ruth Hana Simatupang meminta pemerintah mempromosikan N-250 melalui imbauan Presiden atau Menteri BUMN Dahlan Iskan agar maskapai penerbangan pelat merah menggunakan N-250 bagi penerbangan skala kecil mereka.

"Harus maskapai kita sendiri yang pertama kali menggunakan N-250 untuk menunjukkan kepada dunia luar betapa baiknya produk yang kita hasilkan," tegasnya.

Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo juga berharap upaya mantan Presiden BJ Habibie itu didukung penuh pemerintah. "Karena mulai 2015, seluruh produk asing akan membanjiri Indonesia termasuk pesawat. Apakah kita akan terus memakai produk asing, sedangkan SDM kedirgantaraan dalam negeri sudah ada dan berpengalaman," tegasnya.

Sebelumnya, seusai peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Bandung, Jumat (10/8), Habibie menyatakan tekad mewujudkan kembali mimpinya agar pesawat komersial tipe N-250 yang pernah terbang 17 tahun silam, tetapi kemudian kandas lantaran krisis ekonomi, bisa mengangkasa kembali. 

Sumber : MediaIndonesia

Pesawat N 2130 Kita, Lebih Canggih dari Sukhoi SJ 100


Pesawat N 2130 Kita, Lebih Canggih dari Sukhoi SJ 100
Sebelum Rusia membuat pesawat Sukhoi Super Jet 100  yang dilengkapi sistem navigasi canggih fly-by-wire,Indonesia sudah membuat pesawat N 250  yang memasang sistem  fly-by-wire.  
n 250 iptn
Pesawat N 250, asli buatan Indonesia.
Indonesia bisa membuat pesawat terbang? Itu, benar. Pesawat itu diberi nama N 250. N adalah singkatan dari Nusantara, 2 singkatan dari dua mesin, 50 singkatan dari 50 penumpang.
Pesawat N 250 menggunakan 2 mesin baling-baling atau turbo propeller . Kenapa yang yang dibuat pesawat kecil dan menggunakan baling-baling?
Itu karena Indonesia membutuhkan pesawat kecil antar pulau atau antar kota. Pesawat N 250 ini ditujukan untuk transportasi antar pulau atau antar kota.
Supaya pulau-pulau kecil dan kota-kota kecil bisa dilayani pesawat, maka yang dibutuhkan adalah pesawat kecil bermesin baling-baling.
Kenapa? Karena pesawat kecil bermesin baling-baling ini hanya memerlukan landasan pendek, tidak seperti yang dibutuhkan pesawat jenis jet yang membutuhkan landasan yang panjang.
Pesawat N 250 terbang perdana tanggal 10 November 1995. Ya, waktu itu, kita belum lahir. Cerita ayah-ibu, semua bangga karena bangsa Indonesia mampu bikin pesawat terbang.
Meskipun pesawat N 250 menggunakan baling-baling, pesawat ini konon cukup canggih karena sudah dikendalikan dengan sistem  fly-by-wire.  Sistem ini merupakan teknologi penerbangan yang menggunakan komputer.
n 2130 iptn
Pesawat N 2130 asli hasil rancangan Indonesia.
Dalam pidato menyambut N 250, Presiden Soeharto(waktu itu) mengumumkan, ke depan, Indonesia juga akan membuat pesawat super jet N 2130  yang akan menerapkan teknologi yang lebih canggih lagi, yaitu sistem navigasi advanced fly-by -wire.
Pastinya, teknologi pesawat  Sukhoi Super Jet 100 yang tergolong canggih akan kalah dengan teknologi yang digunakan pesawat Super Jet N 2130 buatan Indonesia ini.
Sayangnya, akibat krisis keuangan negara tahun 1997, Industri Pesawat Terbang Nusantara yang didirikan oleh ahli pesawat Pak BJ Habibie, terpaksa ditutup. Proyek-royek pembuatan pesawat pun terpaksa dihentikan karena pemerintah tidak punya biaya lagi.
Sungguh menyedihkan nasib N 250 dan N 2130 ini. Ya, andai saja tidak terjadi krisis keuangan negara, tentu kita sudah bisa menikmati pesawat-pesawat terbang buatan Indonesia ini sekarang.
Namun, meskipun industri pesawat terbang di Indonesia sekarang ini sedang mati suri,  suatu saat bangsa kita pasti mampu bangkit kembali.
Ini semua akan menjadi tanggungjawab kita, nanti.(Sigit Wahyu, Foto-foto: IPTN)

BJ Habibie Rancang N-2130, Boeing dan Airbus 'Ketar-ketir'


Pabrik Pesawat Indonesia

BJ Habibie Rancang N-2130, Boeing dan Airbus 'Ketar-ketir'

Feby Dwi Sutianto - detikfinance
Senin, 18/02/2013 12:40 WIB



Bandung - Setelah sukses melahirkan N-250 Gatotkaca dan Krincing Wesi pada Agustus 1996, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di bawah besutan BJ Habibie pernah berencana melahirkan prototipe pesawat lebih maju. 

Habibie mendesain pesawat penumpang komersial bermesin jet asli karya Indonesia, yakni N-2130 yang rencananya beroperasi mulai 2005 lalu. Pesawat N-2130 berpenumpang 130 orang ini dikonsep memiliki pasar serupa dengan pesawat Boeing seri 737-500 atau Airbus seri A320. 

Direktur Utama PT DI Budi Santoso bercerita, rencana BJ Habibie kala itu membuat raksasa produsen pesawat dunia yaitu Boeing dan Airbus ketar-ketir.

"Dikembangkan pasca N-250. Mungkin kesalahan ini mengembangkan N-2130. Mulai masuk pasarnya Boeing. Mungkin waktu IMF masuk ke sini, pesan sponsor di sana tolong matikan," tutur Budi di Kantor Pusat PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).

Budi memprediksi, Seandainya waktu itu proyek pesawat jet N-2130 tidak dikembangkan, pesawat penumpang bermesin propeler yakni N-250, mungkin tidak akan mangkrak seperti saat ini.

"Kalau ini (Boeing dan Airbus) terganggu pasarnya. Mulai gunakan politik mematikan. Mungkin kita kalau nggak bikin N-2130, N-250 bisa jadi (berhasil) karena itu (N-250) bukan pasarnya perusahaan besar. Bukan pasar Airbus dan Boeing," cetusnya.

Hari ini, proyek N-2130 hanya tinggal secarik kertas yang tak pernah terwujud barangnya. Di ruang pamer pesawat PT DI terdapat prototipe N-2130 yang belum selesai dikembangkan. 

Budi menuturkan, dengan nilai uang saat ini, biaya mengembangkan N -2130 versi terbaru setidaknya mencapai US$ 6 miliar hingga US$ 10 miliar.

"N-2130 hanya jadi kertas saja. Bikin baru seperi ini (N 2130) perlu US$ 6 miliar-US$ 10 miliar. Itu harga tahun ini, kalau harga tahun itu berbeda (dulu senilai US$ 2 miliar)," cetusnya. (Detik.com)

UI Luncurkan Mobil Ultra-Efisien dan Hemat Energi


UI Luncurkan Mobil Ultra-Efisien dan Hemat Energi

Pool - detikOto
Kamis, 21/03/2013 21:44 WIB

Mobil tersebut akan dilombakan dalam ajang 'Shell Eco-Marathon Asia 2013' yang akan diselenggarakan di Malaysia pada 4-7 Juli 2013 di Sirkuit Sepang, Malaysia. (dok UI).


Jakarta - Universitas Indonesia (UI) kembali menunjukkan inovasi dengan meluncurkan dua mobil hemat energi, ramah lingkungan dan ultra-efisien karya para mahasiswa Fakultas Teknik (FT) bernama Keris RV dan Kalabia evo-3.


UI siap berkompetisi dalam ajang 'Shell-Eco Marathon 2013' yang keempat kalinya ini pada dua kategori yaitu prototype dan urban concept yang berfokus pada penggunaan bahan bakar yang efisien. (dok UI).

Thursday, March 21, 2013

Airbus Gandeng PTDI Produksi A320 Lion Air


Airbus Gandeng PTDI Produksi A320 Lion Air

Setiap bulan, PTDI kirim 12 bagian sayap senilai Rp7 miliar ke Airbus.

ddd
Kamis, 21 Maret 2013, 10:31Iwan Kurniawan

Airbus A320.
Airbus A320.(Airbus)
VIVAnews - Pemesanan 234 unit Airbus A320 oleh maskapai Lion air membawa berkah bagi PT Dirgantara Indonesia. PTDI sejak 2008 lalu telah menjadi pemasok dan memproduksi hidung dan bagian depan sayap (engine pylons) berbagai varian A320.

Airbus menyatakan A320 yang diproduksi di Eropa memiliki kontribusi besar dari berbagai pemasok di seluruh dunia. Sedangkan PTDI telah terlibat sebagai salah satu pemasok utama berbagai program Airbus.

"PTDI telah memproduksi suku cadang untuk hidung dan bagian depan sayap A320," kata Juru Bicara Airbus dalam surat elektroniknya kepada VIVAnews, Kamis 21 Maret 2013.

Selain A320, PTDI juga memproduksi sayap bagian depan A380, pesawat komersil terbesar di dunia saat ini.  PTDI juga memproduksi beberapa bagian sayap A350 XWB (extra wide body) terbaru. Pada 2012 lalu, Airbus juga telah mempercayakan PTDI untuk melakukan frame struktural metalik bagian hidung pesawat A350-1000 yang akan mulai beroperasi pada 2017 mendatang.

"Semua pesawat produksi Lion Air akan dirakit di Eropa dan akan dikirim ke Indonesia melalui fasilitas Airbus di Toulouse dan Hamburg," katanya.

Saat dikonfirmasi, Direktur Produksi PTDI, Supra Dekanto, menjelaskan PTDI telah memegang kontrak pembuatan bagian sayap A320 sejak 2008 lalu dan berlaku selama 10 tahun. Rata-rata setiap bulannya PTDI memproduksi dan mengirim 12 bagian sayap senilai Rp7 miliar ke Inggris.

"Kontrak untuk A320 dan A380 berlaku selama 10 tahun. Sedangkan kontrak untuk bagian pesawat A350 untuk 300 unit dan itu baru permulaan," katanya.

Ia mengakui maraknya pengguna A320 di Indonesia memberikan dampak positif bagi PTDI. PTDI kebanjiran pesanan dari Airbus untuk membuat bagian sayap dari A320. "Untuk pembuatan sayap A350 baru permulaan, kami berharap akan ada kontrak jangka panjang," katanya.

Tuesday, March 19, 2013

Pesawat R80, The Next N-250 yang Siap Ungguli ATR

Pesawat Jet N 2130 berkapasitas 80-130 penumpang. Pesawat seperti ini kira-kira R-80 yang 
akan dikembangkan lagi menjadi lebih canggih oleh Ilham Habibie, antara lain digitalisasi perangkat.

Wawancara Anak Sulung BJ Habibie

Pesawat R80, The Next N-250 yang Siap Ungguli ATR

Rista Rama Dhany - detikfinance
Senin, 18/03/2013 08:10 WIB



Jakarta - Anak sulung mantan Presiden Republik Indonesia BJ Habibie, Ilham Habibie mempunyai ambisi untuk melanjutkan impian ayahnya yakni memproduksi pesawat Regio Prop 80 (R80).

Seperti diketahui, proyek pesawat N-250 yang dikomandani BJ Habibie dihentikan oleh International Monetary Fund (IMF) pada 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia.

Jadi bagaimana R80 dibangun, bagaimana prospeknya? Apakah pesawat R80 sama dengan N-250? Berikut petikan wawancara detikFinance dengan Ilham ketika ditemui di kantornya di Kawasan Mega Kuningan, akhir pekan lalu.

Apa bedanya Gatotkaca N-250 dari BJ Habibie dengan Regio Prop 80 dari seorang Ilham Habibie dan kawan-kawan?

Beda, N-250 dengan R80 sangat berbeda sekali. Perbedaanya di antaranya dari ukuran, R80 jauh lebih besar dari pada N-250, karena R80 memiliki daya tampung hingga 80 kursi sementara N-250 hanya 50 kursi.

Sayap pesawat jauh lebih besar dan panjang, karena ukurannya lebih besar jadi diperlukan sayap yang besar untuk mengangkat beban. Landing Gear juga jauh lebih besar dikarenakan badan pesawat lebih besar dari pada N-250.

Kemudian teknologi kokpit, Aircraft flight control system juga berbeda, ya bisa dibayangkan proyek N-250 dimulai sejak 15 tahun lalu tentunya teknologi sekarang berubah, komputer saja berapa kali kita ganti, handphone sudah berapa kali berubah, pastinya teknologi di pesawat N-250 dan R80 akan jauh berbeda.

Namun ada sedikit persamaan antara N-250 dengan R80, yakni sayap yang berada di atas badan pesawat, tetap menggunakan baling-baling sebagai penggerak pesawat dan jika dibelah badan pesawatnya lekukan atau konturnya hampir sama dengan N-250.

Anda tetap mempertahankan mesin pesawat dengan baling-baling. Sebagian masyarakat masih ragu menggunakan pesawat yang menggunakan baling-baling?

Ya kita pakai baling-baling. Itu lah yang sebenarnya, masyarakat harus banyak diberi penjelasan. Simpelnya saya mau tanya, awalnya pesawat menggunakan baling-baling atau mesin jet? baling-baling kan, ya secara teknologi baling-baling lebih matang, jika matang artinya lebih aman dong, begitu cara berpikirnya.

Pesawat sekarang banyak yang memakai mesin jet dikarenakan pesawat bermesin jet memang dikhususkan untuk jarak jauh. Tapi sebenarnya antara mesin jet dengan mesin baling-baling pada pesawat sama saja, tidak terlalu berbeda karena mesinnya sama.

Kalau Jet namanya Turbo Jet, kalau baling-baling namanya turbo prop. Jet lebih cepat karena dorongan jet memang lebih cepat karena dihembuskan dari belakang namun konsekuensinya konsumsi bahan bakar jauh lebih boros, bahkan sangat boros.

Mengapa anda memilih R80 tetap menggunakan baling-baling?

Pesawat baling-baling didesain untuk jarak tempuh yang pendek. Mengapa? dengan baling-baling konsumsi bahan bakar akan jauh lebih irit. Bandingkan jika maskapai menggunakan pesawat jet untuk jarak pendek, waduh itu luar biasa borosnya.

Selain itu melihat luasnya negara kita dari Sabang-Marauke, yang terdiri banyak pulau dan jarak antara satu kota ke kota lainnya cukup dekat jika menggunakan pesawat. Asal tahu saja, saat ini semua maskapai sangat terbebani jika harga minyak (Avtur) naik, mereka pusing tujuh keliling, kenapa? Karena konsumsi avtur mencapai 50% lebih dari seluruh ongkos operasi.

Beberapa negara juga saat ini menerapkan aturan, bahwa pesawat terbang harus irit bahan bakar, karena ini menyangkut dengan emisi dan lingkungan hidup, banyak orang bilang emisi di atas (pesawat) lebih berbahaya 8 kali bagi lapisan ozon dari pada yang dari daratan. Bahkan perusahaan pesawat memang diwajibkan produksi pesawat yang irit bahan bakar karena jika tidak mereka bisa kena pinalti atau denda pajak yang sangat tinggi.

Dan R80 memang didesain untuk jarak tempuh yang kurang dari 600 km atau jarak pendek. Sehingga sudah pastinya R80 ini akan sangat irit bahan bakar. Makanya maskapai seperti Citilink, Wingsair memilih rute-rute pendek dengan menggunakan pesawat bermesin baling-baling seperti ATR.

Anda terkesan sangat ambisius untuk bisa memproduksi pesawat? Punyakah anda uang?

Ambisius? saya yakin masih banyak orang di Indonesia ini yang mempunyai semangat. Dirgantara dan saya salah satunya.

Uang? saat ini dalam tahap awal diperlukan US$ 400 juta dolar. Tapi itu bukan dana dari pribadi saja sendiri, ada beberapa modal dari beberapa kalangan tetapi juga pribadi bukan dana perusahaan.

Dan nanti suatu saat, ketika perusahaan atau R80 ini berkembang dan memerlukan dana besar, kita bisa melepas saham ke publik.

Banyak orang salah paham juga, bahwa perusahaan yang kami dirikan yakni PT Ragio Aviasi Industri (RAI) yang merupakan perusahaan gabungan dari perusahaan miliknya yakni PT Ilthabie Rekatama dengan PT Eagle Cap adalah perusahaan miik Erry Firmansyah yang merupakan mantan Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) akan mendirikan pabrik pesawat menyaingi PT Dirgantara Indonesia (DI).

Tidak, yang benar R80 akan produksi menggunakan pabrik PT DI, dan nantinya PT DI juga akan menjadi salah satu pemegang saham di PT RAI.

R80 nanti kelasnya di mana? Menyaingi Airbus, Boeing atau ATR?

Patokan kita harus di atas ATR. Acuan kita pasarnya ATR, sama-sama menggunakan baling-baling. Namun R80 akan di atas ATR, mengapa? Pertama kapasitas penumpang kita akan lebih besar yakni 80 kursi sementara ATR maksimal hanya 70 kursi, ATR sampai saat ini belum bisa memproduksi lebih dari 70 kursi.

Kelebihan R80 lagi dari pada ATR, mesin kita lebih cepat namun lebih irit bahan bakar, tapi tidak lebih cepat dari pada jet, karena kalau sama kecepatannya dengan jet artinya sangat boros bahan bakar.

Jadi patokan R80 harus di atas ATR namun harganya jauh lebih murah dari pada ATR. Lebih murah itu wajib karena produksi kita ada di Indonesia, suku cadang juga dibuat di Indonesia.

Akankah R80 ini bisa bersaing dengan produsen pesawat di dunia? Akankah laris manis di pasar dalam negeri, tunggu pada 2018 nanti.

Ya target kami R80 sudah bisa produksi pada 2018 nanti.