Sunday, October 12, 2014

Sekarang RI Bisa Ekspor Senjata dan Kapal Perang


Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Subang - Pemerintah memandang industri pertahanan Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi barang berkualitas ekspor. Apalagi ada program transfer teknologi yang digagas oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). 

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menyebut, industri pertahanan Indonesia bisa mengekspor produk pertahanan canggih, seperti kapal perang tipe Landing Platform Dock (LPD-125) ke Filipina.

"Contoh kapal LPD, dibangun yang dibangun di PAL. Sekarang ekspor ke Filipina. Timor Leste juga ingin beli," kata Purnomo di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Ekspor yang dilakukan oleh PT PAL Indonesia (Persero), tidak lepas dari program transfer teknologi yang diberikan oleh Korea Selatan. Awalnya Kemenhan memberi order kepada Korsel, namun dengan melibatkan PAL.

"Partner mau transfer seperti Korsel untuk bikin kapal LPD 7 tingkat. Itu kapal markas bisa angkut tank," sebutnya.

Selain kapal perang, industri pertahanan Indonesia juga mengeskpor peralatan tempur, seperti senjata SS1 dan Panser ANOA buatan PT Pindad. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjual baju militer hingga helm tahan peluru. 

Bahkan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga telah menjual pesawat ke berbagai negara.

Saat ini, Indonesia juga sudah memasuki pengembangan pesawat tanpa awak, produksi propelan, jet tempur, kapal selam, hingga tank. 

Purnomo memandang produk pertahanan Indonesia berpotensi besar merangsek pasar Asia Tenggara. Apalagi anggaran militer negara ASEAN sangat tinggi, sehingga itu menjadi peluang.

"Negara-negara ASEAN rata-rata pengeluaran militer US$ 8-9 miliar. Kalau dikali 10 bisa US$ 80 miliar. Itu besar," terang.

(Detik.com)

Saturday, October 11, 2014

BUMN Ini Pamerkan 3 Kapal Perang Canggih Rp 375 Miliar Buatan Surabaya di HUT TNI

Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Foto: Kapal Tempur PT PAL

Jakarta - BUMN nasional bidang strategis, PT PAL Indonesia (Persero) ikut berpartisipasi mamamerkan produk Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) buatan dalam negeri, dalam gelaran HUT Tentara Nasional Indonesia (TNI) ke-69 di Surabaya. 

PAL memamerkan 3 produk kapal perang varian terbaru pesanan TNI AL. Kapal ini berjenis Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter.

"Tiga unit KCR kita akan di-defile-kan (ikut parade)," kata Direktur Utama PAL Firmansyah kepada detikFinance, Selasa (6/10/2014).

KCR pesanan TNI AL tersebut telah diserahkan kepada oleh PAL secara bertahap mulai tahun ini. Terakhir diserahkan pada September kemarin.

KCR merupakan kapal perang hasil pengembangan para insinyur PAL. Teknologi yang diadopsi berasal dari kapal perang yang dibuat di Jerman dan Belanda. 

Kapal ini mampu melaju dengan kecepatan maksimal 28 knot, serta dilengkapi sistem persenjataan canggih seperti peluru kendali. Kapal ini mampu membawa 55 orang awak. Harga KCR dipatok Rp 375 miliar per unit.

Punya Pabrik Bahan Baku Roket Pertama, RI Bisa Hindari Embargo Asing


Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Subang - Kebutuhan produk bahan baku peledak (propelan) untuk amunisi kaliber kecil dan amunisi kaliber besar masih 100% diimpor. Akibatnya pertahanan Indonesia masih sangat bergantung dengan produk luar.

Kini, BUMN strategis PT Dahana (Persero) mulai membangun pabrik propelan pertama di Indonesia yang lokasinya di Subang Jawa Barat. Propelan merupakan bahan baku untuk pembuatan peluru, roket, peluru kendali hingga untuk amunisi.

Melalui pembangunan komponen pemenuhan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dari industri dalam negeri maka Indonesia setidaknya ke depan bisa tetap punya pertahanan baik, bila ada risiko terkena embargo dari pihak asing.

"Kita Bisa hindari embargo asing, serta bisa memenuhi kebutuhan pendorong roket higga amunisi. Itu sangat dibutuhkan oleh TNI dan Polri," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat saat acara groundbreaking pabrik propelan di area Energic Material Center di PT Dahana (Persero), Subang Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Untuk pengembangan pabrik ini, PT Dahana menggandeng perusahaan propelan dunia asal Prancis yakni Roxel dan Eurenco.

Alasan menggandeng produsen asal Prancis, karena Indonesia belum memiliki kemampuan dan teknologi untuk memproduksi propelan, maka diperlukan mitra untuk program transfer teknologi.

"Gagasan pabrik propelan sudah cukup lama namun R&D sulit dilakukan karena bahan baku utama sulit didapatkan," sebutnya.

Sedangkan Direktur Utama PT Dahana Harry Sampurno mengatakan pada tahap awal akan memprioritaskan produksi propelan untuk amunisi kaliber kecil. Pembangunan pabrik propelan fase I akan tuntas dalam 3 tahun ke depan. 

Kebutuhan propelan dalam negeri sebanyak 400 ton per tahun nantinya akan terpenuhi dari pabrik di Subang. Selama ini 100% propelan harus diimpor.

"Mulai produksi tahap pertama. Ini selesai selama 36 bulan. Kapasitas produksi total mencapai 800-1.000 ton per tahun," sebutnya.

Bom untuk Jet Tempur Sukhoi akan Dibuat di Subang

Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Subang - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen bahan peledak, PT Dahana (Persero) mulai tahun depan memproduksi bom khusus untuk pesawat jet tempur Sukhoi 27/30 milik TNI AU. Produk bom tersebut merupakan hasil sinergi antara perusahaan swasta dengan PT Dahana. 

Perusahaan swasta akan membuat badan bom sedangkan, konten dari bom akan dibuat di Pabrik Dahana di Subang Jawa Barat. Bom untuk jet tempur Sukhoi yang diproduksi antara lain P-100 Live dan Ovab.

"Kita siap produksi. Kita rencana dapatkan pesanan Kemenhan (kementerian pertahanan) 600 unit bom P-100 kemudian 400 bom Ovab. Produksi mulai tahun depan," kata Direktur Utama Dahana Harry Sampurno di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Bom P-100 live bisa dipakai membidik satu sasaran sedangkan bom Ovab dipakai atau bisa dijatuhnya beberapa bom dalam sekaligus.

"Jenis P-100 drob bom, untuk bom titik tertentu. Selama ini impor," katanya.

Rencananya kontrak tahap awal sebesar US$ 6 juta untuk bom P100 Live dan sekitar US$3 juta untuk Ovab. Bahan baku isi dari bom Sukhoi saat ini sedang dipersiapkan oleh PT Dahana. 

PT Dahana memulai membangun pabrik bahan baku bom atau peledak (NAC/SAC). Sedangkan untuk komponen fuse, saat ini masih diimpor dari Bulgaria.

"Fuse kita tetap impor. Tapi dengan skema transfer teknologi. Kita impor dari Bulgaria," jelasnya.

BUMN Ini Gandeng Turki Produksi Tank Sekelas Marder dan Kobra

Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Tank Marder 1A3 TNI AD (Foto: Wikipedia)

Subang - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen senjata dan kendaraan tempur RI, PT Pindad (Persero) menggandeng FNSS Turki untuk mengebangkan medium tank sekelas Marder hingga Kobra.

Program ini merupakan salah rencana strategis pemerintah di dalam memproduksi alat utama sistem senjata (alutsista) di dalam negeri. Tahap awal, Pindad dan FNSS akan melakukan penandatanganan project agreement.

"Minggu depan ada perjanjian dengan FNSS. Ini project agreement," kata Direktur Produk Manufaktur Pindad Tri Hardjono di Subang Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Kerjasama ini nantinya akan melahirkan purwarupa atau prototype medium tank. Nantinya kedua negara akan membuat purwarupa yakni 1 unit di Indonesia dan 1 unit di Turki. Setelah lahir purwarupa, proses selanjutnya adalah melakukan tahap pengujian dan sertifikasi. 

Proses untuk menghasilkan purwarupa, pengujian hingga sertifikasi memakan waktu selama 3 tahun. Artinya produksi massal medium tank lokal baru dilakukan pada tahun 2017.

"Uangnya dari Kemenhan RI dan Turki," jelasnya.

Medium tank sendiri nantinya memiliki bobot antara 25 ton hingga 40 ton. Medium tank ini dilengkapi persenjataan model canon. Varian tank dengan persenjataan canon merupakan model tersulit di dalam produk tank.

"Medium tank tipe canon merupakan varian paling sulit. Secara SDM kaitan dengan ini maka kita kerjasama dengan pihak asing. Kita develop SDM dan kompetensi kita," sebutnya.

Selain menggandeng Turki, sebetulnya Pindad telah melahirkan prototype medium tank asli karya para insinyur dalam negeri. Ke depan hasil prototype tersebut akan disinergikan dengan program pengembangan medium tank bersama FNSS Turki.

"Nanti kita gabungkan," ujarnya




Sekarang RI Bisa Ekspor Senjata dan Kapal Perang

Feby Dwi Sutianto - detikFinance

Subang - Pemerintah memandang industri pertahanan Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi barang berkualitas ekspor. Apalagi ada program transfer teknologi yang digagas oleh Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). 

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menyebut, industri pertahanan Indonesia bisa mengekspor produk pertahanan canggih, seperti kapal perang tipe Landing Platform Dock (LPD-125) ke Filipina.

"Contoh kapal LPD, yang dibangun di PAL. Sekarang ekspor ke Filipina. Timor Leste juga ingin beli," kata Purnomo di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).

Ekspor yang dilakukan oleh PT PAL Indonesia (Persero), tidak lepas dari program transfer teknologi yang diberikan oleh Korea Selatan. Awalnya Kemenhan memberi order kepada Korsel, namun dengan melibatkan PAL.

"Partner mau transfer seperti Korsel untuk bikin kapal LPD 7 tingkat. Itu kapal markas bisa angkut tank," sebutnya.

Selain kapal perang, industri pertahanan Indonesia juga mengeskpor peralatan tempur, seperti senjata SS1 dan Panser ANOA buatan PT Pindad. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjual baju militer hingga helm tahan peluru. 

Bahkan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga telah menjual pesawat ke berbagai negara.

Saat ini, Indonesia juga sudah memasuki pengembangan pesawat tanpa awak, produksi propelan, jet tempur, kapal selam, hingga tank. 

Purnomo memandang produk pertahanan Indonesia berpotensi besar merangsek pasar Asia Tenggara. Apalagi anggaran militer negara ASEAN sangat tinggi, sehingga itu menjadi peluang.

"Negara-negara ASEAN rata-rata pengeluaran militer US$ 8-9 miliar. Kalau dikali 10 bisa US$ 80 miliar. Itu besar," terang. 


Orang AS dan Australia Tak Percaya RI Bisa Buat Senjata Canggih Ini

Foto: Senjata SSR2 (Wiji-detikFinance)

Jakarta - Pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2014 masih digelar di JIExpo Kemayoran hingga esok hari. Pameran terbuka dan gratis ini memamerkan seluruh produk buatan Indonesia berkualitas ekspor.

Salah satu yang dilirik banyak calon pembeli (buyers) dari dalam dan luar negeri adalah, sebuah senjata canggih laras panjang. Bahkan banyak calon pembeli dari Amerika Serikat (AS) dan Australia belum percaya, senjata canggih ini diproduksi oleh perusahaan Indonesia.

"Buyers dari Amerika dan Australia itu datang kemari dan mengatakan, mereka kaget kok bisa Indonesia buat alat senjata canggih semacam ini," ujar Desain Produk PT Pindad (Persero) Yudi, kepadadetikFinance, Sabtu (11/10/2014).

Senjata jenis SPR (Senapan Penembak Runduk) 2 ini ditegaskan Yudi, memang buatan asli PT Pindad. Senjata ini memang canggih, dan pesaing senjata-senjata yang diproduksi dari AS maupun Rusia.

SPR 2 mempunyai spesifikasi panjang larasnya 1050 mm dan beratnya 19 kg. Peluru yang digunakan berkaliber 12,7 mm, dengan jarak tembaknya 1,8 hingga 2 km.

"Mereka (buyers Australia dan Amerika) mengira ini mainan. Saya jelaskan ini senjata asli, mereka bilang Indonesia sudah hebat," imbuhnya.

SPR 2 didesain bukan untuk menembak personel/orang melainkan material termasuk kendaraan lapis baja. Yudi mengklaim senjata ini bisa meledakan satu kendaraan hanya dengan sekali tembakan dengan peluru MU3 Blam. Hanya saja masih ada satu komponen dari senjata ini yang masih harus diimpor.

"Teleskop kita masih menggunakan buatan luar negeri yaitu Jerman. Masalah lensa kita belum bisa buat," imbuhnya.

Saat ini SPR 2 masih menjadi salah satu komponen senjata penting Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat bertugas. Selain digunakan di dalam negeri, senjata ini juga sudah diekspor ke negara luar.

"Berapa harganya? Saya belum sebut karena ini G to G (perjanjian antar pemerintah) kalau mau beli. Selain TNI, kita juga sudah mulai ekspor ke Fiji," sebutnya.Wiji Nurhayat (Detik.com)