Tuesday, February 19, 2013

Harpoen, Aplikasi Mobile Indonesia Jadi Juara Dunia


ddd
Selasa, 19 Februari 2013, 09:43Muhammad Chandrataruna
Harpoen

Harpoen, Aplikasi Mobile Indonesia Jadi Juara Dunia

Aplikasi mobile pertama dari Indonesia yang mendapat gelar ini.


VIVAnews - Harpoen, aplikasi berbasis lokasi besutan anak bangsa, berhasil menyabet gelar juara dunia aplikasi mobile dalam kategori pariwisata dan budaya, pada ajang World Summit Award (WSA) Mobile 2012, yang digelar 3-5 Februari silam di Abu Dhabi.

Konsep Harpoen menarik: menjadikan suatu area menjadi media sosial. 'Grafiti digital'-nya memungkinkan pengguna untuk meninggalkan 'harp' atau virtual tag yang dikaitkan dengan lokasi tertentu.

Dijelaskan, Harpoen menawarkan cara untuk berkomunikasi dengan masa depan dan untuk menghubungkan orang dengan sejarah, serta memberikan rekomendasi dan opini tentang lingkungan sekitarnya.

Harpoen bersama tujuh aplikasi mobile lainnya dari seluruh dunia menjadi delapan juara dunia di acara dua tahunan yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini. Ajang penghargaan ini digelar oleh Pusat Internasional Austria untuk Media Baru dengan dukungan dari pemerintah Abu Dhabi.
Harpoen adalah aplikasi mobile pertama dari Indonesia yang mendapat gelar ini.

Juara lainnya adalah iButterfly dari Hong Kong di sektor mobile commerceRoadRoid dari Swedia yang menawarkan konsep "pemerintahan ponsel", Proyek Noah dari Kanada soal pendidikan seluler, dan HandTalk dari Brasil di bidang pemberdayaan mobile. Untuk mengetahui juara lainnya, Anda bisa mengklik tautan ini.

Anggota juri memilih Harpoen sebagai juara berdasarkan keunikan konsep, pelaksanaan, potensi untuk menjangkau khalayak global, dan penerapannya secara komersial. Menariknya, anggota juri terdiri dari CEO, beberapa tokoh dan ahli strategi ternama di industri ponsel global, termasuk Ralph Simon dari Inggris, yang secara luas dianggap sebagai visioner ponsel dan "ayah" dari nada dering.

Menemani Simon, ada Gary Schwartz dari Kanada, seorang pengusaha berpengalaman dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di dunia ponsel; Harri Koponen, COO dari Rovio, pembuat fenomena Angry Birds; dan eksekutif dari SAP, Dolby, serta kepala riset global Mobile Monday.

"Kami merasa sangat berterima kasih dapat penghargaan tingkat global dari juri-juri yang begitu berbobot," kata salah seorang pendiri Harpoen, Agatha Simanjuntak-Ellis, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews. "Dan, tentunya kami sangat bangga dapat membawa nama Indonesia ke kompetisi ini."

Harpoen mengalahkan platform mobile panduan wisata dari Italia, pemesanan layanan taksi global dari Estonia, sebuah aplikasi berbagi pengalaman spontan dari Uganda, dan pemanduwisata mobile dari Austria yang mempunyai lebih dari 3,5 juta download.

Dalam presentasinya, Harpoen memamerkan bagaimana aplikasi ini telah digunakan secara global oleh puluhan ribu pengguna yang telah berbagi 50 ribu pesan dan kenangan di seluruh dunia sejak soft launch Harpoen 1.0 pada Maret 2012 lalu.

Kesuksesan Harpoen di WSA didukung oleh Shinta Dhanuwardoyo, yang sudah menjadi country expert WSA sejak tahun 2009. "Saya berharap kesuksesan Harpoen bisa menjadi contoh aplikasi yang mengedukasi, bukan hanya sekadar social media," tutur Shinta.

Jika menggunakan perangkat Apple, Anda bisa mengunduh Harpoen melalui tautan berikut ini. Sementara bagi pengguna Android, Anda baru bisa mencicipi Harpoen, Maret nanti.

Berikut video singkat tentang Harpoen:

Thursday, February 14, 2013

PT.INKA Kirim Kereta Pesanan Malaysia

Kereta api buatan PT INKA dikapalkan ke Malaysia
PT.INKA Mengirim Kereta ke Malaysia
Pada Tanggal 12 Juli 2012 PT.INKA telah mengirim 8 unit kereta penumpang ke Malaysia terdiri dari 6 unit Air Conditioned Second Class ( ASC ) dan 2 unit Power Generating Car ( PGC). Pengiriman yang dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ini merupakan bagian dari pesanan 16 Unit kereta penumpang dari Keretapi Tanah Malayu Berhad ( KTMB ) Malaysia yaitu 12 unit ASC, 2 Unit PGC dan 2 unit Air Conditioned Buffet Car ( ABC ). Semua kereta pesanan KTMB ini dirancang untuk beroperasi pada kecepatan maksimum 120 Km/jam serta dilengkapi dengan pendingin udara.
Pesanan ini merupakan pesanan kedua dari KTMB, dimana pada tahun 2002 KTMB telah memesan 2 unit PGC ke PT.INKA. Hal ini menunjukkan bahwa produk PT.INKA memenuhi standar kualitas internasional dan mampu untuk bersaing di persaingan pasar global. Kepercayaan dari customer luar negeri inilah yang harus dapat dimanfaatkan untuk dapat meningkatkan pangsa pasar di luar negeri dengan terus meningkatkan kualitas produk.

Peluncuran 18 Inobus Produksi PT INKA untuk Transjakarta koridor 12 tahun 2013

Bus gandeng Buatan PT INKA. Lumayan bagus, dilengkapi dengan GPS, kamera CCTV dan on-board monitor.(admin : Gue heran, kenapa Trans Jakarta beberapa waktu lalu impor ratusan bus dari China padahal negara sendiri saja mampu membuat ?)

PT Industri Kereta Api ( INKA ) akan segera meluncurkan produk Articulated Bus atau bus gandeng terbaru pada pertengahan Januari 2013,  Inobus ini rencananya akan dioperasikan sebagai bagian dari armada Busway Transjakarta.  Sebelumnya PT INKA telah meluncurkan 21 unit Inobus yang telah lebih dulu melayani armada Busway Transjakarta di koridor 11. Direncanakan 18 unit ATC ini akan dioperasikan di koridor 12. Peresmian armada ini sendiri rencananya akan diresmikan oleh bapak Jokowi pada hari Selasa 15 Januari 2013.
Inobus ini mempunyai kapasitas 160 penumpang dengan 40 tempat duduk, dan dilengkapi dengan handgrip untuk penumpang berdiri. Inobus ini dilengkapi mesin Full dedicated CNG engine untuk otomotif dengan minimal standar emisi memenuhi  EPA / CARB certification (USA)  atau standar EURO III (Eropa). Mesin berkapasitas 9000 cc ini mempunyai power 285 Hp. Dengan menggunakan desain dan mesin tekhnologi baru Inobus ini mampu untuk lebih ramah lingkungan dan efisien dalam pengoperasiaanya. Inobus ini juga dilengkapi dengan kamera CCTV dan on-board monitor, alat pemadam kebakaran, perlengkapan P3K, dan GPS.
PT. INKA sendiri merupakan salah satu industry strategis yang bergerak di bidang transportasi. Selain core business dalam bidang manufaktur sarana kereta api; dengan produk – produk diantaranya Kereta Api Ekonomi AC, Kereta Api kelas Eksekutif, Kereta Rel Listrik, Kereta Rel Diesel dan Railbus;  PT. INKA juga telah memproduksi produk – produk transportasi lainnya, salah satu diantaranya adalah Inobus ini. Selain itu PT. INKA juga memproduksi tram yang telah di operasikan di Rasuna Epicentrum. PT. INKA juga telah merambah pasar luar negeri dengan mengekspor produk kereta ke Malaysia, Singapura, Bangladesh dan Negara – Negara lain.
Bagian dalam bus Trans jakarta buatan PT INKA.
Tampak dashboard Bus Trans Jakarta buatan PT INKA. Ada On-Board monitor canggih untuk memantau depan, belakang, dan di dalam bus panjang ini.
Tampak belakan bus Trans Jakarta buatan PT INKA- dilengkapi kamera CCTV dan GPS.

Teknologi Nuklir Indonesia : Siapa yang Takut ?


Sangka dan Fakta Seputar Pemanfaatan Energi Nuklir untuk Listrik
Ferhat Aziz (Kepala Biro Kerja Sama, Hukum dan Hubungan Masyarakat - BATAN)



Wacana pemanfaatan energi nuklir untuk mengatasi kelangkaan energi dan pemanasan global masih saja mengundang perdebatan. Kecelakaan PLTN Fukushima Daiichi yang diakibatkan oleh tsunami dijadikan justifikasi bahwa energi nuklir tidak cocok untuk Indonesia, seakan-akan seluruh wilayah Indonesia berpotensi dilanda tsunami membahayakan. Padahal daerah yang berpotensi tsunami membahayakan di tanah air  sesungguhnya tidak banyak.  Daerah rawan itu umumnya terletak di pantai barat Sumatera, selatan Jawa dan Nusa Tenggara, serta sisi utara wilayah Indonesia bagian timur.  Sementara PLTN direncanakan akan dibangun di daerah yang potensi tsunami dan gempanya rendah, misalnya kawasan pantai yang umumnya menghadap ke laut Jawa.  Selain itu,  pembangunan PLTN memperhatikan pula banyak faktor, antara lain vulkanologi, klimatologi, demografi, dan lain-lain.
Ketakutan akan kecelakaan dalam PLTN umumnya dipicu oleh sangka yang keliru tentang sumber energi yang satu ini. Sangka itu kemudian dipersepsikan sebagai fakta.  Beberapa hal berikut menunjukkan beberapa sangka tersebut dan bagaimana faktanya di lapangan.
Pertama, energi nuklir disangka tidak aman yang ditunjukkan oleh kecelakaan Chernobyl dan Fukushima.  Faktanya, risiko kematian akibat nuklir sangat kecil. Dalam rantai pembangkitan tenaga listrik, kematian pekerja maupun anggota masyarakat akibat nuklir adalah yang terkecil di banding sumber energi lain.  Menurut laporan OECD tahun 2010 (NEA No. 6861), jumlah kematian per Gigawatt-tahun listrik dihasilkan pada rentang 1969 - 2000, adalah LPG (16,85), PLTA (10,29), BBM (1,03), batubara (0,80), dan nuklir (0,05). Satu-satunya kecelakaan nuklir yang menelan korban jiwa adalah peristiwa Chernobyl tahun 1986 yang menewaskan 31 pekerja.  Tidak seperti yang disangka orang, faktanya kecelakaan di PLTN Fukushima sama sekali tidak mengakibatkan korban jiwa akibat radiasi.
Sejatinya teknologi PLTN sudah sangat aman. Teknologi PLTN generasi ketiga plus dewasa ini sudah jauh lebih baik dan aman dibandingkan pendahulunya seperti Fukushima Daiichi yang berasal dari generasi kedua.  Dengan memilih lokasi yang lebih aman dari potensi bencana alam dan mengutamakan keselamatan secara ketat, listrik nuklir tetap paling unggul dari segi keselamatan jiwa manusia.
Sangka yang kedua, bangsa Indonesia ceroboh dan tidak siap dengan energi nuklir yang  memerlukan SDM dengan disiplin tinggi.  Faktanya, bangsa Indonesia telah lebih dari 40 tahun mengelola dan merawat reaktor riset dengan aman dan selamat, yang notabene jauh lebih sulit pengoperasiannya dari pada PLTN karena harus lebih sering dinyalakan, dimatikan dan dimanuver untuk eksperimentasi.  Hal ini dicapai bukan saja karena SDM nuklir kita cakap atau berdisiplin tinggi, tapi juga karena desain peralatan dan fasilitas nuklir pada umumnya sudah memperhatikan kemungkinan-kemungkinan kegagalan akibat kelalaian manusia, kerusakan alat, bahkan ketidak sempurnaan desain itu sendiri.
Disiplin itu bagus. Bangsa Indonesia telah menunjukkan bahwa mereka bisa memupuk disiplin melalui pendidikan dan pelatihan yang baik sebagaimana ditunjukkan pula oleh mereka yang bergerak di industri perminyakan, penerbangan, otomotif dan industri strategis lainnya.  Dengan pengawasan dan penegakan aturan yang ketat baik secara internal, maupun eksternal oleh badan pengawas nasional dan internasional, putera-puteri Indonesia telah menunjukkan kemampuannya. Kemampuan dan kesiapan nuklir Indonesia bahkan telah pula diakui oleh IAEA sebagai badan pengawas nuklir dunia.
Sangkaan yang ketiga, limbah nuklir berbahaya dan tidak ada solusinya.  Faktanya limbah nuklir jauh lebih aman daripada limbah industri lain, karena secara umum tatakelola limbah nuklir lebih diatur dan diawasi secara nasional dan internasional, sebagaimana pengoperasian PLTN itu sendiri.  Limbah nuklir jauh lebih sedikit dibanding limbah B3 dari industri lain sehingga mudah dikelola dan diawasi. Selain itu limbah nuklir hanya berbahaya dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk limbah aktivitas sedang dan menengah cukup diamankan hingga 300 tahun, sedangkan untuk yang aktivitas tinggi perlu diamankan sampai seribuan tahun. Bila waktu yang ditetapkan itu terlampaui maka limbah itu akan menjadi stabil dan aman seperti tanah biasa. Sedangkan limbah berupa B3 dari industri kimia akan tetap berbahaya selamanya. Mengingat jumlahnya yang relatif kecil, pengelolaan limbah nuklir lebih mudah.
Bangsa Indonesia sudah menguasai teknik pengelolaan limbah nuklir ini. Seluruh limbah radioaktif yang dipakai di industri maupun rumah sakit di Indonesia ditangani dengan baik oleh BATAN. Dengan teknik isolasi, pengurangan volume dan pemadatan, limbah nuklir dari seluruh Indonesia dapat dikelola sesuai dengan standar dan praktek terbaik internasional. 
Untuk pengelolaan bahan bakar bekas PLTN komersial, prinsipnya tidak jauh berbeda. Swedia adalah salah satu contoh negara yang berhasil mendapatkan dukungan penuh rakyatnya dalam membangun fasilitas penyimpanan limbah PLTNnya secara lestari. Dukungan itu diperoleh setelah melaui proses informasi dan edukasi publik secara bertahap dan terus menerus dari awal ide itu dimunculkan. Akibatnya, dua daerah yang berdasarkan hasil studi dinyatakan aman dan terbaik untuk lokasi penyimpanan limbah PLTN Swedia, saling berkompetisi agar dipilih. Mereka menganggapnya sebagai sumber lapangan pekerjaan yang bergengsi internasional.
Pendekatan lain adalah wait and see. Mengingat limbah nuklir masih mengandung uranium dan plutonium yang bila diolah ulang akan dapat dijadikan bahan bakar baru, maka banyak juga negara yang memilih menyimpan sementara bahan bakar bekas PLTN mereka, sambil menunggu agar bahan bakar bekas tersebut mendingin dan berkurang radioaktivitasnya sehingga mudah diolah pada saatnya nanti.  Teknologi terus menerus dikembangkan, termasuk  pengurangan limbah dengan teknik transmutasi yang mampu mengubah sifat fisika bahan tersebut sehingga tidak lagi radioaktif, alias aman.
Begitulah sebagian dari sangka dan fakta seputar PLTN.  Apakah Indonesia siap menggunakannya sekarang dapat kita pelajari dari negara-negara lain yang sudah menggunakannya.  SDM Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dan lebih siap daripada Korea Selatan ketika mereka memulai program energi nuklir tahun 1980. Dengan pendapatan perkapita  3500 dolar dan perekonomian yang membaik sudah saatnya kita menggunakan energi nuklir dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan mengutamakan keselamatan secara ketat.  Vietnam dan Uni Emirat Arab adalah contoh negara-negara yang berani mengambil keputusan strategis membangun PLTN untuk mengamankan cadangan energi masa depannya. Padahal SDM nuklir mereka tidak sesiap Indonesia.
Tidak ada negara yang berpenduduk di atas 150 juta yang tidak menggunakan nuklir.  Sudah saatnya kita berani menggunakan energi nuklir dengan tetap mengutamakan keselamatan.  Apalagi tak kurang dari IAEA sendiri dalam banyak kesempatan mengatakan Indonesia adalah salah satu negara yang lebih siap menggunakan PLTN dan unggul di kawasan dalam pemanfaatan nuklir di bidang non-energi seperti pertanian, pangan dan kesehatan.
Sumber : BATAN. bkhh  : 16-03-2012 14:22:38


Tulisan yang bagus dan seimbang.. mudah2an yang masih ragu-ragu dapat menjadi pro pltn. Salam kompak . RWP

Transformasi Satelit LAPAN

Evolusi Satelit LAPAN
Transformasi Satelit LAPAN


Transformasi Teknologi Pada Satelit Kecil ( Small Satellite )


Perkembangan teknologi satelit saat ini telah bergerak maju sangat cepat dengan perubahan paradigma pembuatan satelit dari berorientasi berat (masa) dimana hanya satelit yang berukuran besar dapat membawa fungsi aplikasi besar dan kompleks.
Tetapi dengan perkembangan teknologi microelectronics, baterey, solar panel juga imigrasi teknologi hardware dengan mengembangkan software maka saat ini telah banyak dibuat satelit KECIL berkemampuan BESAR. Perubahan dalam 5 (lima) tahun ke depan akan sangat terlihat karena dilakukan beberapa langkah perubahan besar seperti:
1. Peningkatan fungsi aplikasi satelit mikro (Micro-satellite)
2. Sistem optic yang compact pada satelit kecil (small-satellite)
3. Star sensor yang dapat digunakan pada satelit Pico (Pico-satellite)
4. Peningkatan kecepatan data (data rate) dengan menggunakan Directional Antenna.
5. Penggunaan konstelasi satelit nano (Nano sa-satellite) untuk komunikasi
6. Sistem On board yang handal dengan menggunakan komponen COTS
Sehingga beberapa peningkatan fungsi satelit yang dulu hanya dapat dilakukan oleh satelit berukuran besar telah dapat ditransformasi hanya dengan menggunakan satelit kecil. Beberapa fungsi yang dapat dilakukan adalah:

1. Earth Observation: karena perkembangan sistem elektro optic.
a. Aplikasi pengamatan bumi dengan kamera resolusi 2,5 meter pada satelit mikro
b. Aplikasi pengamatan bumi dengan kamera resolusi 5 meter pada satelit nano.
c. Aplikasi pengamatan bumi dengan kamera resolusi 10 meter pada satelit pico.

2. Store and forward communications
a. Peningkatan data rate menggunakan nadir pointing
b. Power yang rendah untuk komunikasi terrestrial antar buoy di laut, migratory animal dan balloons.
Satelit kecil yang sangat kental dengan hanya dapat digunakan sebagai satelit eksperimen saja, maka saat ini telah mengarah pada pembuatan satelit kecil untuk melakukan misi besar secara operasional untuk misi seperti; earth observation, science, telecommunication, navigation. Contoh Evolusi yang terjadi pada satelit kecil ini adalah:
1. ISRO dengan IMS-1 dan IMS-2; Merupakan kelas satelit kecil (small satellite) untuk observasi bumi.
2. ESA dengan PROBA (project for onboard autonomy)
3. ESA dengan SMART-1 yang dibuat untuk mencapai Lunar Orbit
4. CNES-ESA COROT; satelit untuk pengamatan planet
5. ESA mengembangkan satelit kecil untuk GEO telecommunication satellite.
Trend perkembangan teknologi satelit 5 sampai 10 tahun ke depan adalah pengembangan satelit yang menerapkan teknologi Miniaturisation dan teknologi Micro-Electrical-Mechanical Systems (MEMs) yang memungkinkan peningkatan kapabilitas dan kemampuan penerapan aplikasi dan operasional kelas satelit kecil (small satellite).

webteam 2012

Indonesia Kembangkan Sendiri Teknologi Sinyal



TEKNOLOGI PERSINYALAN – MEMULAI KEMANDIRIAN


Persinyalan kereta api di Indonesia kini mulai beralih dari manual ke sistem otomatis berbasis komputer. Belakangan ini diterapkan serangkaian komponen mikroelektronika yang lebih kompak dan ringkas. Sistem pengendali yang modern itu bernama Computer Based Interlocking, buatan dalam negeri. YUNI IKAWATI

Era perkeretaapian di Indonesia dimulai 1867, pada masa kolonial Belanda. Pengembangan jalur sarana transportasi massal selama ini terbatas di Jawa dan Sumatera. Modernisasinya tersendat, termasuk sistem persinyalan.

Sistem persinyalan kereta api, 98 persen masih manual atau menggunakan sistem mekanik. Kemampuan industri dalam negeri untuk memasok tidak terlalu besar. Dari seluruh sinyal kereta api, 60 persen merupakan buatan dalam negeri.

Meningkatnya mobilitas manusia menggunakan kereta api yang mendorong penambahan rangkaian dan lalu lintas memerlukan sistem persinyalan yang dapat bekerja cepat dengan tingkat keamanan dan keandalan tinggi. Ini dapat dipenuhi dengan sinyal elektrik yang mampu bekerja otomatis.

Sayangnya, saat ini jalur kereta api yang menggunakan sinyal elektrik baru 2 persen. Untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan transportasi kereta api, Menteri Perhubungan Evert Erenst Mangindaan, Desember lalu, mengatakan akan meningkatkan secara bertahap penggunaan sinyal elektrik yang dilengkapi sistem pengontrol mikro. Penerapannya akan menggantikan sistem manual.

Ada beberapa kelebihan yang dapat dicapai dengan menggunakan sinyal elektrik dan otomatis. Tidak hanya keamanan dan keselamatan transportasi lebih terjamin, tetapi juga meningkatkan kapasitas perlintasan kereta dan efisiensi sistem persinyalan.

Persinyalan elektrik untuk kereta api di Indonesia, sekitar 80 persen merupakan generasi kedua. Kini, mulai dirintis sistem generasi ketiga, antara lain Computer Based Interlocking, dilengkapi pengontrol mikro.

Berbeda dengan sinyal manual yang sebagian besar dapat dipenuhi industri dalam negeri, sinyal elektrik masih bergantung pada produk asing. Menurut Asisten Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Produktivitas dan Riset Iptek Industri Erry Ricardo, 96 persen teknologi sinyal kereta api berbasis listrik dibangun oleh vendor dari luar negeri, yaitu Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, dan Australia.

Upaya mandiri


Untuk mengurangi ketergantungan pihak asing, dibentuk Konsorsium Persinyalan Kereta Api untuk merancang bangun dan memproduksi sinyal elektrik secara mandiri. Konsorsium itu terdiri dari Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Perhubungan, PT Len Industri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Institut Teknologi Bandung, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Perintisan sinyal elektrik, menurut Agung Darmawan, Kepala Divisi Teknologi dan Inovasi PT Len Industri, dimulai dengan merancang programmable logic controller (PLC), yaitu sistem pengontrol yang menggunakan komponen elektromekanikal sebagai pengontrol otomatis yang terprogram berbasis digital komputer.

PLC yang merupakan generasi kedua sinyal elektrik, menurut Agung, proses rekayasanya masih menggunakan modul impor. Jadi, yang dikembangkan adalah sistem integrasi dan bahasa pemrogramannya.

Meski begitu, tim perekayasa di Konsorsium Persinyalan berhasil melakukan loncatan dengan menguasai teknologi CBI, yang merupakan generasi ketiga. Penguasaannya meliputi pembuatan desain komponen, modul, peranti lunak, hingga rancang bangun CBI. Sistem persinyalan ini meliputi enam rak setinggi 3 meter dan lebar 80 sentimeter. Di dalamnya terdiri dari modul-modul untuk pengaturan daya, transfer keluar-masuk data atau sinyal, serta modul antarmuka.

Sistem CBI


Sistem CBI terdiri dari peralatan yang dipasang di sekitar rel, antara lain point machine yang akan menggerakkan westle atau perpindahan jalur kereta api secara otomatis. Komponen CBI yang terbangun sekitar 70 persen merupakan produk dalam negeri.

Pengembangan desain dan rekayasa CBI dapat menghemat sekitar 30 persen biaya konstruksi interlocking dibandingkan teknologi sebelumnya. Total daya yang dikeluarkan untuk membangun sistem ini sekitar Rp 70 miliar.

Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian Tunjung Indrawan, CBI mulai dikembangkan pada 2009. Selama ini CBI diuji coba untuk menguji keandalannya. Uji perdana CBI dilakukan di Stasiun Gumilir Cilacap, Desember lalu.

Penerapan lebih lanjut dilakukan di Stasiun KA Cikampek, Cirebon, dan Maos. Percobaan di empat stasiun itu dengan pertimbangan memiliki frekuensi lalu lintas tinggi dan percabangan jalur kereta lebih dari dua.

Pada masa mendatang, menurut Erry, CBI memiliki pangsa pasar luas. Akan ada sekitar 300 stasiun sinyal mekanik yang akan diganti dengan sistem otomatis.

Selain itu, untuk meningkatkan mobilitas massal, pemerintah berencana menghidupkan jalur kereta api yang mati dan menambah jalur baru, termasuk untuk moda MRT guna angkutan ke bandara, jalur pintas, depo, dan pengangkutan batubara. Direncanakan pula pembukaan jaringan kereta api di pulau lain, yaitu trans-Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Sumber : Kompas, 16 Januari 2013

Wednesday, February 13, 2013

Finlandia: Teknologi Indonesia Sangat Maju


Ilustrasi. (Foto: Corbis)

Finlandia: Teknologi Indonesia Sangat Maju

Yuni Astutik - Okezone
Selasa, 17 April 2012 12:26 wib
Ilustrasi. (Foto: Corbis)
JAKARTA - Komite Perdagangan Finlandia dijadwalkan mengunjungi Indonesia dari 15-18 April mendatang. Dalam lawatannya ke Indonesia, Finlandia sempat bertamu ke Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ketua delegasi Komite Perdagangan Finlandia Mauri Pekkarinen mengatakan, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia memang sangat bagus dan kuat. Menurutnya, salah satu alasan kedatangan Komite Perdagangan Perlemen Finlandia ke BEI karena Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan.

"Selain perkembangan teknologi yang kuat, Indonesia sudah menggunakan teknologi yang sangat maju dan itu sangat menarik," katanya saat ditemui di sela-sela kunjungannya ke Gedung BEI, Jakarta, Selasa (17/4/2012).

Menurutnya, Indonesia juga memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang banyak dan dapat memiliki kemungkinan untuk melakukan kerja sama dengan Finlandia ke depannya.

Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Kai Sauer mengungkapkan, pasar modal Indonesia merepresentasikan fundamental Indonesia yang sangat kuat.

"Volume trading di pasar modal Indonesia sangat tinggi, bahkan selalu berada di level hijau dan jarang berada di level merah. Kami menganggap pasar modal Indonesia merepresentasikan ekonomi Indonesia juga," katanya.

Menurutnya, perwakilan komite akan membawa pesan kepada Komite Ekonomi Finlandia mengenai hal-hal menarik yang ada di Indonesia untuk mewacanakan kerja sama lebih lanjut. "Perwakilan delegasi ini akan membawa pesan di mana mereka akan memaparkan memiliki potensi ekonomi yang besar," pungkasnya. (mrt)

Tuesday, February 12, 2013

PT Dirgantara Indonesia lakukan pembenahan besar

Ilustrasi--Pengunjung melihat maket Pesawat N-219 yang tengah dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) saat Pameran Hari Ulang Tahun BPPT di Jakarta beberapa waktu lalu. (FOTO ANTARA/Dhoni Setiawan)

Bandung (ANTARA News) - PT Dirgantara Indonesia (Persero) melaksanakan pembenahan diri skala besar melalui program restrukturisasi dan revitalisasi guna menghadapi tantangan bisnis kedirgantaraan kini dan masa depan.

"Pasar industri kedirgantaraan semakin kompetitif. PT DI sebagai industri pesawat terbang kebanggaan bangsa Indonesia harus siap menghadapi tantangan itu agar tetap eksis," kata I.P. Windu Nugroho, staf senior Divisi Komunikasi PT DI kepada pers di Bandung, Selasa (4/12).

Windu mengatakan jajaran PT DI menyadari upaya menghadapi tantangan bisnis itu bukan pekerjaan mudah. Diperlukan kerja keras dan tekad bersama seluruh komponen bangsa terkait, dukungan Pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, wacana saja tak cukup, kata Windu.

Untuk menjawab tantangan, PT DI telah melakukan Program Restrukturisasi dan Revitalisasi baik dalam hal organisasi, keuangan, SDM, perbaikan sistem Informasi Teknologi, permesinan, dan lainnya.

"Restrukturisasi ini berdasarkan arahan Pemerintah saat pelantikan manajemen baru Oktober lalu," kata Windu.

Untuk program Revitalisasi, katanya, PT DI sepenuhnya dibantu oleh para tenaga ahli dari Airbus Military sebagai mitra bisnis utama saat ini. Sejarah panjang kerjasama PTDI dan Airbus Military dalam pembuatan dan pengembangan pesawat terbang di Indonesia sejak 1976.

"Dengan semakin meningkatnya kepercayaan Airbus Military terhadap kinerja PTDI, beberapa bentuk perjanjian baru telah dibuat dan ditandatangani," kata Windu yang menambahkan Airbus telah memutuskan pemindahan produksi pesawat C295-nya dari Sevilla di Spanyol ke Bandung.

Kerjasama PTDI-Airbus Military itu antara lain dalam Perjanjian Kerjasama Strategis (Strategic Collaboration Agreement), Perjanjian Beregu (Teaming Agreement), Perjanjian CN295, Perjanjian Kolaborasi Industri (Industrial Collaboration Agreement).

Khusus program revitalisasi untuk proyek CN295, kerjasamanya bertujuan memperluas kemampuan Industri Strategis Nasional, ditandatangani pada 21 Desember 2011, meliputi beberapa paket pekerjaan strategis, yaitu Rear Fuselage, Empennages, Delivery Center, In-Service Support danComputer Based Training.

Dari kerjasama tersebut, PT DI berharap dapat memproduksi beberapa komponen penting dari pesawat CN295, baik yang diperuntukan bagi customer domestik maupun luar negeri, serta pengiriman pesawat ke customer tepat waktu.

Saat ini PT DI dan Airbus Military telah menyelesaikan Industrial Plan dan New Lay-out untuk Rear Fuselage, Empennages dan Delivery Center.

"Diharapkan pada awal tahun 2013 Delivery Center sebagai pusat pengiriman pesawat CN295 dapat dirampungkan pembangunannya," katanya.

Selain dari itu, pekerjaan program revitalisasi lainnya adalah pembenahan dengan mengubah sistem IT yang ada, semula dari sistem Integrated Resources Planning (IRP) menjadi sistem Enterprise Resources Planning (ERP).

Sistem ERP akan digunakan adalah SAP, yaitu sistem ERP yang kini banyak penggunanya baik di lingkungan BUMN maupun swasta dengan keunggulan antara lain data lebih akurat, visibilitas lebih baik, kontrol lebih bagus serta aliran data lebih mulus dia ntara seluruh unit dan direktorat yang ada di lingkungan perusahaan.

Tahapan implementasi berupa pembersihan data, pengujian sistem SAP serta pelatihan bagi pemakai. Dengan terealisasinya seluruh program revitalisasi di tubuh PTDI, diharapkan perusahaan pelat merah ini siap menghadapi tantangan pasar yang semakin komplek dan PTDI mampu menjawab semua itu, demikian Windu.

Sejak berdiri tahun 1976 hingga kini PTDI telah memproduksi lebih dari 300 pesawat, baik sayap tetap (fixed wing) maupun helikopter (rotary wing). Untuk produk Pesawat NC-212 di bawah lisensi CASA (sekarang Airbus Military), PTDI telah diproduksi lebih dari 102 unit baik versi sipil maupun militer.

PTDI juga telah memproduksi sebanyak 122 helikopter NBO-105 dibawah lisensi MBB (sekarang Eurocopter Jerman). Sebagian besar helikopter tersebut dioperasikan oleh militer Indonesia.

Selain itu PTDI juga telah memproduksi helikopter NBell-412 lebih dari 33 unit ditambah NBell-412 EP sebanyak 7 unit dibawah lisensi Bell Helicopter Textron (USA) serta helikopter Super Puma 22 unit dibawah lisensi Aerospatiale (sekarang Eurocopter Perancis).

Produk CN-235 dari hasil kerjasama dengan CASA Spanyol yang dimulai sejak tahun 1979 telah menghasilkan kurang lebih 260 unit dan telah tersebar di berbagai negara di dunia. Terbang perdana CN-235 dilakukan pada bulan Desember 1983 dan mulai masuk pasar pada tahun 1986.
(E004)

Editor: Desy Saputra

Berkat “The Raid”, Pencak Silat Terkenal Hingga Mancanegara


Mungkin anda bertanya, apakah judul di atas sesuai dengan tema blog ini tentang teknologi ? Saya jawab ya, masih relevan dengan teknologi. Sebagaimana para ilmuwan memasukkan perkembangan ilmu psikologi terkini sebagai teknologi terbaru misalnya Neuro Lingusistic Programming (NLP), maka ilmu bela diri Indonesia umumnya termasuk teknologi karena tidak hanya mengandalkan gerakan fisik semata. Pencak silat adalah seni, dan di dalamnya terdapat teknologi paling maju dalam psikologi, yakni efektivitas pengendalian diri, pengendalian pikiran dan emosi. Seni bela diri Indonesia adalah unik, berbeda dengan bela diri dari manca negara sepertin Kung Fu, Tae Kwondo, Ju Jit Su, dan lain-lain.
Teknologi mind controlling Indonesia adalah hebat, sangat maju, misalnya sanggup mematahkan sebatang besi dengan hanya menggunakan gulungan koran. Dalam Sin Lam Ba, lawan bisa terpental jauh bahkan bisa luka parah dengan hanya satu gertakan verbal kalau saja pihak penyerang sedang marah bernafsu ingin menghancurkan. Ini bukan mistis, tapi nyata dan ilmiah karena saya pernah belajar Sin Lam Ba. Contoh lain paling umum adalah mengangkat benda berat dengan hanya menggunakan ujung jari. Dalam transpersonal Psychology, penggunaan tenaga psiko-nuklir dalam tubuh manusia adalah teknik canggih yang penggunaannya bisa untuk tujuan kesehatan, keamanan, perlindungan diri/lingkungan, dan pengobatan/penyembuhan. 

Baiklah, kita kembali tentang film The Raid dan Pencak Silat. Berikut ini kutipan dari Yahoo blog.  

Pada 23 Maret 2012 silam, “The Raid” resmi ditayangkan di bioskop. Tak hanya di Indonesia, tapi juga Australia, Kanada, dan Amerika Serikat. Film ini memang fenomenal dan mendapatkan cukup banyak pujian dari dunia internasional. Diputar di festival-festival film internasional seperti Festival Film Toronto, Sundance Film Festival, Sitges International Fantastic Film Festival, SXSW Film Festival, dan Festival Film Busan.

Saat Dublin International Film Festival, “The Raid” mendapat predikat sebagai Best Film. Saat ditayangkan di Amerika, para bintang Hollywood pun turut menonton dan memuji film ini, seperti Paris Hilton, Denzel Washington, dan Jason Statham, aktor “The Expendables” dan “Transporter”. 

Kemampuan laga aktor “The Raid” ternyata mengundang minat industri film Hollywood. Iko Uwais dan Joe Taslim, mendapat kesempatan untuk bermain film Hollywood. Iko, dipercaya bintang Hollywood Keanu Reeves untuk berlaga di film terbarunya. Joe Taslim, ikut bermain dalam “Fast and Furious 6” bersama Vin Diesel.

Menyusul kesuksesan “The Raid”, Merantau Films akan membuat film sekuel “The Raid 2: Berandal”. Ditemui di markas Merantau Films di Jakarta pada Kamis (20/12), sutradara Gareth Evans bersama produser Aryo Sagantoro menceritakan kepada Yahoo! OMG! sedikit bocoran tentang “The Raid 2: Berandal”. Gareth Evans, yang meski sama sekali tidak memiliki darah Indonesia, mengaku dirinya turut bangga dapat mengusung ilmu bela diri Indonesia pencak silat hingga populer di mancanegara.

Produser Aryo Sagantoro dan Sutradara Gareth Evans (Foto: Jonathan Rian/Yahoo!)Apa tantangan untuk pembuatan film “The Raid 2”?
Gareth Evans: Ekspektasi. Itu tantangan terbesar. Dulu di “The Raid” pertama, orang tidak tahu akan seperti apa film itu, jadi kami dapat memberikan kejutan kepada penonton. Namun untuk “The Raid 2” ini, faktor kejutan itu sudang hilang. Orang akan berekspektasi film ini seperti apa. 

Seperti apa perbedaan saat pembuatan “The Raid 2”?
Gareth Evans: Saat ini kami merasakan cukup banyak tekanan. Jika “The Raid” pertama kami memang membuatnya hanya untuk kepuasan diri kami sendiri, belum mempertimbangkan opini penonton. Tapi untuk sekuel kali ini, bahkan Iko Uwais juga sempat menanyakan hal ini pada saya, bagaimana tanggapan masyarakat nantinya dengan “The Raid 2”. Saya katakana padanya, kita tidak harus memikirkan opini penonton, kita buat saja seperti saat dulu “The Raid” pertama.

Cerita “The Raid 2” masih berhubungan dengan yang pertama?
Gareth EvansYa. Kisahnya bermula sejak hari pertama saat film “The Raid” pertama selesai. Perbedaannya ada dalam lamanya waktu dalam film ini. Jika di “The Raid” pertama semuanya terjadi dalam satu hari, “The Raid 2” akan berlangsung selama tiga atau empat tahun.  Jadi nanti ceritanya akan lebih banyak, karakternya akan bertambah, tantangannya juga makin besar.

Untuk proses produksi, lebih repot dari “The Raid” pertama?
Aryo Sagantoro: Pastinya! Banyak banget yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Di sini kan tantangannya. Seperti kalau kita menonton film luar negeri seri pertama, kemudian keluar sekuelnya, pasti kita memiliki harapan lebih. 

Kami ingin tampilkan gambar-gambar yang belum pernah ditampilkan sebelumnya. Tidak ada di “Merantau”, tidak ada di “The Raid”. Film “Merantau” kan isinya penuh adegan berkelahi dengan tangan kosong, bertahan untuk hidup. Sementara di “The Raid”, terbunuh atau dibunuh. Nah untuk “The Raid 2”, adegan mobil yang tidak ada sebelumnya, perkelahian yang lebih agresif. Proyek ini memang sudah kami persiapkan dari tiga tahun yang lalu, sudah menjadi impian kami.

Berarti konsepnya memang sudah ada sejak awal?
Aryo Sagantoro: Konsepnya sebenarnya “The Raid 2: Berandal” dulu. Tapi terpaksa ditunda karena banyak adegan yang kami belum siap. Kami butuh waktu lebih panjang karena kan adegannya berat. Waktu kami membuat koreografi untuk “The Raid”, ada adegan-adegan yang kami anggap lebih pantas dan lebih sangar untuk kami tampilkan di “The Raid 2”.

Apakah “The Raid 2” akan adegan di luar ruangan? Kalau “The Raid” sebagian besar kan dilakukan di dalam ruangan.
Aryo Sagantoro: “The Raid” pertama dilakukan di dalam ruangan untuk mengatasi masalah cuaca yang tidak bisa kami kontrol. Pengalaman kami di “Merantau” harus menambah waktu produksi sebulan lebih. Akhirnya muncullah konsep satu hari di dalam gedung. Tapi di “The Raid 2”, kami mau menjual lanskap dan lain sebagainya, jadi lebih banyak di luar ruangan.

Sudah mulai syuting?

Aryo Sagantoro: Belum. Pada 1 Oktober 2012 lalu, kami adakan syukuran untuk memulai proyek “The Raid 2”. Insya Allah tanggal 19 Januari 2013 sampai awal Juli, jadi sekitar enam bulan. Ini merupakan proyek terpanjang kami, enam bulan syuting, bukan hal yang mudah. 

Kalau “The Raid” pertama membutuhkan waktu berapa lama?
Sekitar tiga bulan lebih. “Merantau” sekitar empat bulan.

Lokasi syuting “The Raid 2” akan dilakukan di mana?
Lokasi syuting 90 persen dilakukan di Jakarta, sisanya Jawa Barat. Ada beberapa lokasi yang memang tidak ada di Jakarta, jadi harus dilakukan di luar.

Apakah akan ada pemain perempuan dalam “The Raid 2”? Di “The Raid” pertama kan tidak ada pemain perempuan yang jadi sorotan utama.
Gareth Evans: Kali ini ada. Dari dulu saya juga ingin ada tokoh petarung perempuan. Akan ada tokoh bernama Hammer Girl, dia menggabungkan teknik bela diri silat harimau, seperti yang digunakan di “Merantau”, tapi dia juga menggunakan dua palu di kedua tangannya. Jadi dia akan memukul lawannya dengan keras. Karakter yang sangat keren.

Gareth memang dari dulu menggemari bela diri?
Garet Evans: Oh iya. Dari kecil saya suka menonton film-film bela diri. Sejak saya terlibat di “Merantau”, saya terus memikirkan bagaimana caranya mendapatkan angle yang bagus untuk adegan bela diri, gerakan kameranya akan seperti apa, kemudian apa yang mau diangkat dari bela diri itu sendiri. Bisa turut andil untuk mempopulerkan pencak silat, menjadi sebuah kehormatan untuk saya.

Sutradara "Merantau", "The Raid", dan "The Raid 2: Berandal" (Foto: Jonathan Rian/Yahoo!)Ada berbagai macam ilmu bela diri yang lain, seperti kungfu atau taekwondo, kenapa Gareth memilih pencak silat?
Gareth Evans: Kungfu sudah masuk dalam industri film selama berpuluh-puluh tahun. Film tentang silat sendiri juga sudah banyak sebenarnya, tapi belum ada dalam film itu yang menyatakan, “Seperti ini lho pencak silat.” Dari sinilah saya tergerak untuk membuat film tentang silat, dan sejalan dengan saya mempelajarinya, saya juga mendapatkan ilmu tentang filosofi pencak silat itu sendiri. 

Pencak silat itu merupakan ilmu bela diri yang indah untuk disorot kamera. Saya agak terkejut saat mengetahui belum ada pembuat film yang menggarapkan dengan pantas. Saat saya menonton tayangan tentang pencak silat, yang diselipi ilmu-ilmu sihir yang menurut saya itu semua hanya omong kosong. Saya harus membuat sesuatu yang menjauhkan silat dari hal-hal berbau mistis. 

Banyak orang kaget saat menonton “Merantau”, karena mereka terbiasa menonton pencak silat yang berbau mistis. Saya katakan bahwa seperti inilah pencak silat yang sebenarnya. Berkat film ini, kami sukses mempopulerkan pencak silat, tak hanya di dalam negeri tapi juga hingga ke luar negeri. 

Beberapa perguruan pencak silat mengaku ke kami bahwa mereka mendapatkan banyak peserta baru, yang tidak hanya berasal dari Indonesia, tapi juga berasal dari luar negeri karena mereka ingin mempelajari apa yang mereka tonton di film kami.

Ada rencana membuat film dengan genre lain?
Gareth Evans: “The Raid 2: Berandal” akan menjadi film tentang pencak silat saya yang terakhir untuk sementara. Saya ingin mencoba membuat dua film baru, mungkin tentang kriminalitas. Kami akan istirahat sejenak, Iko Uwais dan kawan-kawan akan latihan lagi sambil kami memikirkan untuk fim berikutnya.

Toro, bagaimana sih pengalaman bekerja bersama Gareth Evans?
Aryo Sagantoro: Oke banget sih. Kami kerja bareng sejak “Merantau” sekitar 2008. Waktu itu kami bertemu juga sama-sama belum punya pengalaman film. Semua yang terlibat di “Merantau”, itu film pertama kami. Ada kepercayaan satu sama lain, itu yang paling penting. 

Kami berusaha memberikan yang terbaik yang bisa kami kasih, tapi pasarnya sendiri saat itu banyak yang memandang sebelah mata. Film laga, pencak silat apalagi, siapa yang mau nonton gitu kan. Saat itu juga kan film Tanah Air juga sedang jatuh sekali. 

Kami punya minat yang sama di ilmu bela diri, kami sama-sama ingin mengangkat pencak silat, dan kami percaya bahwa pencak silat apabila dikemas dengan baik bisa menjadi tontonan yang sangat menarik dan bisa menjadi kebanggaan Indonesia.

Harapan kalian untuk “The Raid 2”?
Aryo Sagantoro: Harapannya sih bisa seperti apa yang kami bayangkan. Kami punya konsep, apa yang kami lakukan adalah yang terbaik, baru setelah itu kami serahkan ke pasar. Ekspektasi penonton, seperti yang tadi kita bahas, itu menjadi tantangan kami.

Gareth Evans: Kami tidak ingin “The Raid 2” disamakan dengan “The Raid”. Karakternya mungkin akan sama, tapi perasaan saat nonton filmnya, tampilan film dan pengemasan, akan terlihat jauh lebih mantap. Akan menjadi sesuatu yang lebih segar meskipun ini sekuel.

Apa nih yang paling membedakan antara “The Raid” pertama dan kedua?
Aryo Sagantoro: Konsep “The Raid” pertama adalah roller coaster. Kami tidak memberikan kesempatan bagi penonton untuk bernapas. Baru napas sebentar, tapi sudah disikat lagi. Kalau “The Raid 2”, cara bertutur akan lebih halus. Karakter akan lebih kuat karena organisasinya lebih besar. Begitu banyak variasi, tak hanya adegan berkelahinya saja. 

Gareth Evans: Di bagian awal mungkin masih bisa agak tenang nontonnya. Tapi kamu tidak akan mampu bernapas di 25 menit terakhir.





Pencak Silat Mendunia






Pencak Silat Merambah Jerman
Dua peserta kenaikan tingkat tengah mendemonstrasikan jurus di hadapan peserta lain (foto Aksara Kauniyah)

Metrotvnews.com, Berlin: Siapa sangka olahraga pencak silat asli dari Indonesia semakin mendunia. Bahkan di Berlin, Jerman, telah berdiri sekolah pencak silat.

Seni bela diri dan olah raga pencak silat sigepi (silat gerak pilihan), dikreasikan oleh Octav Setiadji pada  tahun 1976 di Bandung. Silat ini dibawanya ke Berlin pada tahun 1981, dan diperkenalkan pertama kali kepada 60 mahasiswa Indonesia di Berlin.

Dalam mengembangkan pencak silat ini, Octav mengajarkannya di universitas tehnik dan beberapa sekolah sport di Berlin, hingga akhirnya membuka Sigepi Institut pada tahun 2011.

Jumlah murid di sekolah tersebut sekitar 500 orang, dan 98 persen di antaranya adalah warga Jerman. Bahkan juga ada warga Amerika Serikat.

Sigepi telah mengikuti 6 kali kejuaraan Eropa dan dunia, serta sering tampil dalam acara kebudayaan Indonesia di Jerman. Sigepi juga mengajarkan senam kesehatan dan pernafasan.

Senam kesehatan dan pernafasan sangat membantu menyembuhkan penyakit. Hal ini dirasakan oleh salah satu murid Sigepi, Gudrun, yang mempunyai masalah dengan punggungnya .

Menurut Duta Besar RI untuk Jerman, pengembangan pencak silat di Jerman merupakan hal yang sangat penting dalam kerangka hubungan bilateral Indonesia-Jerman.(Dni)



Pencak Silat Masuk Kurikulum American University, AS


Dua orang pesilat sedang mendemonstrasikan jurus saat ujian kenaikan tingkat di AS.




Pencak silat adalah olah raga seni bela diri asli Indonesia yang harus dilestarikan. Namun, di negeri asalnya, pencak silat sepertinya ‘kalah pamor’ dengan karate, tae kwon do, kung fu, atau bela diri lain dari luar Indonesia. Di sekolah-sekolah kita, banyak yang mempelajari bela diri asing tersebut.
Berbeda dengan di Indonesia, pencak silat justru akan dipelajari para mahasiswa di Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat ini. Bahkan akan dimasukkan ke dalam kurikulum.
Kabar tersebut disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Jalal melalui akun twitternya, Jumat (10/6/2011). Dino menulis, “MenDuniakan Indonesia: alhamdullilah pencak silat resmi masuk Kurikulum American University, Washington DC. Who else will follow?”
Kelas pencak silat akan dibuka American University pada musim gugur mendatang, yakni sekitar bulan September. Kelas ini akan berlangsung dari Senin hingga Kamis tiap pukul 08.55-10.10 waktu setempat. Para mahasiswa yang mengikuti kelas pencak silat tidak hanya akan mempelajari jurus-jurus pencak silat, tetapi juga budaya Indonesia.

Tidak heran, pencak silat memang lekat dengan kebudayaan Tanah Air. Kata Pencak Silat sendiri merupakan gabungan dua istilah. “Pencak” dari bahasa Sunda, atau “Mancak” dari bahasa Madura dan Bali, dengan “Silat” atau “Silek” yang biasa digunakan di Sumatra.
Kelas pencak silat ini akan melatih aspek fisik para mahasiswa, aplikasi bela diri, pertarungan satu lawan satu, jurus mengunci lawan, hingga pelatihan spiritual. Materi yang diberikan akan mencakup dasar-dasar pencak silat yakni dasar-dasar menyerang, bertahan, bela diri, dan pencak silat sebagai seni.
Pihak kampus American University berharap, dengan mengikuti kelas tersebut para mahasiswanya dapat mengetahui teknik dasar bela diri dan mengaplikasikannya di saat-saat darurat.


Sumber: Okezone / silatdc.com

Dr Hiltrud Cordes, Peneliti “Silek” Minangkabau.

    [ in English ] 



Hiltrud memulai hubungannya dengan Indonesia dari Minangkabau. Setelah meneliti ”silek” (pencak silat) Minangkabau dan menulis buku rujukan pertama dari sisi antropologi, Hiltrud tak terbendung lagi.
Mendirikan perguruan pencak silat di Jerman dan Serikat Pencak Silat Jerman (PSUD). Ia lalu menjadi presiden pertama Federasi Pencak Silat Eropa (EPSF).
Hiltrud juga mendirikan lembaga amal Kultur Kontakt yang berfokus pada kerja sama lembaga dan pembangunan kebudayaan Indonesia- Jerman. Hal itu di antaranya mengumpulkan dana bagi kelompok-kelompok kesenian dari Indonesia untuk berpentas di Eropa.
Dia juga mendirikan Yayasan Penyu yang berpusat di Swiss dan Jerman serta mengelola program konservasi penyu di Berau, Kalimantan Timur. Ia juga menjadi manajer produksi beragam program dokumenter soal Indonesia yang digarap stasiun televisi Bayerischer Rundfunk di Muenchen, Jerman.

Dua tahun terakhir, Hiltrud menjadi salah seorang kurator Sawahlunto International Music Festival (SIMFes). Sebuah festival musik di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, yang baru saja merangkak dengan seniman dari berbagai benua.
Jangan panggil saya doktor, panggil saja Hilli,” katanya.
Hilli lalu menerawang jauh ke tahun 1980-an, seusai menamatkan kuliah S-2 tahun 1983, saat ia melancong ke Indonesia untuk pertama kali. ”Saat itu Indonesia adalah tujuan yang cukup populer. Banyak anak muda Eropa jalan-jalan ke Indonesia,” kenangnya.
Hilli bukan sekadar jalan-jalan. Ia mencari daerah penelitian untuk program S-3. Ia langsung betah dan menetapkan fokus. Apalagi ketika ia menemukan pencak silat di dataran Sunda. ”Saya cerita kepada pembimbing saya, Prof Kurt Tauchmann, bagaimana jika saya meneliti pencak silat,” ujarnya.

Terpesona silat
Gayung bersambut karena saat itu belum ada penelitian di dunia akademis soal pencak silat dari sudut pandang antropologi. Ia kembali ke Eropa dan tahun 1986 ia terpesona penampilan dua perempuan Bukittinggi yang menampilkan silek dalam Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Vienna, Austria.
Ia mengingat silek untuk pertama kali sebagai perpaduan yang sangat harmonis. Sederhana, tak banyak gerak, tetapi penuh ledakan energi.
Dia pun bertemu dengan mahasiswa Indonesia dari Nagari Magek, Kabupaten Agam -dekat Bukittinggi- yang tengah melanjutkan kuliah di Hamburg. Mahasiswa itu, Aryadie Adnan, kini dosen Jurusan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
”Saya bertemu Hilli dalam pertandingan sepak takraw di Hamburg. Saat itu dia datang dari Cologne dan mengutarakan keinginannya meneliti silek. Saya langsung persilakan datang dan tinggal bersama orangtua saya,” kata Aryadie.
Beberapa waktu kemudian, Hilli berkirim surat kepada Aryadie yang sudah kembali ke Indonesia. ”Kami lalu bertemu di Padang. Dia antar saya ke Magek. Saya dititipkan kepada ibunya untuk menumpang tinggal selama sepuluh bulan. Mereka adalah keluarga angkat saya sekarang,” kenang Hilli.
Hilli belajar kepada sejumlah guru silek, termasuk kepada Sutan Malenggang, guru dua perempuan pesilat dari Bukittinggi yang pernah ditontonnya di Vienna. Ia merasa perlu belajar langsung silek Minangkabau. ”Supaya saya paham, saya harus praktik sendiri,” kata Hilli.
Persiapan merantau
Penelitiannya lalu berfokus pada fungsi silek dalam sistem sosial Minangkabau. Filosofi silek Minangkabau sebagai persiapan bagi anak-anak muda Minang sebelum merantau menjadi dasar pemahamannya kemudian.
Ia mengatakan tidak ada aliran dalam silek Minangkabau. Pengajaran dilakukan antara kelompok murid dan guru. Ini menjadi mata pelajaran untuk penguasaan soft skill sebelum memasuki jenjang pendidikan formal. ”Dengan surau sebagai pusatnya,” ujarnya.
Hilli melanjutkan, sekalipun belum ada data sahih, kuat diduga maksimal hanya 95 persen ilmu dari guru silek yang diturunkan kepada muridnya. ”Ada rahasia yang tidak diturunkan. Barulah biasanya ketika menjelang ajal, itu diturunkan,” kata anak kedua dari lima bersaudara itu.
Pesan untuk mengembangkan pencak silat di Eropa datang dari Sutan Malenggang di ujung masa penelitiannya. Sebagai murid yang baik, Hilli patuh.
Di sudut Museum Goedang Ransoem, Kota Sawahlunto, yang basah karena hujan malam itu, perbincangan kami sempat terhenti. Hilli mesti mengurusi pembukaan SIMFes yang padat. Namun, seusai pergelaran, ia kemudian kembali dan melanjutkan ceritanya sembari mengisap sebatang rokok mentol.
Di Jerman, dia mendirikan Perguruan Silek Tuo. Tahun 1988, dia mendirikan PSUD di Jerman dengan total lima perguruan pencak silat.
Selain itu, dia juga menjalankan amanah Sutan Malenggang dengan mengembangkan organisasi pencak silat di Eropa dengan mendirikan EPSF. ”Ini sebagai balas budi saya karena saya mendapatkan gelar S-3 juga karena orang-orang lain yang membantu,” katanya.
 Sekalipun lama tak bermain silek, Hilli mengatakan dirinya masih ingat beberapa jurus. ”Itu mirip dengan keterampilan bersepeda. Tinggal diasah saja lagi sekalipun lama tidak melakukannya,” ujarnya.
Tahun 1991 ia membantu seorang sutradara membuat film dokumenter soal konservasi. Tidak kurang dari 23 film dokumenter tentang kehidupan alam liar yang mencakup orangutan, burung, dan penyu.
Dari sinilah, ia berkenalan dengan fakta menyedihkan soal kehidupan penyu sebagai penjamin tingkat nutrisi di perairan dan fosil hidup. Ia menjalankan program konservasi di Berau. Bukan hanya menyelamatkan penyu, tetapi juga memikirkan mata pencarian alternatif bagi penangkap penyu.

Hilli masih memendam keinginan untuk membuat program konservasi penyu di beberapa daerah lain di Indonesia. Namun, dana yang tersedia terbatas.
Suaminya, Prof Dr Otto Jockel, yang juga Rektor Sekolah Ekonomi Internasional Neuss di Jerman mendukungnya. Bagaimana pendapatnya mengenai negeri, terutama yang berkaitan dengan konservasi alam? ”Saya lihat dari undang-undang bagus. Saya kasih jempol. Cuma pelaksanaannya kurang,” kata Hilli
sumber : kompas
Kompas, Sabtu, 14 Januari 2012, rubrik Sosok