Tuesday, April 9, 2013

TNI-AU Tambah Tiga Skadron Udara


Pesawat Hawk TNI AU termasuk yang akan dimordernisasi dengan pesawat baru. 

TNI-AU Tambah Tiga Skadron Udara

Senin, 08 April 2013, 03:46 WIB 



Dua Pesawat Sukhoi SU-MK2  milik TNI AU sedang lepas landas.
TNI Angkatan Udara berencana menambah tiga skadron udara, yakni skadron udara tempur, angkut, dan pesawat intai menyusul program pembelian 102 unit pesawat berbagai jenis. TNI Angkatan Udara akan terus menambah jumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimilikinya, sebagai bagian dari rencana strategis pembangunan TNI AU tahun 2010-2014.

"Saat ini tengah disiapkan skadron udara 16 di Pekanbaru (Riau), pembangunan skadron udara di Makassar, Sulawesi Selatan dan skadron udara Pontianak, Kalimantan Barat," kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, skadron udara 16 akan dipakai sebagai home base pesawat tempur F-16 yang merupakan hibah dari Amerika Serikat.

"Sekarang ini sudah mulai bangun selter untuk pesawat. Tahun depan akan datang 8 unit (dari 24 unit)," katanya.

Pembangunan skadron udara untuk pesawat angkut di Makassar, Sulawesi Selatan, kemungkinan akan diisi Hercules C-130 pembelian teranyar dan hibah dari Australia yang totalnya 10 unit.

Sementara skadron udara Pontianak akan menjadi markas pesawat tanpa awak (UAV). "Skadron UAV di Pontianak sudah disiapkan, tinggal menunggu pesawatnya saja. Mudah-mudahan segera datang," kata Ida Bagus.

Ia mengatakan, untuk pencapaian Minimum Essential Forces (MEF) ada tiga rencana strategis pembangunan TMI AU, yakni renstra 2010-2014, 2015-2019 dan 2020-2024. Namun, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pencapaian kekuatan pokok minimum dapat tercapai pada dua renstra saja.

Penambahan Alutsista Baru

TNI Angkatan Udara akan terus menambah jumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimilikinya, diluar 102 alutsista baru pada rencana strategis pembangunan TNI AU tahun 2010-2014.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan optimistis pencapaian kekuatan pokok minimal dapat dilakukan pada 2019 atau lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan pada 2024.

"Pada awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019). Saya yakin MEF bisa tercapai pada 2019," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro beberapa waktu lalu.

Menurut dia, pencapaian MEF yang lebih cepat lima tahun dari yang ditargetkan itu merupakan sebuah terobosan dan keberhasilan berkat besarnya APBN yang digelontorkan ke Kemhan, meski pada 2012 lalu pencapaian MEF tak sesuai rencana.

"Kemhan akan melakukan percepatan pembelanjaan anggaran pada 2013 ini, ujarnya.

Menhan pun meyakini kekuatan alutsista TNI AU hingga semester I 2014 mendatang dalam rangka kekuatan pokok minimum (Minimum Esensial Force/MEF) akan mencapai 40 persen.

"Hadirnya pesawat tempur F-16, pesawat angkut dan pesawat tempur lainnya akan memercepat dan menambah prosentasi kekuatan pertahanan kita, khususnya TNI AU," kata Purnomo.

Alutsista baru tersebut meliputi pesawat tempur F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 dan radar, kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia usai geladi bersih pelaksanaan HUT ke-67 TNI AU, di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu.

Menurut dia, hingga 2014 mendatang pada akhir masa kabinet ini, diperkirakan ada sekitar 45 alutsista bergerak, baik untuk TNI AU, TNI Angkatan Laut maupun TNI Angkatan Darat.

"Sebanyak 45 alutsista bergerak ini termasuk pesawat tempur maupun angkut, yang tiba di Indonesia," ujarnya.

TNI AU memprogramkan pembelian total 102 pesawat guna mencapai target kekuatan pokok minimal (MEF). Apa saja pesawat-pesawat tempur tersebut ?

1. Skuadron Udara Pekanbaru (Riau)


Hibah 24 pesawat tempur jenis F-16 dari Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan melengkapi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dimiliki TNI Angkatan Udara.


Amerika menghibahkan sebanyak 24 unit pesawat F-16 yang akan dilakukan secara bertahap dalam empat tahun. "24 unit sesuai rencana, per tahunnya sesuai kemampuan retrofit atau pemeliharaan peningkatan kemampuan, kalau tidak salah setiap tahun delapan unit," kata Agus.

TNI AU membentuk skudron tersendiri untuk seluruh pesawat F-16 ini, yakni di Pekanbaru, Riau. Ini akan melengkapi dua skuadron F-16 yang saat ini telah dimiliki TNI AU di Lapangan Udara Iswahjudi Madiun. 

Dua Pesawat F-16  TNI AU sedang lepas landas.
Panglima TNI menepis keraguan banyak kalangan tentang sulitnya mendapatkan suku cadang jika nantinya F-16 tersebut telah dihibahkan ke Indonesia. "Sekarang kita sudah punya F-16, semua berjalan dengan baik dan lancar. Suku cadang juga didukung karena kita punya kerja sama," katanya.

Agus menambahkan, proses hibah 24 pesawat tempur tersebut masih dalam tahap upgrading sebelum benar-benar diserahkan ke Indonesia. Tak hanya itu, setelah penyerahan hibah ini, F-16 yang telah dimiliki TNI AU juga akan menyusul di-upgrade (ditingkatkan) dengan teknologi dan kemampuan terkini pesawat tersebut.

2. Skuadron Udara Makassar (Sulawesi Selatan)


Tak lengkap rasanya TNI AU punya pesawat tempur F-16 jika belum punya Sukhoi. Pesawat buatan AS akan lebih hebat jika disandingkan dengan pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi Su 30MK2. Kedua kompetiror ini memiliki keunggulan masing-masing yang tidak dimiliki oleh tiap-tiap pihak. F-16 Fighting Falcon lebih kecil, dengan jangkauan terbang lebih pendek dibandingkan Sukhoi, tetapi lebih lincah. Sedangkan pesawat tempur buatan Rusia lebih besar, mampu menjalankan misi terbang lebih jauh tanpa pendukung kapal induk maupun pengisian bahan bakar di udara. Sukhoi lebih handal melakukan serangan udara untuk jarak jauh, mampu pulang pergi secara mandiri, dengan kecepatan lebih tinggi. Sedang F-16 barangkali lebih efektif untuk melakukan serangan udara yang mengandalkan kelincahan manuver. 

Pesawat Sukhoi Su MK2 milik TNI AU. Enam pesawat baru telah memperkuat pangkalan di Makassar.
Tahun ini 6 buah pesawat Su 30MK2 akan memperkuat TNI AU, dan akan ditempatkan di Makassar, Sulawesi Selatan.

3. Skuadron Udara Pontianak

Di Pontianak akan dibentuk 2 skuadron baru, yang berbeda sama sekali dengan skuadron-skuadron yang sudah ada, yakni pesawat tanpa Awak atau UAV.



Dephankam telah membentuk tim di bawah koordinasi BPPT untuk membentuk dua skuadron UAV itu, di mana BPPT akan mewujudkannya untuk kepentingan militer.

"Sekarang kami sedang finalisasi pesawat itu untuk kepentingan pengintaian dan operasi," kata Kepala BPPT, Marzan A. Iskandar, usai penganugerahan BJ Habibie Technology Award 2012 di Aula BPPT, Jakarta, Rabu 12 September 2012.

Marzan menambahkan pesawat tanpa awak tersebut selain untuk kepentingan pertahanan juga dapat digunakan untuk pengamatan wilayah (survailence) dan kebakaran hutan.

"Pada waktu lalu, pesawat ini digunakan untuk mendukung pembuatan hujan buatan," tambahnya.

Pesawat dengan kemampuan tinggi terbang mencapai 8.000 kaki ini dioperasikan secara otomatis melalui pusat kendali. "Langsung bisa kirim data secara real time ke pusat kontrol," ujarnya.

Bulan September ini, lanjut Marzan, akan dilakukan ujicoba bersama dengan Kementerian Pertahanan. Setelah ujicoba baru kemudian akan dilanjutkan ke tahap produksi.

Beberapa pesawat baru yang akan menempati skuadron yang sudah ada seperti :

1. Super Tucano

Pesawat Super Tucano buatan Embraer, Brazil.

TNI AU telah menerima empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano. Diharapkan pada 2014 nanti 14 jenis alutsista akan menambah kekuatan TNI AU, seperti pesawat tempur, pesawat angkut, helikopter, pesawat latih, pesawat intaidan pesawat tempur lainnya.

"Saat ini TNI AU telah menerima empat unit pesawat Super Tucano. Diharapkan pada akhir 2013 atau awal 2014 akan tiba delapan unit lagi, sehingga tercapai satu skadron atau 16 unit," katanya.

Saat ini, TNI AU telah memiliki empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano, sehingga diharapkan TNI AU memiliki satu skadron pesawat Super Tucano yang ditempatkan di Skadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang.

Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Pangkalan Udara Abd Saleh, Kolonel Pnb Novianto Widadi, Minggu, mengatakan, secara umum Lanud Abd Saleh siap menyambut kedatangan pesawat tempur itu, dan akan menggantikan posisi pesawat tempur Oviten-10F Bronco yang sudah memasuki masa "grounded".

Kesiapan yang sudah dilakukan, meliputi sejumlah fasilitas pendukung di Lanud Abd Saleh, seperti shelter atau tempat lokasi parkir pesawat, serta 12 pilot khusus yang telah dilatih untuk menukangi pesawat tersebut.

"Kami terus menyiapkan pendukung lainnya untuk kedatangan pesawat tempur canggih itu, termasuk pilot khusus yang berusia minimal 24 hingga 35 tahun dan ahli dalam berbahasa inggris," katanya.

Dengan tibanya pesawat pada bulan Maret, diharapkan nantinya bisa dipertunjukan kepada masyarakat pada peringatan HUT TNI AU tanggal 9 April 2012.

Sementara itu, rencananya pesawat tersebut akan digunakan untuk misi operasi taktis dalam membantu pasukan di darat, sebab pesawat itu memiliki keunggulan "close air support".

Selain itu, pesawat yang memiliki mesin tunggal buatan "Empresa Braziliera de Aeronautica", juga memiliki kemampuan menembakan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.

Pesawat itu nantinya tidak hanya digunakan sebagai pesawat latih, namun juga digunakan misi pengamanan wilayah perbatasan, untuk memastikan tidak adanya pelanggaran batas negara oleh pihak lain.

"Total pesawat yang kita pesan sebanyak 16 unit, dan pengiriman akan dilakukan secara bertahap, diawali dengan kedatangan empat unit pada Maret 2012, dan akan ditempatkan pada Skuadron 21 Lanud Abd Saleh," katanya.

Super Tucano TNI AU yang ditempatkan di Malang.
Pesawat jenis turboprop asal Brazil tersebut, akan difungsikan sebagaipesawat serang ringan, pengawasan, air-to-air interception dan counter-insurgency.

2. T-50 Golden Eagle

Hubungan Indonesia-Korea Selatan adalah ibarat sahabat dekat. Kedua negara ini telah lama bekerjasama saling menguntungkan dan saling mendukung satu sama lain. Indonesia membeli pesawat tempur T-50 Eagle produksi Korsel dan sebaliknya, Korsel membeli peswat CN 235 produksi PT DI yang akan digunakan sebagai pesawat penjaga pantai atau Cost Guards.

Pesawat T-50 Golden Eagle. 

South Korean Defense Minister Kim Kwan-jin holds a model plane CN-235, right, and Indonesian Defense Minister Purnomo Yusgiantoro holds a model plane T-50 Golden Eagle after a meeting in Jakarta, Indonesia, Friday. (AP/Achmad Ibrahim)


Display kokpit Pesawat T-50 Golden Eagle
T-50 Golden Eagle adalah pesawat latih supersonik buatan Amerika-Korea. Pesawat ini berjenis pesawat latih lanjut serang ringan. Dikembangkan oleh Korean Aerospace Industries bekerjasama dengan Lockheed Martin.[5] Program ini juga melahirkan A-50, atau T-50 LIFT, sebagai varian serang ringan.[1]

Pengembangan pasawat ini 13% dibiayai oleh Lockheed Martin, 17% oleh Korea Aerospace Industries, dan 70% oleh pemerintah Korea Selatan.[9] KAI dan Lockheed Martin saat ini melakukan program kerjasama untuk memasarkan T-50 untuk pasar internasional.
Indonesia membeli 16 pesawat T-50 Golden Eagle ini untuk pelatihan pilot pesawat tempur bermesin jet supersonik.

Sebaliknya, Korea Selatan juga membeli pesawat dari PT DI yakni pesawat angkut untuk militer mereka dan untuk keperluan Penjagaan Pantai. Kerjasama teknologi Indonesia Korsel tidak hanya itu, mereka juga membantu Indonesia melalui transfer technology dalam pembuatan Kapal selam di PT PAL, Surabaya.


3. Hercules C-130

Pesawat Hercules C-130 milik Australia yang dihibahkan untuk Indonesia.
Pesawat ini berjenis H, yang artinya termasuk keluaran baru.
Dalam sejarah penerbangan militer Indonesia, pesawat angkut Hercules berjenis B adalah yang paling sering jatuh karena faktor usia dan ketiadaan biaya perawatan saat itu. Tetapi kini Indonesia tumbuh lebih kaya dibandingkan dulu, jadi punya cukup uang untuk melakukan perbaikan atau upgrade pesawat-pesawat tersebut.
TNI menerima empat buah pesawat Hercules berjenis H hasil hibah pemerintah Australia, dan keempat pesawat tersebut telah datang pada tahun 2012 lalu.

"Pemerintah akan merenovasi dan meremajakan atau retrofit empat pesawat C-130 Hercules hibah dari Australia," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

"Biasanya kalau dapat hibah, atau dapat pesawat, selalu kami cek, renovate, retrofit, kami betul yakinkan bahwa pesawat itu layak terbang," kata Purnomo ketika ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

Hercules C-130 TNI AU
Pesawat C-130H A-1303 Hercules milik TNI AU hasil Retrofit oleh ARINC, LCC, USA. Ada lima buah pesawat
Hercules milik TNI AU yang diretrofit agar tidak jatuh seperti yang lainnya.  

Sementara itu, Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Muda TNI Rodi Suprasodjo, mengatakan pesawat Hercules yang diperlukan TNI-AU saat ini sebanyak 30 unit. Namun, TNI-AU hanya memiliki 21 pesawat Hercules, sehingga masih kurang sembilan pesawat.

"Kekurangan pesawat Hercules itu akan dipenuhi dari hibah dan membeli. Ke-30 pesawat Hercules akan digunakan untuk pesawat tanki sebanyak dua unit, pesawat VIP dua unit, dan pesawat operasional dua batalion sebanyak 26 unit," kata Suprasodjo.

Dia menambahkan, pesawat tipe H yang akan dihibahkan Australia akan digunakan TNI-AU untuk menggantikan tipe B yang sudah sangat tua. Selain Angkatan Udara Amerika Serikat, Indonesia adalah negara pertama di dunia yang menerima C-130 dari pabriknya.


4. Pesawat C 295 dan CN 295

Indonesia khususnya TNI AD dan TNI AU telah menerima dua dari 9 pesawat C 295 dari Air Bus Militery, Spanyol. Demikian Air Bus Military melaporkan. Dua pesawat diproduksi di pabrikan San Pablo, Sevilla, Spanyol lalu sisanya diproduksi di Bandung, oleh PT DI sebagai bagian dari kerjasama Airbus Military-PT DI. PEsawat ini akan digunakan sebagai pesawat angkut militer untuk menggantikan pesawat-pesawat tua Fokker 27 yang segera akan dipensiunkan.


PT DI selanjutnya akan memproduksi pesawat jenis itu dengan nama CN 295, di bawah lisensi Air Bus Military. Peswat ini akan dioperasikan oleh baik TNI AD maupun TNI AU untuk berbagai operasi, seperti pengangkutan personel militer, logistik, misi-misi kemanusiaan dan evakuasi medis seerti untuk bencana alam untuk seluruh teritori wilayah Indonesia yang meliputi 17.000 pulau. Total pengiriman akan selesai pada tahun 2014.

Prosesi penyerahan peswat CN 295 hasil produksi  bersama Air Bus Military-PT DI di Bandung pada 2012 lalu.





5. Grob G 120TP


Grob adalah pesawat latih buatan perusahaan Jerman, Grob Aircraft AG. TNI AU memilih pesawat ini karena memiliki teknologi terbaru dan revolusioner, turbo-prop powered, dan aman. Pesawat jenis ini dibutuhkan untuk pelatihan pilot pesawat TNI AU ke depan, yang dari waktu ke waktu semakin banyak pilot diperlukan.


Grob G 120TP, saat ini dipandang sebagai 'pilihan terbaik pelatih' pilot militer angkatan Udara Indonesia karena kemajuan dan efektivitas biaya untuk abad 21.

Perusahaan Grob Aircraft telah mendapatkan pembeli untuk pesawat jenis G120TP-nya. Angkatan udara Indonesia berencana akan menambahkan pesawat G120TP tersebut kedalam armadanya, yang nantinya akan difungsikan sebagai pesawat latih dasar.

Grob Aircraft mengatakan, "G120TP turboprop telah dipilih setelah menghadapi persaingan ketat dari Finmeccanica [Alenia Aermacchi] SF-260TP dan Pasifik Aerospace CT-4".

Pengiriman akan dimulai pada tahun 2012, dan perusahaan ini juga akan menyediakan sistem pelatihan darat berbasis komputer, perlengkapan untuk briefing misi dan pembekalan, simulasi kokpit dan paket penuh untuk dukungan pemeliharaan.


Kesepakatan ini, kemungkinan untuk sekitar 18 pesawat, dan Grob Aircraft mengharapkan penanda-tanganan kontrak dapat dilakukan dalam beberapa minggu ke depan.

"Asia dinilai oleh Grob Aircraft sebagai salah-satu wilayah kunci, karena Asia memiliki beberapa Angkatan Udara yang berpotensi untuk mengikuti langkah AU Indonesia," kata perusahaan itu. Grob Aircraft saat ini juga tengah menawarkan G120TP ke beberapa negara lain, termasuk Inggris.

Selain menambah skadron udara baru, TNI AU juga terus menambah penerbang untuk mengawaki alat utama sistem senjata baru itu. "Kita butuh penerbang banyak, kita sudah membuat perencanaannya," tutur Ida Bagus.

Diolah dari berbagai sumber. Republika, Antara, dll.


No comments: