Wednesday, September 25, 2013

Tank Leopard untuk Pertahanan Perbatasan


JAKARTA---Kementerian Pertahanan optimistis tank Leopard baru dari Jerman akan mampu memperkuat TNI AD. Tank kelas berat pertama dalam sejarah kavaleri itu akan memperkuat daerah daerah perbatasan.
"Tim TNI AD nanti yang akan menentukan posisi tepatnya dimana," kata Menhan Purnomo Yusgiantoro di sela sela penutupan training bela negara pns Kemhan di Rindam Jaya kemarin (24/09). Dua tank Leopard dan dua tank Marder sudah datang Sabtu (21/09) malam lalu.
Menurut Menhan, tank Leopard sangat cocok dengan kebutuhan pertahanan TNI di masa depan. "Pembelian itu sudah melalui proses perencanaan strategi yang panjang. Tentu sesuai," kata mantan Wagub Lemhanas itu.       
Pada November 2012 Kemenhan menandatangani kontrak pembelian"senilai USD 280 juta (sekitar Rp 3 triliun) dengan Jerman. Indonesia membeli sebanyak 153 unit MBT dan IFV.
Dengan rincian, 61 unit MBT Leopard tipe revolution, 42 MBT Leopard 2A4, serta 50 IFV Marder. Untuk MBT Leopard akan dilengkapi tank recovery, tank bridge layer, dan ambulans.     
Tipe Leopard 2A4 yang dibeli bukan tank baru, melainkan bekas pakai yang di-refurbish. Tank itu dibuat pada durasi waktu 1985 hingga 1992. Pemerintah Jerman memiliki 2.125 MBT Leopard 2A4. Karena over produksi, maka Leopard tipe ini dijual ke berbagai negara. Di antara yang sudah memakai adalah Austria, Polandia, dan Turki. Untuk negara Asia, selain Indonesia, baru Singapura yang tercatat mengoperasikan 96 tank jenis itu.     
Selain Leopard, Marder juga bukan produk anyar. Prototipe awalnya dirancang pada 1960-an dengan produksi perdana pada 1971. Saat ini sebagian Marder varian awal di Jerman sudah akan digantikan generasi yang lebih baru, yaitu Puma.     
Tank Marder berfungsi sebagai tank angkut personel. Salah satu ciri khas Marder adanya kanon atau meriam berkaliber 20 mm Rheinmetall MK 20 Rh202. Kanon ini otomatis. Artinya, peluru tidak perlu diisi satu demi satu. Peluru yang dipergunakan bisa dari berbagai jenis seperti amunisi konvensional, penembus baja serta berdaya ledak tinggi.     
Secara terpisah, Direktur Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia Rizal Darmaputera menilai TNI AD harus segera memikirkan sarana pendukung operasional Leopard. "Apakah secara teknis, jalanan kita bisa dan kuat dilewati tank 63 ton," katanya.      
Memang dari hasil kajian tim kavaleri TNI Angkatan Darat menyimpulkan Leopard memiliki beberapa keunggulan dibandingkan tank kelas berat yang lain. Di antaranya dari segi penggunaan bahan bakar, Leopard multifuel berbeda dengan lainnya yang hanya bisa dengan satu jenis bahan bakar. Dari segi kemampuan, Leopard mampu menembak sejauh 6 km, lebih jauh ketimbang MBT PT-91M milik Malaysia yang sanggup 5 km.     
"Tapi itu harus diimbangi dukungan infrastruktur yang memadai," kata alumni IDSS Jenewa itu. Jika tidak, pembelian besar-besaran senilai hampir tiga triliun itu bisa sia-sia.
"Pengaturan dan penempatan tank harus disesuaikan potensi ancaman yang ada," katanya.(rdl)  (Jppn.com)
/div>


No comments: