Tuesday, May 7, 2013

Bangkitnya Asia dan Memudarnya Dominasi Barat




Pada tahun 1998, krisis ekonomi hebat melanda Indonesia. Lima tahun setelah itu, Indonesia segera bangkit dan pada tahun 2003, Indonesia praktis sudah pulih dan pelan-pelan beranjak tumbuh semakin lama semakin tinggi. Jauh sebelum itu, ekonomi AS masih tumbuh 3 % per tahun, namun secara umum masih lebih kecil dari Indonesia yang ketika itu tumbuh rata-rata 7 % per tahun.

Pada tahun 2008 krisis besar melanda AS, yang sebelumnya sudah mengalami pertumbuhan yang relatif stagnan, yang dipicu oleh subprime morgage, sehingga perlambatan ekonomi AS pun tak terhindarkan. Pada tahun sekitar itu pula, perusahaan-perusahaan besar asal AS ambruk yang ditandai dengan bangkrutnya Lehman Brothers. Krisis global pun terjadi.

Lima tahun kemudian Yunani mengalami krisis parah seperti yang dialami oleh Indonesia di tahun  1998, namun tidak seperti Indonesia yang cepat bangkit, Yunani terus terpuruk hingga sekarang. Sebanyak 150.000 PNS Yunani terpaksa di-PHK karena ketiadaan anggaran negara untuk menggaji mereka. Jaminan sosial juga banyak mengalami pemotongan. Krisis Yunani merembet ke negara-negara Eropa lainnya seperti Spanyol, Italia, dan terakhir, Cyprus, juga terjerembab ke jurang resesi.

Negara-negara lain di Eropa, kecuali Turki dan Polandia (mereka berdua baik-baik saja sejauh ini), mengalami stagnasi pertumbuhan. Jerman, Perancis, dan Inggris, tiga ekonomi terbesar di Eropa, hanya tumbuh sekitar 0,5 % per tahun.    

Sementara itu, China dan India, diikuti oleh Indonesia, seperti tidak terpengaruh sama sekali krisis global dan mereka tetap tumbuh tinggi. China mencatat pertumbuhan 10,3 % lalu India 7,4 % dan Indonesia 6,3 % per tahun. Di luar Asia, Brazil, Meksiko, dan Kolombia juga memiliki dinamika yang baik. Sementara di Afrika, Afrika Selatan juga tumbuh secara mengesankan.

Jika trend ini terus konsisten seperti itu, maka pada tahun 2030 nanti, diperkirakan peta kekuatan ekonomi dunia akan berubah. 

The Wall Street Journal pada Desember 2012 menulis judul besar : "2030, Cina Kuasai Dunia". Di dalam artikel tersebut, Cina diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar dunia di tahun 2030 melampaui Amerika Utara dan Eropa.

Laporan intelijen itu memproyeksikan ekonomi negara-negara Eropa, Jepang, dan Rusia akan terus mengalami “penurunan relatif,” sementara Cina, India, Brazil dan sejumlah negara lain seperti Kolombia, Indonesia, Nigeria, Afrika Selatan, dan Turki akan kian memiliki peran penting dalam percaturan ekonomi dunia.

Permintaan energi secara global diprediksi tumbuh sekitar 50% seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta tumbuhnya kelas menengah. 

Optimisme bahwa kekuatan ekonomi dunia akan bergeser dari Barat ke Timur kian memenuhi halaman-halaman surat khabar, internet, televisi, radio, dan laporan-laporan resmi. Maka, Asia pun kini menjadi pusat perhatian utama dunia sebagai kawasan tujuan investasi.

“Pendulum geo-politik dan geo-ekonomi akan bergeser ke kawasan Asia,” ujar Dirjen Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri Indonesia, Djauhari Oratmangun seperti ditulis VIVAnews 23 November 2010.

Optimisme Djauhari adalah satu dari deretan optimisme berbagai lembaga keuangan dunia lainnya. Baru-baru ini, dalam laporan khusus Standard Chartered Bank juga diyakini soal pergeseran keseimbangan kekuatan ekonomi global dari Barat ke Timur.

Pemicunya adalah peningkatan besar di negara berkembang, terutama perdagangan di pasar-pasar negara berkembang, industrialisasi yang pesat, suplai tenaga kerja murah, urbanisasi dan meningkatnya masyarakat kelas menengah, serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi, rata-rata 5,2 persen di Asia dalam dua dekade mendatang.

Bahkan, Stanchart memperkirakan 20 tahun lagi, lima kekuatan ekonomi akan benar-benar berubah. Pada 2010 ini, lima kekuatan ekonomi dunia dikendalikan oleh Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman dan Prancis.

Namun, dua dekade lagi, bank terkemuka yang berpusat di Inggris itu meyakini posisi lima besar akan benar-benar berganti. China akan menempati posisi pertama, lantas diikuti oleh Amerika Serikat, India, Brazil dan Indonesia. Berikut ini profil singkat lima raksasa ekonomi dunia 2030.

1. China
Pada 2030, China akan menjadi negara adikuasa secara ekonomi. volume PDB China diperkirakan akan mencapai US$73,5 triliun atau tertinggi di dunia.Saat ini, PDB China mencapai US$5,9 triliun atau terbesar kedua dunia. China akan menguasai 24 persen ekonomi dunia. Negeri dengan jumlah penduduk tertinggi sejagat ini akan tetap menjadi mesin utama pertumbuhan yang ditopang oleh industri manufaktur. Apalagi, kaum berpendidikan tinggi di China melonjak sangat signifikan.

2. Amerika Serikat
Saat ini, Amerika merupakan mbahnya kapitalisme dunia dan negara adidaya ekonomi dengan PDB terbesar dunia, yakni US$14,6 triliun. Amerika juga termasuk negara kaya dunia dengan tingkat pendapatan penduduk per kapita cukup besar, yakni US$46.760 per tahun.

Jumlah penduduk dan kondisi geografis membuat negara adidaya ini tak muncul sebagai negara paling kaya di dunia. Negara ini mengedepankan perekonomi kapitalis yang tak terlalu memprioritaskan program sosial. Namun, negara ini tak ragu menghabiskan anggaran besar untuk pendidikan. Meski tergolong maju, kesenjangan sosial-ekonomi di negara ini cukup kentara.

3. India
PDB India diperkirakan akan mecapai US$30 triliun dalam dua dekade lagi. India yang juga memiliki populasi terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan menjadi mesin pertumbuhan besar kedua setelah China. Negara ini telah meningkatkan investasi luar biasa besar dari 24 persen PDB pada 2000 menjadi 40 persen PDB pada 2010. Kapasitas produksi, perbaikan infrastruktur, serta upaya memperbaiki standar pendidikan akan memicu pertumbuhan India.

4. Brazil
Sebagai calon raksasa ekonomi keempat di dunia, PDB Brazil diperkirakan akan mencapai US$12,2 triliun pada 2030. Selain memiliki jumlah penduduk yang tinggi, Brazil juga dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan sumber alam serta perkembangan di industri manufaktur.

5. Indonesia
Indonesia merupakan salah satu kuda hitam yang akan menempati posisi kelima dunia pada 2030. Indonesia bukan hanya menggeser Rusia, melainkan juga menggeser Jepang yang kini merupakan kekuatan ekonomi terbesar ketiga dunia. Pada saat itu, Indonesia akan memiliki PDB sebesar US$9,3 triliun.

Saat ini, Indonesia merupakan negara yang memiliki peran penting di ASEAN. Dari 565 juta populasi ASEAN, Indonesia mencakup 40 persennya. Dari total PDB US$1,3 triliun, 50 persennya juga dikuasai Indonesia. Indonesia tengah berupaya menggenjot infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen per tahun. 

Laporan di atas bersumber dari lembaga-lembaga keuangan internasional seperti Standard Chartered, Bank Mandiri, IMF, CIA book, dan Bank Dunia.

Kekuatan ekonomi dan implikasinya pada kekuatan militer

Kekuatan ekonomi akan membawa konsekuensi logis tumbuhnya kekuatan militer baru. Peta kekuatan ekonomi negara-negara di dunia hampir pasti berimbas pada pembangunan kekuatan militer dari negara-negara yang mengalami pertumbuhan kekayaan, sebagaimana AS dan Eropa Barat di waktu dulu.

China, India, Brazil, dan juga Indonesia mengalami peningkatan jumlah anggaran militer yang signifikan untuk memperkuat pertahanannya, baik dengan memproduksi peralatan sendiri, maupun dengan membeli alutsista dari negara-negara maju.

Kecenderungan ini jelas membawa konsekuensi baru, yakni perubahan perimbangan pengaruh di kawasan regional dan di dunia, khususnya di Asia. AS dan sekutunya pun mulai memberikan reaksi atas perkembangan ini, dan sebaliknya, China dan negara-negara lainnya pun merespon balik atas dinamika ini. 
    
Pertengahan bulan April lalu, pemerintah China mengatakan bahwa meningkatnya kehadiran militer Amerika Serikat di kawasan Asia Pasifik telah menimbulkan banyak ketegangan. Ini akan diperparah dengan rencana Amerika Serikat untuk mengirimkan pasukan militer yang lebih banyak dan memperkuat kemitraan mereka dengan negara-negara tetangga China.

Dinamika baru pun muncul. Para analis tergoda juga untuk membuat prediksi ke depan, seperti apakah gerangan perubahan peta kekuatan militer di Asia dan pengaruhnya di kawasan ini ? 

Sebuah penelitian baru melaporkan bahwa kekuatan industri China terus tumbuh dan semakin mengancam untuk mengakhiri supremasi militer Amerika Serikat di perairan Asia Pasifik, sehingga sulit bagi Washington untuk mempertahankan "status quo" mereka di kawasan itu yang "direbut" melalui aliansi bersama Jepang dan Korea Selatan.

The Carnegie Endowment for International Peace menerbitkan sebuah studi oleh sembilan peneliti AS, yang mengklaim bahwa dalam dua dekade mendatang, kemampuan militer China akan setara AS, termasuk kemampuan untuk membangun kapal induk dan pesawat tempur siluman.

"Akankah Amerika Serikat mempertahankan kepemimpinannya setelah 60 tahun berada di wilayah tersebut? Negara kita (AS) berkata ya, namun masih belum pasti," ujar salah seorang penulis laporan itu, Michael D. Swaine, seorang ahli mengenai kebijakan pertahanan China.

Menurut para peneliti, karena ekonomi yang saling ketergantungan antara kedua negara, untuk "mengusir" Amerika Serikat dari wilayah tersebut, Beijing mungkin akan mengesampingkan kekuatan militer dan tidak menimbulkan konflik bersenjata.

Dokumen tersebut juga menyatakan bahwa apabila terjadi perubahan dalam keseimbangan strategis di kawasan tersebut, yang paling menerima dampaknya adalah Jepang, karena kekuatan ekonominya sangat tergantung dengan keamanan yang selama ini sudah berjalan dalam waktu yang lama bersama pemerintah AS.

Para peneliti juga yakin bahwa Jepang akan merespon pertumbuhan kekuatan China, mungkin peningkatan lebih jauh hubungan dengan Washington, seperti saat ketegangan dengan China yang baru-baru ini terjadi perihal sengketa pulau.

Dokumen tersebut juga menyimpulkan bahwa hasil yang paling mungkin dari "perlombaan senjata" ini akan berubah menjadi keseimbangan di seluruh wilayah, menyebabkan hegemoni AS melemah secara bertahap dengan meningkatnya kemampuan militer China.

Angkatan Bersenjata China (PLA) sejak dulu menjadi kekuatan yang menjunjung tinggi perdamaian dunia dan stabilitas regional, hal ini juga diungkapkan di sebuah dokumen pertahanan nasional AS yang dirilis pada hari Selasa lalu.

"Secara keseluruhan, keamanan dan pembangunan China berhubungan erat dengan perdamaian dan kemakmuran dunia ," tertulis di dokumen tersebut.

Masih menurut dokumen itu, Angkatan Bersenjata China juga secara aktif terlibat dalam menjaga perdamaian dunia dan stabilitas regional dengan berpartisipasi dalam operasi penjaga perdamaian PBB, bantuan bencana internasional dan bantuan kemanusiaan, menjaga keamanan jalur laut internasional, latihan gabungan dan latihan bersama dengan angkatan bersenjata asing.

Akankah monopoli AS dan Sekutunya berakhir ?

Pertanyaan menarik, dan sudah tak terhitung analis yang mengajukan prediksi untuk mencoba menjawab pertanyaan itu. 

Sejarah selalu berulang. Mereka yang kuat akan berangsur-angsur memudar dan digantikan oleh yang lain, dan demikianlah sintesa sejarah terbentuk. Dulu, Kerajaan Ottoman Turki adalah penguasa dunia saat Islam meraih kejayaan selama hampir 7 abad. Lalu terjadi kemunduran dan digantikan oleh kekuatan Barat, AS, yang sudah berjaya mendominasi dunia selama 1,5 Abad hingga sekarang ini.

Jika kecenderungan pertumbuhan ekonomi di atas berlanjut, maka dominasi AS pada 20 tahun ke depan jelas terpatahkan secara ekonomi. Tak butuh waktu lama bagi China dan India untuk menyamai  AS  secara militer, pada 50 tahun ke depan. Lagi, jika kencerungan itu terus berlanjut, Brazil dan Indonesia akan menyusul sebagai kekuatan baru menggantikan Italia, Rusia, Perancis, dan Inggris. 

Jika hal itu terjadi, maka imperium AS tak akan mampu menyamai rekor kejayaan besar Turki Ustmani yang berkuasa selama lebih dari 700 tahun lamanya yang damai tanpa penindasan. Mereka (AS/Barat) memudar setelah 150 tahun memonopoli dunia, dan saya berharap demikian, karena telah demikian banyak kerusakan yang ditimbulkan oleh mereka (AS dan NATO) karena sikap arogan dan angkara murka membunuhi orang-orang tak berdosa di seantero dunia.
Perang Dunia I dan PD II yang merenggut jutaan nyawa manusia tak berdosa, lalu penjajahan di Asia, Afrika, dan di Amerika Latin oleh pelaku yang sama, telah menyebabkan ratusan juta manusia sengsara, adalah bukti-bukti yang tak terbantahkan.

Dapat uang melalui internet

No comments: