Wamenhan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, luar biasa. Ia berkeliling dunia untuk 'berjualan' produk-produk pertahanan buatan dalam negeri, mulai dari pesawat terbang hingga senapan serbu.
Ini merupakan hal baru di negeri ini, karena selama ini, belum pernah seorang pejabat setingkat wakil menteri atau menteri dari Indonesia mau menjadi 'sales' menawarkan produk-produk buatan dalam negeri ke negara-negara lain di dunia, agar mereka mau membeli peralatan kita.
Sales bukanlah bekerjaan buruk. Sales bahkan pekerjaan mulia, karena tanpa sales, pegawai-pegawai administrasi tidak akan gajian. Orang sering meremehkan dan menganggap hina pekerjaan 'menjual', karena identik dengan menurunkan harga diri. Misalnya, di sebuah kompleks perumahan terdapat tulisan : pengemis, pemulung, dan sales dilarang masuk !
Pekerjaan sales bahkan disamakan dengan pengemis ? Benar-benar.... ujian untuk seorang sales, karena itu mereka butuh mental kuat.
Di negara Eropa, bahkan seorang Presiden menjadi sales menawarkan barang dagangan mereka ke Indonesia. Misalkan, Presiden AS Barack Obama menawarkan F-16 atau Helikopter Apache kepada Presiden SBY. Atau Presiden Finlandia menawarkan 'solusi' transportasi kepada Gubernur DKI Jakarta, Jokowi. Intinya Presiden Finlandia itu menjual konsep, jasa konsultan dan bahkan kontraktor untuk mendapatkan proyek dari Pemda DKI. Tidak apa-apa, kita hargai juga usaha keras mereka mendekati Indonesia.
Di Afrika, Wamenhan menawarkan produk-produk PT DI dan industri pertahanan kita yang lain kepada para pemimpin negara-negara di Afrika. Setelah beberapa waktu lalu Wamenhan berkeliling ASEAN dan Papua Nugini, untuk keperluan yang sama, kini kita melirik Afrika sebagai pasar potensial.
Ini suatu hal yang sangat positif. Begitulah seharusnya memang, agar PT DI tetap bisa mendapat order pekerjaan dari negara-negara lain. Dengan adanya order pesawat dari negara lain, maka karyawan PT DI bisa tetap bekerja dan memperoleh penghasilan. Mudah-mudahan ini menjadi momen bangkitnya industri pertahanan kita, agar tidak selalu mengandalkan ekspor bahan mentah terus menerus.
Berkat kunjungan Wamenhan Sjafrie Sjamsoedin di Kampala, Uganda, - Menteri Pertahanan Uganda Kiyonga Cripus menyatakan tertarik dengan produk industri militer Indonesia termasuk pesawat angkut militer CN 295.
"Industri militer Indonesia sudah maju. Saya tertarik dengan apa yang dipamerkan tadi," kata Kiyonga seusai pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Kampala, Uganda, Selasa.
Setelah pertemuan, dilakukan pameran kecil tentang produk-produk industri pertahanan Indonesia seperti rompi anti peluru, helm prajurit, makanan tentara, senapan serbu SS1, dan model pesawat CN 235 dan CN 295 produksi PT Dirgantara Indonesia.
Kiyonga yang didampingi Panglima Angkatan Bersenjata Uganda Katumba Wamala tampak antusias memeriksa barang-barang yang dipamerkan.
"Saya akan datang ke Indonesia untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana barang-barang militer itu diproduksi," kata Kiyonga.
Ia bersama timnya juga akan melihat bagaimana pusat pelatihan pasukan penjaga perdamaian dan kontra terorisme.
"Pasukan penjaga perdamaian Indonesia sangat dikenal di Afrika," katanya merujuk pada peran Kontingen Garuda di Kongo yang dinilainya melegenda.
Sjafrie didampingi Dirjen Industri Pertahanan Mayjen Sonny Prasetyo, Direktur Pemasaran PT DI Budiman Saleh, Direktur Afrika Kemlu Lasro Simbolon serta Dubes RI di Kenya dan Uganda Sunu Sumarno.
Kiyonga juga memuji Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus.
Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan tujuan ke Uganda adalah untuk melanjutkan hubungan sejarah Indonesia dan Uganda sebagai negara NonBlok. "Tujuan utama kami untuk meningkatkan hubungan kerjasama pertahanan," kata Sjafrie.
"Kita proaktif komunikasi dengan negara-negara termasuk yang jauh seperti Uganda. Kita bisa buka pintu untuk kerjasama," katanya.
Sjafrie juga mengundang mitranya untuk datang ke Indonesia. "Kita punya Universitas Pertahanan ditawarkan untuk belajar para perwira. Mengundang tim untuk melihat produksi industri pertahanan Indonesia," demikian Sjafrie Sjamsoeddin.
Sinyal positif berkat usaha keras Wamenhan mendekati negara-negara mitra, mereka mau membeli peralatan buatan Indonesia.
Sekali lagi, ini hal baru. Pejabat yang dulu cenderung pasif, sekarang menjadi lebih proaktif. Barangkali karena Menteri BUMN Dahlan Iskan beberapa waktu lalu merombak 'holding company' BUMN dengan menempatkan PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT Dahana, dan PT PAL langsung di bawah Kementerian Pertahanan. Perombakan ini terbukti positif, jajaran petinggi Kemenhan mau secara proaktif 'bersafari ria' keliling dunia untuk menawarkan produk-produk alutsista kita.
Kejelian Dahlan Iskan terbukti membawa angin segar perubahan ke arah kinerja yang lebih baik. Bahkan Dahlan Iskan pernah menyatakan, Presiden Indonesia pun sebaiknya juga berjualan menawarkan produk-produk teknologi kita kepada negara-negara lain di dunia.
Hampir semua pemimpin di dunia melakukan demikian. Dulu hanya Bapak BJ Habibie saja yang 'berjualan' menawarkan produk IPTN ke Malaysia, Korea Selatan, Turki, dan lain-lain. Kini Wamenhan telah mengambil alih tugas itu, mudah-mudahan diikuti oleh para pejabat lain yang bergerak di bidang non industri alutsista, seperti misalnya PT INKA, PT LEN, PT INTI, dan lain-lain menyusul BUMN lain seperti PT Adhi Karya, PT Garuda Indonesia, PT Telkom, PT Wijaya Karya, Pt Semen Gresik, dan lain-lain yang telah lebih dahulu mendapatkan proyek di luar negeri.
1 comment:
hebat kalau pemimpin kami berjiwa seperti itu. kalau perlu bawa kain batik pak, atau kain tradisonal kita kan sekali angkut, biar tidak dikalim lagi produk tetangga, kalau perlu dirikan pusat batik tul;is di luar negeri biar itu jadi pembeda batik cetakan mesin hasil curian desain dari indonesia yang diproduksi oleh pihak lain dengan batik yang asli indonesia
Post a Comment