Pesawat buatan PT DI. Teknologi Indonesia tengah terpenjara oleh kepentingan politik dan korupsi. |
Penjara Teknologi Nasional itu Bernama Kepentingan Politik dan Korupsi
Kemajuan teknologi Indonesia sedang berproses, dan proses itu seperti orang tengah berjalan ke depan, namun perjalanan itu tidak mudah. Hal tersulit dari sebuah perjalanan adalah manakala ia harus berada di dalam sebuah penjara, sehingga ia tidak bisa kemana-mana kecuali berputar-putar di dalam ruangan di balik jeruji besi.
Jika kemajuan dan perkembangan teknologi Indonesia ibarat orang yang tengah mengadakan perjalanan jauh ke depan, maka sayangnya, orang itu sedang dipenjara. Penjara itu bernama Kepentingan politik dan korupsi.
Ini terlihat dari berbagai berita yang menunjukkan hal itu, mulai dari sebab persaingan antar menteri untuk mendapatkan simpati masyarakat, dengan berbagai cara, hingga saling menjegal satu sama lain. Masalah menjadi lebih rumit karena bukan saja persaingan antar menteri dan lembaga, namun juga didorong oleh persaingan antar partai politik untuk menuju kekuasaan. Ada juga menteri yang terlihat murni untuk berjuang demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia, namun menteri yang jujur pun terpaksa terseret arus yang membuat dirinya lelah menghadapi 'tackling' keras manakala mencoba untuk berlari untuk mengejar target.
Mengapa ? Karena mereka berada dalam sistem yang korup dan harus berhadapan dengan rekan kerja yang punya mental korup juga, yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi / partai, sehingga orang jujur ini pun mau tidak mau harus menghadapi tembok tebal. Tembok tebal itu adalah birokrasi rumit yang sengaja dipasang agar si pejabat jujur ini idak bisa berlari terlalu kencang sendirian.
Kita, orang awam yang berada di luar struktur pemerintahan tidak tahu itu, namun kita bisa membaca dari gelagat yang muncul lewat pemberitaan. Misalnya, dari media sosial di internet ada status berupa rangkuman berita oleh fans page yang isinya seperti berikut ini :
Para engineer yang selama ini bekerja di perusahaan-perusahaan BUMN sakit hati ketika kemampuan mereka diremehkan. Padahal kemampuan mereka luar biasa. Asal ada yang mempersatukan dan mengkoordinasikan.
Selama ini mereka kurang diberi kesempatan sehingga kapasitas itu tercerai-berai di berbagai BUMN. Mereka bukan saja tidak bersinergi, bahkan sering saling jegal ! Ketika kesempatan itu disediakan, kepercayaan itu diberikan oleh Pak Dahlan, hasilnya adalah royek-proyek MERAH PUTIH BUMN !
30 PLTU "Merah Putih".
PT Boma Bisma Indra (BBI)- mampu membuat kondensor. Alat yang menjadi bagian sangat penting dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). BUMN yang sekarat karena hutang menggunung itu ternyata tetap melayani pesanan kondensor pabrikan besar di Eropa. Untuk dipasang di PLTU di seluruh dunia.
Ketika kondensor BBI itu disinergikan dengan turbin bikinan PT NTP Bandung, anak perusahaan PT Dirgantara Indonesia. Generatornya oleh PT Pindad Bandung. Boilernya dibuat PT Barata Surabaya. Dan PT Wika membangun sipilnya. Hasilnya adalah 30 unit PLTU punya PLN di seluruh Indonesia, terutama yang ukurannya 20 MW ke bawah.
Pabrik Gula "Merah Putih".
Nyaris semua pabrik gula BUMN adalah pabrik peninggalan Belanda. Pantas saja kita menjadi importir gula. Tapi sinergi BUMN menghasilkan "Pabrik Gula Merah Putih”. BUMN akan membangun pabrik gula baru di Glenmore, Banyuwangi. Pabrik baru yang akan menjadi yang terbesar di Jawa itu, 100 persen akan made in Indonesia !
Kalau proyek ini sukses maka revitalisasi pabrik-pabrik gula tua di seluruh Indonesia akan dikerjakan sendiri oleh putra-putra bangsa.
Pertanyaannya, ada atau tidak adakah resistensi dari Pemda misalnya Bupati atau Gubernur tempat di mana pabrik gula tersebut berada, untuk revitalisasi ?
Pertanyaannya, ada atau tidak adakah resistensi dari Pemda misalnya Bupati atau Gubernur tempat di mana pabrik gula tersebut berada, untuk revitalisasi ?
Monorel "Merah Putih"
Monorel berwarna merah putih yang dipamerkan di monas memang buatan INKA Madiun. Tapi sipilnya dikerjakan Adhi Karya, PT LEN dan Telkom untuk sistem elektronik dan komunikasinya. Sayang proyek monorel cibubur-kuningan dan manggarai-bandara soeta masih terganjal ijin sampai hari ini.
Solar Cell "Merah Putih"
Negara tropis dengan sinar matahari melimpah ini ternyata tidak mempunyai pabrik solar cell!!!!! Yang ada 8 pabrik perakitan dengan bahan yang diimpor dari cina. Konsorsium BUMN dipimpin PT LEN membuat gebrakan membangun pabrik solar cell pertama. Prototype solar cell 'merah putih " ini dikerjakan oleh Dr Ir Ennya Lestyani Dewi yang sekolah S1 sampai S3-nya di Jepang atas biaya BJ Habibie. Pabrik ini ditargetkan mulai berproduksi tahun 2014.
No comments:
Post a Comment